WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Merajai di Kandang Sendiri

SENIOR:Wisnu Yuli Prasetyo masih bertahan. (foto: djarum)

LAMA tak terdengar kabar Wisnu Yuli Prasetyo. Namanya seolah lenyap ditelan bumi usai tak lagi menjadi penghuni Pelatnas Cipayung di akhir 2014.

Dia hanya sempat dua kali tampil selama 2015 yakni di Austria Challenge dan Jerman Grand Prix Gold. Hasilnya memang tak memuaskan.

Di Wina, host Austria Challenge 2015, Wisnu terhenti di babak kedua usai dijinakkan Adrian Dziolko dari Polandia 21-16,12-21, 22-24. Sepekan kemudian, lelaki 23 tahun tersebut ditumbangkan wakil Malaysia Iskandar Zulkarnain 21-18,19-21, 21-23 di kualifikasi Jerman.

Kini, lelaki yang tercatat sebagai pebulu tangkis Djarum Kudus tersebut pun kembali unjuk kebolehan di ajang internasional, USM International 2015. Bahkan, langkah Wisnu sudah sampai babak semifinal.

Kepastian itu diperoleh mantan pebulu tangkis Surya Baja, Surabaya, tersebut usai menundukkan Krishna Adi yang juga berasal dari Indonesia dengan rubber game 19-2l, 21-9,21-14 dalam pertandingan perempat final di Semarang, Jawa Tengah, pada Jumat WIB (17/4/2015).

Di semifinal, Wisnu, yang diunggulkan di posisi ketujuh, menantang unggulan keempat Thomi Azizan Mahbub. Wakil Pelatnas Cipayung itu di perempat final menundukkan Ivanudin Rifan Fauzin dengan 21-17, 21-16.

Partai semifinal tunggal putra lainnya mempertemukan Hermansyah dengan Reksy Aureza Megananda. Terjadinya all Indonesian finals itu dipastikan oleh Hermansyah yang menghentikan ambisi wakil Malaysia Tan Teck Han dalam pertandingan yang memakan waktu jam 1 jam 23 menit dengan 21-17, 14-21, 21-16.

Hebatnya lagi, kekalahan Teck Han juga membuat tak ada lagi pebulu tangkis mancanegara dalam turnamen berhadiah total USD 5 ribu tersebut. (*)

Wasit Tiga Olimpiade Berpulang

KENANGAN:Tulisan tentang Unang yang pernah muncul.

SEBUAH status di smartphone Ketua Umum Pengprov PBSI Jatim Wijanarko Adi Mulya cukup mengejutkan.Tulisanya, Selamat Jalan Pak Unang...Jasamu tak terlupakan terutama di perbulu tangkisan Indonesia. Dia juga memasang gambar Unang Sukardja.

Ini pun membuat penulis penasaran. Akhirnya terjawab bahwa Unang telah meninggal dunia pada Jumat (17/4/2015) pukul 20.50 WIB.

Dari info yang didapat, lelaki 56 tahun tersebut meninggal setelah tiga hari mengalami koma. Dia karena mengalami penyumbatan dalam pembuluh darah di otak.Almarhum akan dikebumikan besok (18/4) pukul 10.00 WIB di Ciledug, Tangerang, Banteng. Jenazah salah satu wasit papan atas dunia tersebut akan diberangkatkan dari rumah duka, Jl. Japos Raya, Pondok Jati RT 06/03 Kel. Jurang Mangu Barat, Kec. Pondok Aren.

Langsung terbayang sosok Unang yang begitu ramah. Setiap ada kejuaraan bulu tangkis berlabel nasional ataupun internasional, penulis selalu bertemu dengannya.

Lelaki berambut putih ini tak pernah bosan memberikan info dan membagi pengalaman. Dia pernah dengan bangganya menceritakan perjalanan karirnya sebagai wasit yang pernah tiga kali memimpin pertandingan di olimpiade, yakni Sydney 2000, Athena 2004, dan London 2012.

Partai yang dipimpinnya pun punya gengsi tinggi. Salah satunya pertandingan final tunggal putra antara Lin Dan (Tiongkok) melawan Lee Chong Wei dari Malaysia.

Dia juga sempat bercerita bahwa pada 2015 ini,dia mendapat tugas menjadi wasit di sebuah ajang bergengsi. Unang pun menuturkan bisa jadi, tugas tersebut menjadi tugas tTimur erakhirnya sebelum memasuki masa pensiun.

Namun,panggilan dari Allah SWT lebih mendahului. . Perjumpaan dalam Sirkuit Nasional (Sirnas) Seri Surabaya di GOR Sudirman, Surabaya, pada November 2014 menjadi pertemuan terakhir penulis dengan Unang. Selamat jalan Pak Unang. (*)




Masih Diisi Penghuni Pelatnas Cipayung

DI LUAR: Simon Santoso (foto:straitstime)

KANS pebulu tangkis Pelatnas Cipayung menembus Tim Piala Sudirman 2015 bakal tipis. Hingga saat ini, PP PBSI masih mempercayakan atlet binaannya untuk menghadapi event beregu campuran yang akan dilaksanakan pada 10-17 Mei mendatang di Dongguan, Tiongkok.

''TimSudirman akan dijelaskan oleh Rexy pada konferensi pers pada 23 April di Jakarta.Dia akan menjelaskan,'' kata Wakil Sekjen PP PBSI Ahmad Budiarto kepada smashyes.

Sementara ini, tambah dia, Tim Bayangan Piala Sudirman diisi para pebulu tangkis Pelatnas Cipayung.Bisa jadi, merekalah yang akan menjadi pilar merah putih di ajang yang kali pertama dijuarai oleh Indonesia pada 1989 itu.

Di sektor tunggal putra, sebenarnya peran pebulu tangkis nonpelatnas masih dibutuhkan. Kualitas Tommy Sugiarto dan Simon Santoso masih di atas Jonatan Christie dkk.

Apalagi, penampilan terakhir keduanya layak dapat apresiasi. Tommy untuk kali pertama mampu mempermalukan juara dunia lima kali asal Tiongkok Lin Dan di India Super Series 2015 meski akhirnyha cedera.

Begitu juga dengan Simon. Dia mampu menembus semifinal Singapura Super Series 2015.

Hanya, hasil tersebut memang belum mampu menyamai tahun lalu. Pada 2014, Simon mampu menjadi juara dengan menundukkan tunggal putra terbaik dunia saat itu Lee Chong Wei asal Malaysia.

