WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

BAM Terancam Kehilangan Pelatih (Lagi)

TAWARAN: Tan Kim Her  bisa ke India (foto:thestar)
BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia) kembali bergolak. Salah satu pelatihnya,Tan Kim Her, dikabarkan bakal hengkang.

Sebuah media di India melaporkan, lelaki 44 tahun tersebut menjadi kandidat menjadi pelatih ganda di BAI (Asosiasi Bulu Tangkis India). Selain Kim Her, nominasi lainnya berasal dari Korea Selatan dan Inggris.

Jika menangani di India, Kim Her akan menerima bayaran antara USD 7.500 - USD 8.000 atau sekitar (Rp 75 juta hingga Rp 80 juta) per bulan. Dengan duras kontrak selama lima tahun.

Kim Her merupakan pelatih kepala nomor ganda 2011-2013. Pada 2013, dia juga turun langsung turun ke lapangan memoles ganda campuran.
.
BAM sendiri sudah ditinggal beberapa pelatihnya seperti  Rashid Sidek dan Rosman Razak. Keduanya bergabung  Sports Affairs. Begitu juga dengan He Guo Quan yang baru akhir bulan lalu bergabung dengan Ampang Jaya BC.

''Benar Kim Her menerima tawaran menanganin India. Tapi, dia belum mengundurkan diri dari BAM. Yang pasti, kami senang jika dia bertahan bersama kami,'' kata Direktur Teknik BAM Morten Frost asal Denmark. (*)

Indonesia Gagal Ulangi Capaian 2011

SIA-SIA: Aprilia sumbang kemenangan (foto:djarum)
TIM bulu tangkis Indonesia gagal di Universiade 2015. Ironisnya, kegagalan tersebut dialami sebelum babak semifinal. Ini praktis membuat merah putih tak memperoleh medali.

Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Gwangju, Korea Selatan, pada Selasa waktu setempat (7/7/2015), Indonesia menyerah 2-3 kepada Malaysia. Harapan menembus empat besar dibuka oleh kemenangan pasangan ganda campuran Agripinna Prima/Keshya Nurvita yang mengalahkan Mohd Arif Latif/Sannatasah.

Seperti dikutip media Malaysia, negeri jiran menyamakan kedudukan dari nomor tunggal putra. Mantan juara dunia junior Zulfadli Zulkiffli menang mudah dua game 21-9, 21-11 atas Siwanto.

Indonesia malah tertinggal saat pasangan Agrippina/Arya Maulana Aldiartama dipermalukan Mohd Arif Abdul Latif/Vountus Indra Mawan dengan rubber game 21-19, 15-21, 17-21.  Tapi, asa lolos disemburkan Aprilia Yuswandari. Perempuan yang pernah duduk di peringkat 21 dunia tersebut menang 21-17, 14-21, 21-15 atas Lydia Cheah.

Namun, di laga penentuan yang mempertandingkan nomor ganda putri, pasangan nomor 27 dunia Devi Tika Permatasari/Keshya Nurvita Hanadia menyerah rubber game 20-22,  21-13, 16-21 kepada Sannatasah Saniru/Ti Wei Chyi. Hasl ini membawa Malaysia bertemu dengan Korea Selatan di babak semifinal yang dilaksanakan Rabu (8/7/2015).

Dua tahun lalu di Kazan, Rusia, Indonesia juga gagal memperoleh medali di beregu dan perorangan. Sementara pada 2011 di Shenzhen, Tiongkok, Indonesia Raya berkumandang dari nomor beregu. (*)

Mantan Cipayung Tampil di Universiade

BELA BANGSA: Devi Tika/Khesya Nurvita (foto:djarum)
TIM bulu tangkis Indonesia di pandang sebelah mata dalam Universiade 2015. Dalam ajang yang dlaksanakan di Gwangju, Korea Selatan, paa 6-11 Juli tersebut, merah putih hanya diunggulkan di posisi kesepuluh.

Dalam babak penyisihan, Indonesia menghuni Grup E bersama dengan Rusia, Hongkong, dan Estonia. Dalam ajang tahunan tersebut, merah putih membawa delapan pebulu tangkis, empat putra dan empat putri.

Meski tak ada pebulu tangkis nasional yang ikut. Tapi, mayoritas pernah digembleng di Cipayung, tempat pemusatan latihan PP PBSI.

Di kelompok putra ada Siswanto, Arya Maulana, Agripinna Prima, dan Hidayat Setiwan. Selain nama terakhir, ketiganya hasil gemblengan pelatnas.

Bahkan, Arya merupakan mantan juara junior Asia 2012 saat masih berpasangan dengan Edi Subaktiar. Sedangkan Agripinna saat ini masih berpasangan dengan mantan juara Olimpiade Beijing Markis Kido.

Sedang di kelompok putri, dua tunggal putri yang sama-sama pernah membela Indonesia di ajang Piala Uber, Febby Angguni dan Aprilia Yuswandari. Sedangkan di ganda pasangan langganan juara sirkuit nasional Devi Tika Permatasari/Keshya Nurvita jadi tumpuan.

Dua tahun lalu, di Kazan, Rusia, Indonesia gagal total. Tak ada satu pun medali yang berhasil di bawa pulang.Lima emas disabet Korea Selatan dan satu emas jatuh ke tangan Thailand melalui Tanongsak Saensombonsuk dari tunggal putra.

Hasil lebih bagus dipetik pada 2011. Dalam ajang yang dilaksanakan di Shenzhen, Tiongkok, lagu Indonesia Raya berkumandang di nomor beregu. Saat itu, Indonesia diperkuat antara lain Sentaria Agus di tunggal putra, Bellaetrix Manuputty di tunggal putri, Rian Agung/Angga Pratama (ganda putra), maupun Riky Widianto/Shendy Puspa di ganda campuran.(*)


Ranking Skuad Indonesia di Universiade 2015
Putra:
1.Siswanto
Tunggal:512
Ganda: -

2.Arya Maulana
Tunggal: -
Ganda putra: 282
Ganda campuran:553

3. Agripinna Prima
Tunggal:-
Ganda putra:47
Ganda campuran: 123

4.Hidayat Setiwan
Tunggal: -
Ganda putra:700
Ganda campuran: 1346

Putri:
5.Febby Angguni
Tunggal: 164
Ganda putri:-
Ganda campuran:-

 6.Aprilia Yuswandari
Tunggal: 116
Ganda putri:-
Ganda campuran: -

7.Devi Tika Permatasari
Tunggal:-
Ganda putri: 27
Ganda campuran: 222

8. Keshya Nurvita
Tunggal: -
Ganda putri: 27
Ganda campuran: 254

Sumber: BWF

Melompat tapi Tak Bisa Tinggi Sekali

JUARA: Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (foto:badzine)
GELAR nomor ganda putra White Nights 2015 jatuh ke tangan Koo Kien Keat/Tan Boon Heong. Pasangan Malaysia tersebut menjungkalkan unggulan kedua Marcus Ellis/Chris Langridge dua game langsung 21-10, 21-12 dalam pertandingan final yang dilaksanakan di Gatchina, Rusia, pada Minggu waktu setempat (5/7/2015).

Sebelumnya, pada bulan lalu, mereka menang di turnamen challenge, yang merupakan turnamen level kelima, dalam kalender BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) yakni Sri Lanka Open.Ketika itu, Kien Keat/Boon Heong menundukkan rekan senegaranya sendiri Chooi Kah Ming /Ow Yao Han dengan 21-19, 21-17.

Sebenarnya, dia jeda antara Sri Lanka Challenge dan White Nights, mantan penghuni pemusatan latihan BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia) tersebut turun di Mauritius Internationaln dan Amerika Serikat Grand Prix Gold. Namun, keduanya memilih memutuskan mundur.

Raihan di Negeri Beruang Merah, julukan Rusia, itu semakin sempurna karena Kien Keat/Boon Heong tak pernah kehilangan satu game pun. Bahkan, unggulan teratas Adam Cwalina/Przemyslaw Wacha asal Polandia ditaklukkan straight game 21-15, 21-17 di babak kedua. Begitu juga unggulan ketiga Peter Briggs/Tom Wolfenden yang juga dari Inggris disikat 21-18, 21-18.

Kemenangan ini bakal mengangkat kembali ranking pasangan negeri jiran tersebut. Memang tak akan terlalu tinggi karena turnamen yang diikutinya hanya level challenge.

Saat ini, Kien Keat/Boon Heong tengah menyusun kekuatan kembali. Mereka sempat terpisah beberapa bulan karena Kien Keat memilih kelur dari BAM dan pergi ke Thailand. Akibatnya, ranking yang dimiliki terus turun dan sempat terlempat ke 100 besar dunia. (*)


Distribusi gelar White Nights 2015
Tunggal putra: Vladimir Malkov (Rusia x7) v Nguyen Tien Minh (Vietnam x1) 21-16, 21-12

Tunggal putri:Vu Thi Trang (Vietnam x5) v Rong Schafer (Amerika Serikat) 21-14, 21-14

Ganda putra:Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (Malaysia) v Marcus Ellis/Chris Langridge (Inggris x2) 21-10, 21-12

Ganda putri: Ekaterina Bolotova/Evgeniya Kosetskaya (Rusia x1) v Ozge Bayrak/Neslihan Yigit (Turki x2) 20-22, 21-13, 21-15

Ganda campuran:  Sam Magee/Chloe Magee (Irlandia x1) v Robert Mateusiak/Nadiezda Zieba (Polandia) 21-18, 21-17

x=unggulan

Kien Keat/Boon Heong Mengejar Yang Kedua

TERJAL:Marcus Ellis/Chris Langridge (foto:BWF)
KOO Kien Keat/Tan Boon Heong semakin panas. Pasangan Malaysia tersebut mampu menembus final White Nights 2015.

Pada pertandingan yang dilaksanakan di Gatchina, Rusia, pada Sabtu waktu setempat (4/7/2015), mantan pasangan nomor satu dunia tersebut memetik kemenangan. Di perempat final, Kien Keat/Boon Heong menjungkalkan unggulan pertama turnamen berhadiah total USD 15 ribu tersebut, Adam Cwalina/Przemyslaw Wacha dari Poladia dengan dua game langsung 21-15, 21-17.

Ini menjadi kemenangan kedua pasangan negeri jiran tersebut atas Cwalina/Wacha. Bulan lalu, Kien Keat/Boon Heong menang di Sri Lanka Challenge juga dengan dua game.

Beberapa jam kemudian, tiket ke final berhasil digenggam juara All England 2007 tersebut berkat kemenangan straight game 21-17, 21-19 atas unggulan ketiga asal Inggris Peter Briggs/Tom Wolfenden.  Kien Keat/Boon Heong belum pernah berjumpa lawannya tersebut.

Namun, babak pemungkas yang dilaksanakan Minggu waktu setempat (5/7/2015), urung mempertemukan sesama pasangan Malaysia. Kompatriot (rekan senegara) Hoon Thien How/Lim Khim Wah menyerah 11-21, 18-11 kepada wakil Inggris lainnya, Marcus Ellis/Chris Langridge. Pada game kedua, ganda Malaysia itu mengundurkan diri.

Kien Keat/Boon Heong belum pernah berjumpa dengan Ellis/Langridge. Kalau melihat ranking, pasangan yang sudah berada di bawah naungan BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia) kalah jauh. Kien Keat/Boon Heong ada di posisi 93 sedangkan lawannya di ranking 29.

Hanya, dari sisi pengalaman, pasangan yang sempat terpisah tersebut unggul pengalaman. Selain pernah duduk di posisi teratas dunia, Kien Keat/Boon Heong merupakan finalis Kejuaraan Dunia 2010. Selain itu, dalam ukiran sesama wakil dari negara anggota Persemakmuran (Commonwealth), Ellis/Langridge tak ada apa-apanya.  Kien Keat/Boon Heong dua kali meraih emas dalam Commonwealth Games yakni 2006 dan 2010.

Jika juara di Rusia, mereka akan mengoleksi dua gelar beruntun. Sebelumnya, Kien Keat/Boon Heong meraih gelar di Srilanka Challenge. (*)

Agenda final White Nights 2015
Tunggal putra:Nguyen Tien Minh (Vietnam x1) v Vladimir Malkov (Rusia x7)

Tunggal putri: Vu Thi Trang (Vietnam x5) v Rong Schafer (AS x2)

Ganda putra: Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (Malaysia) v Marcus Ellis/Chris Langridge (Inggris x2)

Ganda putri:Ekaterina Bolotova/Evgeniya Kosetkaya (Rusia x1) v Ozge Bayrak/Neslihan Yigit (Turki x2)

Ganda campuran: Sam Magee/Chloe Magee (Irlandia x1) v Robert Mateusiak/Nadiezda Zieba (Polandia x2)

x=unggulan

Tiongkok Bisa Ulangi Sukses Era Lin Dan

Di masa junior Lin Dan pernah membawa Tiongkok pesta gelar
TIONGKOK tampil perkasa dalam Kejuaraan Junior Asia 2015. Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut mampu meloloskan wakilnya dalam semua nomor.

Bahkan, dua gelar dari nomor ganda putri dan ganda putra, sudah pasti di tangan. Ini disebabkan terjadinya final sesama wakil Tiongkok (all Tiongkok finals).

Di ganda putri Chen Qingchen/Jia Yi Fan yang diunggulkan di posisi ketiga akan berhadapan dengan kompatriot (rekan satu negara) Du Yue/Li Yin Hui (Tiongkok). Sedangkan di ganda putra,  pasangan nonunggulan Han Chengkai/Zhou Haodongn menantang unggulan kedua He Jiting/Zheng Si Wei.

Sejak digelar 1997, Negeri Tembok Rakasasa, julukan Tiongkok lainnya, hanya sekali sapu bersih yakni pada 2000. Selain memenangi lima nomor perorangan, negeri beribu kota Beijing tersebut juga menyabet posisi terhormat di nomor beregu putra dan putri.

Saat itu, Kejuaraan Junior Asia masih memakai sistem beregu putra dan putri layaknya Piala Thomas-Uber. Namun, sejak 2006, sistem diubah ke Piala Sudirman dengan menggelar lima nomor di kelompok beregu yakni tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran.

Pada 2000, Tiongkok mengandalkan Lin Dan yang akhirnya menjadi legenda olahraga tepok bulu dunia dengan koleksi lima gelar juara dunia dan dua emas olimpiade (Beijing 2008 dan London 2012). Sampai kini, Super Dan, julukan Lin Dan, masih aktif bermain.

Tahun lalu, sukses itu nyaring terulang. Usai meraih gelar beregu dengan mengandaskan Korea Selatan di beregu, Tiongkok kehilangan satu posisi terhormat di nomor tunggal putri yang jatuh ke wakil Jepang Akana Yamaguchi.

Namun, mereka juga pernah gagal total pada 2012. Saat itu, tak ada satu pun wakil Tiongkok yang menjuarai nomor perorangan.Gelar beregu pun disabet Jepang. (*)







Agenda final Kejuaraan Junior Asia 2015
Tunggal putri: He Bing Jiao (x1) v Chocuwong Pornpawee (Thailand x8)

Ganda campuran: Zheng Si Wei/Chen Qingchen (Tiongkok x1)  v Choi Jong-woo/Kim Hye-jeong (Korea Selatan)

Tunggal putra: Lin Guipu (Tiongkok x6) v Seo Seung-jae (Korea Selatan x4)

Ganda putri: Chen Qingchen/Jia Yi Fan (Tiongkok x3) v Du Yue/Li Yin Hui (Tiongkok)

Ganda putra: Han Chengkai/Zhou Haodongn (Tiongkok) v He Jiting/Zheng Si Wei (Tiongkok x2)

x=unggulan

Gagal Total dari Bangkok

PASANGAN ganda campuran
TAKLUK: Fachriza Abimanyu/Apriani (foto:PBSI)
Fachriza Abimanyu/Apriani terhenti di semifinal Kejuaraan Junior Asia 2015. Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Bangkok, Thailand, pada Sabtu waktu setempat (4/7/2015), mereka kalah dua game langsung 14-21, 14-21 kepada unggulan teratas Zheng Si Wei/Chen Qingchen.

Kekalahan ini membuat Indonesia tak bisa mengirim wakilnya di babak final yang dilaksanakan Mingu (5/7/2015). Ini disebabkan keduanya merupakan harapan terakhir merah putih dalam ajang bagi pebulu tangkis di bawah usia 19 tahun tersebut.

''Kami gagal total. Tak ada gelar yang bisa kami raih,'' kata Imam Tohari, salah satu pelatih Tim Junior Indonesia, kepada Smashyes.

Ya, sebelumnya, PP PBSI berharap mampu meraih juara. Bahkan, kans tersebut ada di beregu dan perorangan.

Sayang, di nomor beregu, merah putih dihentikan Korea Selatan dengan skor 2-3. Gelar beregu akhirnya dimenangkan Tiongkok yang melibas Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, dengan skor 3-0.

Sebenarnya, di nomor perorangan, harapan besar diletakkan di nomor tunggal putra melalui Firman Abdul Kholik. Alasannya, dia sudah pengalaman di level senior dan juga menduduki urutan teratas.

Tapi, siapa sangka, pebulu tangkis yang sudah digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut sudah tersingkir di perempat final. Secara mengejutkan, Firman ditumbangkan Yuta Watanabe dari Jepang 21-23, 16-21.

''Lawan memang lebih bagus dan lebih siap,'' ungkap Imam.

Dia menegaskan akan menggembleng lebih keras. Apalagi, dalam dua tahun mendatang, mereka akan menjadi pesaing di level senior.

Pil pahit tahun ini membuat Indonesia puasa gelar selama tiga tahun terakhir.Kali terakhir pada 2012, Edi Subaktiar/Arya Maulana menjadi juara nomor ganda putra. (*)


Junior Indonesia yang juara di level Asia

2002:
Ganda campuran: Markis Kido/Liliyana Natsir

2007
Ganda putri:Richi Puspita Dili/Debby Susanto

2009:
Ganda putra: Angga Pratama/Yohanes Rendy Sugiarto

2011:
Ganda putri: Suci Riski Andini/Tiara Rosalia
Ganda campuran: Lukhi Apri Nugroho/Ririn Amelia

2012:
Ganda putra: Edi Subaktiar/Arya Maulana

Punya Kenangan Manis Empat Tahun Lalu

KE TAIWAN: Sony Dwi Kuncoro
RANKING Sony Dwi Kuncoro masih terpuruk. Dalam rilis terbaru yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 2 Juli 2015, arek Suroboyo tersebut berada di posisi 123 dunia.

Tentu, ini jauh dari ranking terbaik yang pernah didudukinya, yakni posisi keempat. Usaha untuk mendongkraknya pun sudah dilakukan Sony.

Tahun ini, dia sudah lima kali mengikuti turnamen internasional. Sayang, hasilnya belum ada yang memuaskan.Tiga kali Sony tumbang di laga pertama babak utama yakni di Malaysia Grand Prix Gold, Swiss Grand Prix Gold, dan Tiongkok Grand Prix Gold.

Bahkan, di Indonesia Super Series Premier 2015, bapak dua anak itu sudah tersingkir di babak kualifikasi. Sementara di Vietnam Challenge, Sony melaju hingga perempat final sebelum dihentikan pebulu tangkis junior Firman Abdul Kholik.

Namun, itu semua tak membuat mantan tunggal putra terbaik Indonesia itu menyerah. Kini, namanya terdaftar di Taiwan Grand Prix Gold yang dilaksanakan di Taipeh pada 14-19 Juli 2015.

''Ya, saya ikut di sana,'' jelas Sony kepada smashyes.

Hanya, seperti biasanya, peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 tersebut tak banyak sesumbar. Dia hanya ingin tampil sebaik mungkin.

Di babak pertama Taiwan Grand Prix Gold 2015, di babak pertama, Sony berjumpa dengan Hu Yun. Seteru asal Hongkong tersebut bukan yang asing baginya.

Mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut pernah mengalahkannya pada 2011. Kebetulannya, eventnya sama dengan sekarang, Taiwan Open.

Selain itu, keduanya juga pernah bahu membahu membela Suryanaga, Surabaya, di ajang Superliga Bulu Tangkis Indonesia 2013.  Selain Sony, pebulu tangkis senior Indonesia, Simon Santoso, juga turun di Taiwan Grand Prix Gold 2015. (*)

Tien Minh Sekarang Punya Teman

TERATAS: Nguyen Tien Minh (foto: vietnamtalk)
LAJU Nguyen Tien Minh di White Nights 2015 belum menemui sandungan. Sebagai unggulan teratas nomor tunggal putra, lelaki asal Vietnam tersebut sudah menjejakan kaki ke babak semifinal.

Itu setelah Tien Minh mengalahkan wakil Amerika Serikat Howard Shu dengan straight game 21-13, 21-7 dalam pertandingan babak ketiga yang dilaksanakan di Gatchina, Rusia, pada Jumat waktu setempat (3/7/2015). Dia akan ditantang Mohamad Arif Abdul Latif.  Unggulan ke-13 asal Malaysia itu menembus empat besar usai menundukkan Anatoliy Yartsev asal Rusia 15-21, 21-16, 21-17.

Tien Minh punya rekor bagus dengan pebulu tangkis negeri jiran itu. Tiga tahun lalu, dia menang 21-14, 21-7 atas Arif di kandangnya sendiri, Vietnam Grand Prix.

Selain itu, dalam ranking dunia, