HASIL Malaysia Grand Prix Gold 2014 membawa banyak efek kepada Simon Santoso. Di satu sisi, dia mendapat panggilan masuk tim bayangan Piala Thomas 2014.
Meski, saat ini, dia sudah tak lagi menjadi penghuni Pelatnas Cipayung. Ya, sejak pertengahan Januari, lelaki 28 tahun itu mengundurkan diri dari tempat yang menggemblengnya selama 10 tahun tersebut.
Selain itu, hasil dari turnamen yang dilaksanakan di Johor Bahru itu ikut mendongkrak posisi Simon. Dalam ranking terbaru yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 3 April 2013, mantan tunggal putra terbaik Indonesia itu sudah ada di tangga ke-38. Berarti, Simon melambung 18 setrip dari posisi pekan lalu.
Dalam final Malaysia Grand Prix Gold 2014 yang dilaksanakan Minggu (30/3), Simon, yang diunggulkan di posisi ke-15, menjungkalkan lawannya yang diunggulkan di posisi kedelapanSourabh Varma dengan tiga game 15-21, 21-16, 21-19. Kemenangan ini juga membuat Simon mendapat tambahan 7 ribu poin.
Penampilannya di Johor Bahru juga menjadi aksi perdananya sebagai pebulu tangkis profesional atau mandiri. Simon mundur dari Cipayung setelah merasa tak bisa memenuhi target yang diembannya dalam dua turnamen besar pembuka 2014 yakni Korea Super Series dan Malaysia Super Series Premier.
Di Korea, Simon, yang berlaga dari babak kualifikasi, kalah di babak pertama oleh unggulan kedua Chen Long dari Tiongkok 11-21, 12-21. Sepekan kemudian, dia malah sudah tersungkur pada babak kualifikasi oleh lawan yang juga berasal dari Negeri Panda, julukan Tiongkok, Gao Huan dengan tiga game 21-14, 22-24, 19-21.
Simon mencapai masa puncak saat menjadi juara Indonesia Super Series Premier 2012. Dalam final, lelaki asal Tegal, Jawa Tengah, tersebut mengalahkan Du Pengyu asal Tiongkok 21-18, 13-21, 21-11. Sayang, setelah itu, Simon banyak absen karena cedera. Bahkan, dia pernah dianggap indisipliner. (*)