Di Piala Sudirman, Indonesia kuat di ganda putra dan ganda campuran. Namun, tim tersebut bakal lebih solid jika Tommy atau Simon bisa ikut ambil bagian.

''Semua akan dilihat perkembangan hingga batas akhir entry by name pada 27 April mendatang,'' ucap Budi, sapaan karib Wasekjen PP PBSI Ahmad Budiarto. (*)

Hasil Indonesia di Piala Sudirman

Juara;1989

Posisi II: 1991,1993,1995,2001,2005, 2007

Semifinalis :1997,  2003,2009,2011

Perempat finalis: 2013

Kalahkan Tiongkok, Ketemu Tiongkok Lagi

SISA: Edi Subaktiar/Gloria Emanuella Widjaja

TIONGKOK menjadi negara yang coba ditaklukkan Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja.Pasangan ganda campuran Indonesia pun kini sudah sampai babak semifinal dalam turnamen di Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut.

Tiket itu diperoleh mereka usai mengalahkan wakil tuan rumah Huang Kaixiang/Huang Dongping dengan rubber game 21-14,9-21, 21-15 pada pertandingan perempat final Tiongkok Masters 2015 yang dilaksanakan di Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium,Changzhou, pada Jumat waktu setempat (17/4/2015).

Ini untuk kali kedua Edi/Gloria menghadapi pasangan Tiongkok. Pada babak kedua, mereka juga menyingkirkan pasangan Negeri Tembok Raksasa, julukan Tiongkok, Zheng Si Wei/Chen Qingchen,dengan 21-17, 21-19.

Nah, di semifinal, lagi-lagi pasangan Pelatnas Cipayung tersebut kembali dijajal duo Tiongkok Wang Yilv/Tan Yuanting, yang di perempat final menghentikan perlawanan Tan Chee Tean/Lai Shevon Jemie (Malaysia) 21-11, 21-13.

Edi/Gloria belum pernah berjumpa dengan Yilv/Yuan Ting. Itu disebabkan lawannya merupakan pasangan yang baru kali pertama kali ditandemkan.

Sebelumnya, di ganda campuran kali terakhir Yilv bermain bersama Huan Xia. Dia juga pernah berpasangan dengan Ou Dongni.

Di Tiongkok Masters yang berlevel grand prix gold ini, Edi/Gloria menjadi tumpuan terakhir Indonesia menjadi juara. Rekan-rekannya sudah tumbang dulu di babak pertama seperti Sony Dwi Kuncoro di tunggal putra dan dua pasangan ganda putra, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi dan Kevin Sanjaya/Markus Fernaldi. (*)

Satu Wakil Asing di Perempat Final

PENGGANJAL: Hermansyah (foto:djarum)

INDONESIA menguasai nomor tunggal putra USM International Series. Dari delapan wakil, tuan rumah hanya menyisakan satu slot bagi pebulu tangkis asing yakni Tan Teck Han dari Malaysia.

Ini menjadi tugas Hermansyah untuk menjegalnya dalam pertandingan perempat final yang dilaksanakan di Semarang, Jawa Tengah, pada Jumat WIB (17/4/2015). Dari sisi ranking, Hermansyah ungguh jauh.Dia ada di posisi 459 sedangkan lawannya terpuruk di ranking 973.

Dalam perebutan tiket perempat final, kejutan besar terjadi. Unggulan teratas Chia Hung Lu dari Taiwan menyerah kepada wakil Indonesia Shesar Hiren Rustavito dengan 14-21, 21-19,24-22.
Menariknya, Shesar, yang pernah digembleng di Pelatnas Cipayung, tampil di USM International 2015, dari babak kualifikasi.

Di perempat final, dia akan bersua dengan sesama pebulu tangkis Djarum Kudus Rheksy Aureza Meganda yang di babak sebelumnya memaksa Bandar Sigit Pamungkas yang juga dari Indonesia 26-24, 11-3.

Partai lainnya yang tak kalah sengit tersaji antara dua unggulan. Ivanudin Rifan, yang diunggulkan di posisi kesembilan, menjajal rekannya sendiri Thomi Azizan Mahbub, unggulan keempat. Ivanudin menghentikan perlawanan Kean Yew Loh asal Singapura dengan 19-21, 21-16, 21-10 . Sedangkan Thomi tak banyak memeras keringat saat melibas Siswanto dengan 21-8, 21-8.

Tahun lalu, gelar juara tunggal putra jatuh ke tangan pebulu tangkis Inddonesia Setyaldi Putra Wibowo yang mengalahkan rekannya sendiri Fikri Ihsandi Hadmadi dengan 21-16, 18-21, 21-11. (*)

Saina Kembali Duduki Posisi Puncak

Saina Nehwal jadi nomor satu lagi. (foto:tecake.com)


PERGESERAN kembali di peringkat dunia nomor tunggal putri. Dalam ranking terbaru BWF(Federasi Bulu Tangkis Dunia) yang dikeluarkan Kamis (16/4/2015), Saina Nehwal kembali ke posisi puncak.

Pergeseran kembali ini tak lepas dari hilangnya poin saingan berat Saina, Li Xuerui asal Tiongkok, yang absen dari Singapura Super Series 2015. Padahal, tahun lalu, dia merupakan finalis sebelum ditundukkan oleh rekan senegaranya sendiri, Wang Yihan. Sementara, Saina tahun lalu sudah tersingkir dan tahun ini absen.

Pekan lalu, Li Xuerui merebut posisinya lagi. Namun kini, dia pun kembali terperosot dua setrip ke posisi ketiga dengan koleksi 72.964. Saina sendiri mengumpulkan 80.191. Sedangkan posisi kedua menjadi milik Carolina Marin dari Spanyol dengan koleksi 79.578.

Hasil dari Singapura Super Series 2015 pun mengatrol sang juara tunggal putri Sun Y asal Tiongkok menembus posisi 10 besar untuk kali pertama. Kini, dia ada di posisi kesembilan atau naik dua setrip dibandingkan pekan sebelumnya.  Dalam final yang dilaksanakan Minggu (12/4/2015), Sun Yu melibas Tai Tzu Ying asal Taiwan dengan rubber game 16-21, 21-19, 21-14.

Sementara wakil Indonesia yang mempunyai ranking terbaik menjadi milik mantan penghuni Pelatnas Cipayung Adriyanti Firdasari yang ada di posisi 28. Dia diikuti oleh Maria Febe Kusumastuti (34), dan Lindaweni Fanetri (38). Seperti halnya dengan Andriyanti, Febe,sapaan karib Maria Febe Kusumastuti, sudah bukan lagi penghuni pelatnas. (*)

Ranking 5 besar tunggal putri (per 16/4/2015)

1.Saina Nehwal (India) 80.191

2. Carolina Marin (Spanyol) 79.578

3. Li Xuerui (Tiongkok) 72.964

4. Wang Shixian (Tiongkok) 72.827

5. Tai Tzu Ying (Taiwan) 70.028

*sumber BWF

Habis Juara, Langsung Tersingkir

TAKLUK:Angga Pratama/Ricky Karanda (foto:PBSI)

KEGEMBIRAAN Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi hanya seumur jagung. Mereka langsung tersungkur di babak pertama Tiongkok Masters 2015.

Dalam pertandingan yang dilaksanakan pada 15 April 2015, Angga/Ricky harus mengakui ketangguhan pasangan Taiwan Lu Ching Yao/Tien Tzu Chieh dengan rubber game 21-17, 18-21, 18-21 dalam pertandingan babak pertama ganda putra di Olympic Sports Center Xincheng Gymnasium,Changzhou.
Kekalahan ini cukup mengejutkan.

Dari sisi ranking, pasangan Pelatnas Cipayung tersebut ungguh jauh. Dari ranking terbaru yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Angga/Ricky kini ada di posisi 24. Sementara, Ching Yao/Tzu Chieh masih di ranking 204.

Selain itu, Angga/Ricky juga baru saja mengantongi gelar di turnamen bergengsi, Singapura Super Series 2015 yang baru berakhir Minggu (12/4/2015). Namun, entah kelelahan karena menganggap enteng lawan, mereka malah tumbang lebih awal.

Itu disebabkan sebelum berlaga di Negeri Singa, julukan Singapura, Angga/Ricky juga tampil di Malaysia Super Series Premier. Hasilnya, mereka tersingkir di babak perempat final oleh pasangan unggulan kedua asal Denmark Mathias Boe/Carsten Mogensen.

Tumbangnya Angga/Ricky juga diikuti oleh pasangan ganda putra yang juga membela Pelatnas Cipayung dalam Tiongkok Masters 2015, Kevin Sanjaya/Markus Fernaldi. Mereka juga menyerah kepada pasangan Taiwan, Lin Chia Yu/Hsiao-Lin Wu,dengan 17-21, 21-14. 17-21.  Sama halnya dengan Sony Dwi Kuncoro. Tampil sendirian, mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut takluk dua game langsung 12-21, 13-21 kepada wakil tuan rumah Guo Kai. Dengan tumbangnya ketiganya, Indonesia pun sudah tak punya wakil dalam event berlabel grand prix gold tersebut.

Tujuh tahun lalu, Sony pernah menjadi juara  saat turnamen itu masih berlabel super series.Ketika itu, arek Suroboyo tersebut menundukkan jagoan Negeri Panda, julukan Tiongkok, Chen Jin, dengan 21-19, 21-18.

Sejak 2014, Tiongkok Masters turun pangkat menjadi grand prix gold. Ini disebabkan BWF tak mengizinkan satu negara mempunyai turnamen super series/super series premier lebih dari satu.
(*)

Angga/Ricky Teruskan Tradisi Juara


TRADISI juara Indonesian di Singapura Open berlanjut. Tahun ini, giliran Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi yang naik ke podium juara.

Dalam final  ganda putra yang dilaksanakan di Singapore Indoor Stadium pada Minggu waktu setempat (12/4/2015), pasangan yang masih tergolong muka baru ini menundukkan unggulan kelima asal Tiongkok Fu Haifeng/Zhang Nan dengan rubber game 21-15, 11-21, 21-14.  Dalam turnamen berhadiah USD 300 ribu tersebut, Angga/Rian tampil dengan status nonunggulan.

Sejak dipasangkan pada November 2014, kemenangan di Singapura Super Series 2015 merupakan gelar perdana. Meski, Angga/Rian juga pernah menembus final di Makau Grand Prix Gold 2014 dan Thailand Challenge 2015.

Di Makau, ganda yang kini duduk di posisi 41 dunia tersebut harus mengakui ketangguhan wakil Singapura Danny Bawa Chrisnanta/Chayut Triyachart dengan dua game langsung 19-21, 20-22. Sedang di Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, Angga/Ricky menyerah 14-21, 21-13, 14-21 kepada Jun Bong-chan/Kim Young-duck.

Selain itu, podium terhormat di Singapura Super Series juga termasuk mengejutkan. Dalam tiga turnaman sebelumnya, Malaysia Super Series Premier 2015, Swiss Grand Prix Gold 2015, dan All England Super Series Premier, Angga/Ricky sudah tersungkur di babak-babak awal. Hanya di Malaysia Grand Prix Gold 2015, mereka masih bisa bertahan hingga babak semifinal.

Dari hasil-hasil tersebut, Angga/Ricky  pun tak diprediksi bisa menjadi juara. Pasangan senior Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan lebih dijagokan.

Apalagi, pekan sebelumnya, mereka baru saja menjuarai turnamen yang lebih bergengsi, Malaysia Super Series Premier 2015. Tapi, langkah keduanya dihentikan Fu/Zhang di babak semifinal.

Bahkan, untuk bisa menjadi juara, Tiongkok kembali memakai strategi lamanya. Zhang hanya dipersiapkan di final ganda putra.

Padahal, dia juga lolos ke babak final nomor ganda campuran berpasangan dengan sang kekasih, Zhou Yunlei. Namun, mereka urung tampil setelah lawannya yang sama-sama berasal dari Tiongkok Lu Kai/Huang Yaqiong mengundurkan diri.

Tahun lalu, Indonesia meraih dua gelar melalui Simon Santoso di tunggal putra dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di ganda campuran. Pada 2013, Hendra/Ahsan menjadi pemenang ganda putra dan Tontowi/Liliyana juga naik podium juara. (*)



Hasil Final Singapura Super Series 2015

Tunggal putra: Kento Momota (Jepang)  v Hu Yun (Hongkong) 21-17, 16-21, 21-15

Tunggal putri: Sun Yu (Tiongkok) v Tai Tzu Ying (Taiwan x5) 21-13, 19-21, 22-20

Ganda putra: Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi (Indonesia) x Fu Haifeng/Zhang Nan (Tiongkok x5) 21-15, 11-21, 21-14

Ganda putri: Ou Dongni/Xiaohan Yu (Tiongkok x6) v Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang x1) 21-17, 21-16

Ganda campuran: Zhang Nan/Zhou Yunlei (Tiongkok x1) v Lu Kai/Huang Yaqiong (Tiongkok x6) WO

x=unggulan

Bukan Hendra/Ahsan tapi Angga/Ricky

KEJUTAN:Angga Pratama/Ricky Karanda (foto;PBSI)

KEINGINAN menciptakan all Indonesian finals di nomor tunggal putra kandas. Yang mengejutkan lagi, yang tumbang adalah ganda utama Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, bukannya Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi.

Dalam semifinal yang dilaksanakan di Singapore Indoor Stadium pada Sabtu waktu setempat (11/4/2015), mereka menyerah kepada Fu Haifeng/Zhang Nan dengan rubber game 21-18, 8-21, 17-21. Ini merupakan kekalahan kedua beruntun Henda/Ahsan kepada pasangan Tiongkok tersebut. Sekaligus kekalahan ketiga dalam lima kali pertemuan.

Pada All England Super Series Premier Maret lalu, pasangan terbaik Indonesia tersebut juga kalah. Satu lagi pil pahit ditelan Hendra/Ahsan dari ganda sempatan itu saat di Denmark Super Series Premier 2014.

Sementara, dua kemenangan digapai di All England Super Series Premier 2014 dan Hongkong Super Series 2014.

Untung, kekalahan Hendra/Ahsan mampu diobati Angga Pratama/RickyKaranda Suwardi. Mereka menembus final usai menundukkan pasangan tangguh Jepang Kenichi Hayakawa/Hirosuki Endo, yang diunggulkan di posisi ketiga, dengan tiga game 21-17, 20-22, 21-17.

Ini kali kedua Angga/Ricky menjungkalkan kandidat juara. Pada babak perempat final, pasangan Pelatnas Cipayung tersebut melibas unggulan teratas Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong.

Angga/Ricky, yang kini duduk di posisi 41 dunia, belum pernah bersua dengan Fu/Zhang. Hanya, dari sisi ranking, mereka kalah jauh karena lawannya kini 30 setrip di atasnya.

Selain itu, Angga/Ricky juga menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang masih bertahan.Dua wakil lainnya, Simon Santoso di tunggal putra dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di ganda campuran, kalah.

Simon, yang merupakan juara bertahan, menyerah mudah kepada Kento Momota dari Jepang dengan straight game 21-10, 21-13. Sedang Tontowi/Liliyana tak berdaya di tangan musuh bebuyutannya Zhang Nan/Zhou Yunlei dari Tiongkok dengan dua game langsung 21-16, 24-22. (*)


Agenda final Singapura Super Series 2015

Ganda campuran: Zhang Nan/Zhou Yunlei (Tiongkok x1) v Lu Kai/Huang Yaqiong (Tiongkok x6)

Ganda putri: Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang x1) v Ou Dongni/Xiaohan Yu (Tiongkok x6)

Tunggal putra: Hu Yun (Hongkong) v Kento Momota (Jepang)

Ganda putri: Tai Tzu Ying (Taiwan x5) v Sun Yu (Tiongkok)

Ganda putra: Fu HaiengZhang Nan (Tiongkok x5) v Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi (Indonesia)

x=unggulan

Lompatan 51 Peringkat Febby

MELONJAK: Febby Angguni (foto:djarum)

TAK sia-sia Febby Angguni berpetualang ke Eropa. Dalam daftar  peringkat terbaru yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada 9 April lalu, mantan tunggal putri penghuni Pelatnas Cipayung tersebut ada di posisi 185.

Artinya, Febby melonjak  51 peringkat dari pekan sebelumnya. Hasil tersebut tak lepas dari capaiannya dengan menembus babak final Finlandia Challenge.

Meski, dia harus melalui turnamen berhadiah USD 15 ribu tersebut dari babak kualifikasi. Sayang, dia gagal menjadi juara usai dikalahkan Beatriz Corrales dari Spanyol dalam pertandingan final pada 5 Apri lalu.

Dari tiga turnamen yang diikuti di Eropa, Finlandia Challenge 2015 merupakan turmamen terbaik yang dipetiknya. Sebelumnya, Febby tersingkir sebelum menembus babak final di Polandia Challenge dan Orleans Challenge.

Di Polandia, perempuan yang kini berkostum Tjakrindo Masters Surabaya itu menyerah kepada unggulan ketiga Petya Nedelceva dari Bulgaria pada babak kedua. Sepekan kemudian di Orleans, Prancis, Febby tersingkir di perempat final oleh Sashina Vignes Waran, unggulan kedua asal Prancis.

Setelah tak lagi di Pelatnas Cipayung, Febby memang jarak berlaga.Selama 2014, dia hanya tampil di lima turnamen. Hasilnya, Febby hanya juara di turnamen Indonesia International yang dilaksanakan di Semarang, Jawa Tengah.

Selebihnya, dia tumbang di partai pertama di Malaysia Grand Prix Gold, Indonesia Super Series Premier, dan Vietnam Grand Prix Gold. Di 2015 pun tak jauh beda. Dalam Malaysia Grand Prix Gold, dia dipaksa menyerah oleh wakil tuan rumah Yen Mei Ho. (*)


Naik turun ranking Febby  Angguni

11 Desember 2014: 178

29 Januari 2015: 355

26 Februari 2015: 351

26 Maret 2015: 269

2 April 2015: 236

9 April 2015:185

*Sumber:BWF

Saina hanya Bertahan Satu Pekan

KEMBALI: Li Xuerui menggeser posisi Saina Nehwal.

STATUS Saina Nehwal sebagai ratu bulu tangkis dunia hanya berumur seminggu. Gadis India ini harus rela menyerahkan posisinya kepada rivalnya, Li Xuerui, asal Tiongkok.

Dari ranking terbaru yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada 9 April lalu, Saina mengoleksi 80.191. Ini masih kalah oleh Li yang 571 poin lebih banyak.

Turunnya perempuan 25 tahun tersebut tak lepas dari hasil Malaysia Super Series Premier 2015. Dalam turnamen berhadiah total USD 500 ribu tersebut, Saina dihentikan Li di semifinal dengan 21-13, 17-21, 20-22.

Namun, Li pun gagal menjadi juara. Dalam pertandingan final yang dilaksanakan di Putra Stadion, Bukit Jalil, dia menyerah kepada juara dunia 2014 Carolina Marin (Spanyol). Tahun lalu, Saina hanya bertahan hingga babak kedua dan Li menjadi pemenang.

Marin sendiri, meski juara tetap belum beranjak dari posisi ketiga dunia. Dia mengoleksi 79.578 poin.
Saat ini, ketiga pebulu tangkis absen di Singapura Super Series.

Tensi persaingan bakal menurun usai dari Negeri Singa, julukan Singapura. Tak ada turnamen super series atau super series premier hingga Piala Sudirman.

Australia Super Series pada 26-31 Mei dan Indonesia Super Series Premier 2-7 Juni akan menjadi start kembali memperebutkan posisi ratu dunia. Itu juga sekaligus menjadi persaingan berebut tiket ke Olimpiade Rio de Janeiro 2016. (*)



Posisi 5 besar tunggal putri (per 9 April 2015)

1. Li Xuerui (Tiongkok)  80.476 poin

2. Saina Nehwal (India) 80.191

3. Carolina Marin (Spanyol) 79.578

4. Wang Shixian (Tiongkok) 70.727

5.Sung Ji-hyun (Korsel) 70.704

*sumber: bwf

Dampingi Hendra/Ahsan ke Semifinal

PELAPIS: Angga Pratama/Ricky Karanda.

PP PBSI bisa sedikit bernafas lega. Keinginan merombak pasangan di nomor ganda putra guna mencari pelapis ideal bagi juara dunia 2013 Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan mulai menampakkan hasil.

Pasangan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi mampu menembus semifinal Singapura Super Series 2015. Untuk kali pertama mereka mampu menjejakkan kaki hingga empat besar di turnamen berlabel super series atau super series premier.

Memang, gelar juara pernah digapai di Thailand Challenge 2015. Namun, titel challenge merupakan turnamen kasta kelima di turnamen BWF setelah super series premier, super series, grand prix gold, dan grand prix.

Babak final juga pernah ditapaki. Tanpa meremehkan perjuangan Angga/Ricky, tiket babak pemungas itu dipetik di Makau Grand Prix Gold 2014 dan semifinal Malaysia Grand Prix Gold 2015.

Namun, saat berlaga di All England Super Series Premier 2015 dan Malaysia Super Series Premier 2015, keduanya sudah tersingkir sebelum semifinal. Menariknya, di kedua turnamen tersebut, Angga/Ricky takluk kepada Mathias Boe/Carsten Mogensen dari Denmark.

Nah, di Singapura Series 2015, Angga/Ricky semakin matang. Mereka mampu menyingkirkan unggulan teratas asal Korea Selatan (Korsel) Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong dengan dua game langsung 21-19, 21-18.

Kemenangan ini membuat pasangan Pelatnas Cipayung tersebut sukses revans. Mereka pernah dikalahkan di Hongkong Super Series 2014 lalu.

Sebelumnya, Angga lebih dikenal saat berpasangan dengan Rian Agung Saputro. Keduanya sempat digadang-gadang bakal jadi pasangan menerus Hendra/Ahsan.Bahkan, Angga/Rian mampu menembus posisi 10 besar dunia dan menjadi ganda kedua di Piala Thomas 2014.

Sayang, dua tahun lalu, keduanya labil. Sehingga, Angga/Rian pun dipisah. Sedangkan Ricky sebelumnya bertandem dengan Berry Anggriawan. Namun, prestasinya tak lebih bagus dibandingkan Angga/Rian.

Di semifinal Singapura Series 2015, Angga/Ricky akan berhadapan dengan pasangan tangguh Jepang Kenichi Kayakawa/Hiroyuki Endo. Mereka lolos ke semifinal berkat kemenangan 17-21,21-13, 21-18 atas Mads Conrad-Petersen/Mads  Pieler Kolding (Denmark).

Angga/Ricky belum pernah menantang pasangan yang kini ada di posisi keenam dunia tersebut. Hanya, kemenangan tetap terbuka bagi ganda merah putih yang kini masih berkutat di ranking 41 dunia tersebut.

Jika menang, tak menutup kemungkinan akan terjadi all Indonesian finals (final sesama wakil Indonesia). Hendra/Ahsan di semifinal ditantang pasangan Tiongkok Fu Haifeng/Zhang Nan. Hendra/Ahsan lolos ke semifinal usai mengalahkan rekannya di Pelatnas Cipayung Wahyu Nayaka/Ade Yusuf 21-12, 21-16. Sedangkan Fu/Zhang menjungkalkan unggulan kedua Lee Sheng Mu/Tsai Chia Hsin 21-16, 21-23, 21-15.

Maret lalu, Fu/Zhang mempermalukan Hendra/Ahsan di babak kedua All England Super Series 2015. Padahal, pasangan merah putih tersebut datang dengan status juara bertahan. Sementara, rekor pertemuan kedua pasangan masih imbang 2-2. (*)

Makin Dekat untuk Pertahankan Gelar

TERJAL: Simon Santoso di Singapura SS. 

SATU demi satu lawan disikat Simon Santoso di Singapura Super Series 2015. Bahkan, langkah mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut sudah sampai ke babak semifinal.

Dalam pertandingan perempat final yang dilaksanakan di Singapore Indoor Stadium pada Jumat waktu setempat, Simon tak mengalami kesulitan saat menundukkan Tanongsak Saensomboonsuk dari Thailand dengan dua game langsung 21-10, 21-19. Ini menjadi kemenangan ketiga mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut atas wakil Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, tersebut. Dua kemenangan sebelumnya digapai Simon di Taiwan Grand Prix Gold 2010 dan Jepang Super Series 2012.

Langkah menuju final pun terbuka lebar. Simon berjumpa dengan lawan yang juga bukan unggulan Kento Momota. Duta dari Jepang tersebut menembus semifinal tanpa memeras keringat karena HS Prannoy dari India mengundurkan diri.

Simon pernah mengalahkan Momota tiga tahun dalam Indonesia Grand Prix Gold. Ketika itu, dia menang straight game 21-10, 21-16.

Hanya, kini, Momota bakal tak mudah untuk dijinakkan. Dalam ranking terbaru BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terbaru, lelaki Negeri Matahari Terbit itu sudah menembus 10 besar dunia. Kini,Momota pun menjadi tunggal putra terbaik negerinya melewati Sho Sasaki (16) dan Kenichi Tago (21).

Sebaliknya dengan Simon. Dalam setahun terakhir, penampilannya jeblok. Ini yang membuat rankingya masih terburuk dan berada di posisi 38 dunia.

Akibatnya dia harus mengikuti babak kualifikasi di Singapura Super Series 2015. Meski, statusnya adalah juara bertahan. Tahun lalu, Simon naik ke podium juara usai mempermalukan Lee Chong Wei asal Malaysia yang saat itu masih berstatus tunggal putra nomor satu dunia.

Semifinal lainnya di nomor tunggal putra dalam Singapura Super Series 2015 mempertemukan Hu Yun dari Hongkong dengan Kashyap Parupalli (India). (*)

Ada Apa dengan Riky/Richi

Ekpresi Riky/Richi tahun lalu  (foto;badzine)

POSISI Riky Widianto/Richi Dili ada di 10 besar dunia nomor ganda campuran. Namun, itu tak membuat prestasi  mereka berkilau.

Sebaliknya, kini, pasangan nomor dua di Indonesia setelah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir tersebut tengah terpuruk. Riky/Richi selalu kalah di babak pertama dalam tiga turnamen  yakni All England Super Series Premier 2015, Malaysia Super Series Premier 2015, dan Singapura Super Series.

Sementara di Swiss Grand Prix Gold 2015,langkah pasangan Pelatnas Cipayung tersebut sampai di babak semifinal. Keduanya sempat memberikan harapan ketika menjadi juara di turnamen pertama yang diikuti, India Grand Prix Gold 2015.

Dalam pertandingan final, Riky/Richi membungkam pasangan tuan rumah Manu Attru/K. Maneesha. Sayang, langkah awal bagus ini gagal berlanjut.

Ada apa? Sayang, Riky enggan membeberkan alasan detalnya. Hanya, dia mengakui penampilannya bersama Richi tengah drop.

''Tapi bukan soal stamina. Ada yang tak bisa disebutkan he he he,'' tulis Riky dalam pesan singkatnya.Dia pun enggan menjawab jika penurunan itu karena ada masalah dengan Richi.

Padahal, sebelumnya, Riky berharap bersama Richi bisa menembus Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil, 2016. Dia ingin mengibarkan bendera merah putih di pesta olahraga empat tahunan tersebut. Setelah pada 2012 lalu di London, Inggris, mereka gagal menembusnya. (*)


Perjalanan Akhir Riky/Richi 2015

1. India Grand Prix Gold 2015
Juara: v Manu Attri/K. Manessa (India) 21-17, 21-17

2.All England Super Series Premier
Babak I: v Kenichi Hayakawa/Misaki Matsutomo (Jepang) 19-21, 13-21

3. Swiss Grand Prix Gold
Semifinal: v Lu Kai/Huang Yaqiong (Tiongkok) 16-21, 13-21

4. Malaysia Super Series Premier
Babak I: Mads Pieler Kolding/Kamilla Rhytter Juhl (Denmark) 22-20, 15-21, 11-21

5. Singapura Super Series
Babak I: Choi Sol-kyu/Chae Yoo-jung (Korea Selatan) 15-21, 19-21

Bukan Hal Mudah Capai Hat-trick

JUARA:Tontowi/Liliyana di  Singapura  2014. (foto:victor)

PASANGAN Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan sudah mengakhiri puasa gelarnya. Juara nomor ganda putra Malaysia Super Series Premier 2015 menjadi pembuktian mereka tetap menjadi pasangan yang layak diperhitungkan.

Kini, PP PBSI pun berharap itu segera terjadi pada Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Selama mengikuti turnamen di 2015, ganda campuran nomor satu dunia tersebut belum pernah merasakan naik ke podium juara.

Justru sebaliknya. Status sebagai pemenang di All England pun harus lepas. Mereka dipermalukan lawan beratnya asal Tiongkok Zhang Nan/Zhou Yunlei dengan 10-21, 10-21.

Sepekan kemudian, di Swiss Grand Prix Gold, Tontowi/Liliyana malah sudah terhenti di semifinal. Keduanya menyerah 19-21, 19-21 kepada wakil Tiongkok lainnya Liu Cheng/Bao Yixin. Nah, yang terakhir, di Malaysia Super Series, lagi-lagi Zhang/Zhou menjegalnya di semifinal dengan 19-21, 21-14, 11-21.

Kini, Tontowi/Liliyana pun mencoba menuntaskannya di Singapura Super Series. Memang, Zhang/Zhou juga ikut ambil bagian.

Namun, Singapura Super Series sudah seperti rumah bagi pasangan Pelatnas Cipayung tersebut. Dalam dua tahun terakhir, 2013 dan 2014, Tontowi/Liliyana mampu menjadi juara. Juga pada 2011.

Kali pertama naik ke podium terhormat pada 2011, keduanya menghentikan perlawanan duta Taiwan Chen Hung-ling/Cheng Wen-hsing 21-14, 27-25. Dua tahun lalu, ganda yang berasal dari klub yang sama, Djarum Kudus, tersebut menundukkan Yoo Yeon-seong/Eom Hye-won (Korea Selatan) di final dengan 21-12, 21-12. Sementara, tahun lalu, mereka menang 21-15, 22-20 atas rekannya sendiri di Pelatnas Cipayung Riky Widianto/Richi Puspita Dili.

Nah, kini, .asa mencetak hat-trick (tiga kali beruntun) juara tetap terjaga. Di babak pertama, Tontowi/Liliyana menang mudah 21-5, 21-7 atas Lee Jian Yi/Lim Peiy Zhean dari Malaysia.

Untuk bisa menembus perempat final, pasangan yang diunggulkan di posisi ketiga tersebut harus bisa menyingkirkan Lee Chun/Chau Hoi Wah, yang di babak pertama menyingkirkan pasangan tuan rumah Chayut Triyachart/Shinta Mulia Sari 21-15, 21-11.Tontowi/Liliyana pernah bersua di Lee Chun/Chau Hoi di Kejuaraan Dunia 2013. Pasangan merah putih itu dipaksa tampil tiga game 21-23, 21-15, 21-14.

Di babak kedua Singapura Super Series 2015, di nomor ganda campuran, Indonesia juga menempatkan Irfan Fadilah/Weni Anggraeni dan Markis Kido/Pia Zebadiah. (*)

Ada Yang Beda di Singapura

CAPAIAN: Bellaetrix Manuputty (foto:djarum)


ADA yang 'aneh' di Singapura Super Series 2015. Tiga tunggal putri Indonesia bertengger di babak kedua turnamen berhadiah total USD 300 ribu tersebut.

Kok aneh? Ya, ini tak lazim. Biasanya, di babak kedua nyaris tak pernah ada srikandi merah putih yang mampu menembus babak kedua turnamen level super series. Apalagi, super series premier.

Tapi di Negeri Singa, julukan Singapura, lain. Yang lolos ke babak kedua bukan hanya satu tapi tiga. Mereka adalah Maria Febe Kusumastuti, Lindaweni Fanetri, dan Bellaetrix Manuputty.Mereka mampu menang atas lawan-lawannya di babak I Singapura Super Series 2015 yang dilaksanakan pada Rabu waktu setempat (8/4/2015) di Singapore Indoor Stadium (SIS).

Febe, sapaan karib Maria Febe Kusmastuti, dipaksa tampil tiga game 19-21,21-5,21-10 untuk menghentikan perlawanan wakil Jerman Karin Schnaase. Perempuan binaan Djarum Kudus tersebut tampil di babak utama menggantikan unggulan pertama Saina Nehwal asal India.

Di babak kedua, Febe bersua dengan Line Kjaersfeldt. Pebulu tangkis Denmark ini di babak pertama melibas PC Thulasi dari India dengan 21-16, 21-14. Bagi kedua pebulu tangkis, ini menjadi pertemuan perdana.

Hanya, dari sisi ranking, wakil merah putih masih kalah. Febe ada di posisi 46 sedangkan lawannya sembilan setrip lebih bagus.

Dalam laga lain, Lindaweni juga memeras keringat dalam tiga game 9-21, 21-13, 21-13 sebelum menyudahi perlawanan Minatsu Mitani asal Jepang. Tapi, di babak kedua, tunggal putri nomor satu dunia tersebut berhadapa dengan lawan berat, juara dunia 2013 asal Thailand Ratchanok Intanon.

Lindaweni sudah dua kali bertemu. Hasilnya, dia tak pernah menang.

Sementara, Bella, sapaan Bellaetrix Manuputty, melibas Yui Hashimoto dari Jepang dengan rubber game 21-17, 12-21, 21-18. Sun Yu dari Tiongkok menjadi lawan yang harus disingkirkannya.Dengan ranking 69, susah bagi Bella untuk mengalahkan Sun Yu yang kini ada di posisi 15. (*)

Capaian Terjauh Simon Santoso

KENANGAN :Simon Santoso bersama Lee Chong Wei 2014.
LANGKAH Simon Santoso di Singapura Super Series 2015 sudah di babak kedua. Tiket itu diperolehnya setelah menang 21-14, 21-14 atas wakil Malaysia Mohamad Arif Abdul Latif dalam pertandingan babak I yang dilaksanakan di Singapore Indoor Stadium pada Rabu waktu setempat (8/4/2015).

Ini menjadi kemenangan ketiga Simon atas pebulu tangkis negeri jiran tersebut. Dua kemenangan lain diukirnya di Thailand Open 2007 dan Macau Open 2010.

Capaian menembus babak kedua Singapura Super Series 2015 juga menjadi langkah terjauh Simon sepanjang tahun ini. Dalam 2015, mantan tunggal putra peringkat ketiga dunia tersebut sudah tampil dalam dua turnamen, Jerman Grand Prix Gold dan All England Super Series Premier.

Di Jerman pada 24 Februari 2015, lelaki asal Tegal, Jawa Tengah, tersebut langsung tersingkir di babak I. Simon dipaksa harus mengakui unggulan ke-16 asal Hongkong Wong Wing Ki dengan dua game langsung 17-21, 16-21.

Sepekan kemudian (3/3/2015), dia malah sudah tersungkur di babak kualifikasi. Ironisnya, pebulu tangkis binaan Tangkas ini dikalahkan mantan rekannya berlatih di Pelatnas Cipayung Dionysius Hayom Rumbaka dengan straight game 14-21, 17-21.  Ironisnya, Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, selalu dikalah Simon dalam tiga pertemuan sebelumnya.

Jebloknya di dua turnamen tersebut membuat dia tahu diri. Pebulu tangkis yang dua kali mampu mengantarkan Musica Champions menjadi juara Superliga Bulu Tangkis Indonesia (SBI) dua kali, 2014 dan 2015, tersebut pun memilih meninggalkan Pelatnas Cipayung kembali.

Pada awal 2014, hal serupa juga pernah diambil Simon. Tapi, di luar Cipayung, lelaki 30 tahun tersebut malah tampil gemilang.

Dia mampu menjadi juara di Malaysia Grand Prix Gold 2014 dan Singapura Super Series 2014. Di Negeri Singa,julukan Singapura, Simon menjadi juara setelah menaklukan tunggal putra terbaik dunia saat itu, Lee Chong Wei, asal Malaysia.

Sayang, setelah itu, penampilannya jeblok. Kegagalan selalu mengiringi penampilannya di berbagai turnamen. Imbasnya, ranking dunia pun belum melesat ke papan atas.

Kali terakhir, Simon masih berada di posisi 38 dunia. Ranking ini membuatnya harus kembali melalui babak kualifikasi di Singapura Super Series 2015. Meski, statusnya adalah juara bertahan.Untung, dia mampu menembus babak utama usai memetik dua kemenangan.

Di babak kedua Singapura Super Series 2015, Simon menantang unggulan kelima asal Denmark Viktor Axelsen yang di babak pertama menang 21-17, 21-15 atas Rajiv Ouseph asal Inggris. Selama karirnya, Simon belum pernah berjumpa dengan Viktor yang kini ada di posisi keenam dunia.

Di babak kedua, Indonesia juga menempatkan Hayom. Dia juga akan bersua dengan lawan berat Tian Houwei asal Tiongkok. (*)

Kalah karena Stamina Febby Sudah Terkuras

Febby dan Beatriz Corrales (foto: imam teguh santoso)

LANGKAH Carolina Marin menjadi juara diikuti oleh rekannya, Beatriz Corrales. Bedanya, Marin juara tunggal putri di turnamen bergengsi dengan titel super series premier di Malaysia. Sedangkan Beatriz melakukannya di ajang yang levelnya jauh di bawahnya, yakni Finlandia Challenge.

Beatriz menjadi juara di turnamen berhadiah total USD 15 ribu tersebut usai menundukkan wakil Indonesia Febby Angguni dengan dua game langsung 21-19, 21-12 di Energia Arena,Vantaa, pada Minggu waktu setempat (5/4/2015).

Ini menjadi gelar perdana bagi gadis 23 tahun lalu selama 2015. Hingga Aprll ini, Beatriz sudah mengikuti empat turnamen. Hasil terbaiknya adalah menembus babak final di Swedia Masters. Sayang, dalam turnamen kategori challenge itu dia dikalahkan wakil Skotlandia Kirsty Gilmour.

Begitu juga dengan Febby, menembus babak final menjadi capaian tertingginya di 2015. Apalagi, dia juga baru saja jeblok di dua event di Eropa, Polandia Challenge dan Orleans Challenge. Di dua turnamen tersebut, mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersbut sudah tumbang di babak-babak awal.

Di turnamen yang diikuti, Febby harus merangkak dari babak kualifikasi. Ini dikarenakan rankingnya yang jeblok. Saat ini, pebulu tangkis putri yang besar di Djarum Kudus tersebut terdampar di ranking 236.

''Stamina Febby di final sudah habis. Tampil dari babak kualifukasi sangat mempengaruhi kebugaran dia,'' kata Imam Teguh Santoso, pelatih nasional Finlandia yang berasal dari Indonesia.

Meski, sebenarnya, tambah dia, Febby mampu memberikan perlawanan kepada Beatriz yang merupakan unggulan pertama. Tapi, lagi-lagi, ucap Imam, stamina sangat memegang peranan.   (*)

Hasil final Finlandia Challenge 2015

Tunggal putra:Vladimir Malkov (Rusia x2) v Eetu Heino (Finlandia) 21-18, 21-15

Tunggal putri:Beatriz Corrales (Spanyol x1) v Febby Angguni (Indonesia) 21-19, 21-12

Ganda putra: Andrew Ellis/Peter Mills (Inggris) v Mathias Christiansen/David Daugaard (Denmark) 21-19, 21-12

Ganda putri:Heather Olver/Laurent Smith (Inggris x1) v Delphine Lansac/Emilie Lefel (Prancis x2) 21-13, 23-21

Ganda campuran: Anatoliy Yartsev/Evgenia Kosetskaya (Rusia x2) v Gaetan Mittelheisser/Audrey Fontaine (Prancis) 16-21, 21-17, 21-10

x=unggulan

Ikuti Jejak Gillian dan Tine

GIGIT MEDALI: Carolina Marin dengan hadiah juara.

SENSASI Carolina Marin di panggung bulu tangkis dunia terus berlanjut. Gadis 22 tahun asal Spanyol tersebut untuk kali kedua mampu menjadi juara tunggal putri di turnamen level tertinggi, super series premier.

Kali ini,Marin melakukannya di Malaysia Super Series Premier 2015. Dia memupus asa unggulan pertama asal Tiongkok Li Xuerui dengan rubber game 19-21, 21-19, 21-17 dalam final yang digelar di Putra Stadium, Bukit Jalil, Kuala Lumpur.

Sebelumnya, perempuan Negeri Matador, julukan Spanyol, tersebut mengukirkan namanya di ajang All England Super Series Premier. Dalam babak pemungkas, Marin melibas Saina Nehwal dari India.

Tahun lalu di Kopenhagen, Denmark, dia mampu menjadi juara. Kebetulan, lawan yang dikalahkannya pun sama dengan di Kuala Lumpur, yakni Li Xuerui.

Sejak Malaysia Open, titel resmi Malaysia Super Series Premier 2015, kali pertama digulirkan pada 1937, Marin menjadi perempuan ketiga Eropa yang berjaya di negeri jiran tersebut. Dia mengikuti jejak Gillian Gowers dari Inggris dan Tine Baun (Denmark).

Gillian melakukannya pada 1985. Tine, yang masuk memakai nama Rasmussen di belakangnya, lebih hebat lagi. Dia naik ke podium terhormat dua kali, 2008 dan 2009.

Hasil dari Malaysia Super Series Premier ini mengusik posisi Saina di posisi teratas dunia. Padahal, posisi tersebut baru beberapa hari didudukinya. Di turnamen berhadiah total USD 500 ribu tersebut, Saina terhenti langkahnya di semifinal oleh Li Xuerui. (*)

Penantian Setahun Hendra/Ahsan Berakhir

TUNTAS:Hendra/Ahsan usai penyerahan hadiah (foto:PBSI)

PACEKLIK gelar Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan berakhir. Itu setelah pasangan ganda putra terbaik Indonesia tersebut mampu menjadi juara di Mkalaysia Super Series Premier 2015.

Dalam final yang dilaksanakan di Stadium Juara Bukit Jalil, Kuala Lumpur, pada Minggu waktu setempat (5/4/2015), Hendra/Ahsan menjungkalkan unggulan teratas asal Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong dalam pertarungan tiga game 14-21, 21-15, 23-21.

Di Malaysia Open, titel resmi Malaysia Super Series Premier 2015, ini menjadi gelar kedua. Sebelumnya, dua tahun lalu, pasangan Pelatnas Cipayung tersebut menundukkan Yong-dae yang masih berpasangan dengan Ko Sung-hyun dengan 21-15, 21-13.

Sedangkan sejak menjadi juara All England Super Series Premier pada Maret lalu, Hendra/Ahsan belum pernah naik ke podium terhormat lagi. Bahkan, keduanya bulan lalu sudah tumbang di babak kedua saat berusaha mempertahankan prestasi tersebut.

Pada pertandingan final Malaysia Super Series 2015, asa menjadi juara sempat menipis. Di game pertama, Hendra/Ahsan menyerah mudah 14-21. Namun, di game kedua, pasangan yang rankingnya tengah terpuruk di posisi kedelapan tersebut bangkit dan unggul 21-15.

Di game ketiga, saat kedudukan 20-17, Hendra/Ahsan sempat lengah. Unggul 20-17, mereka terkejar, bahkan ketinggalan 20-21. Namun, mental juara yang dimiliki membuat  Hendra/Ahsan menutup perlawanan pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, dengan 23-21. (*)

Hasil final

Tunggal putra: Chen Long (Tiongkok x1) v Lin Dan (Tiongkok x5) 20-22, 21-13, 21-11

Tunggal putri:Carolina Marin (Spanyol x6) v Li Xuerui (Tiongkok x1) 19-21, 21-19, 21-17

Ganda putra:Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia x4) v Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel x1) 14-21, 21-15, 23-21

Ganda putri:Luo Ying/Luo Yu (Tiongkok x3) v Chang Ye-na/Jung Kyung-eun (Korsel) 21-18, 21-19

Ganda campuran: Zhang Nan/Zhou Yunlei (Tiongkok x1) v Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok x3) 21-16,21-14

x=unggulan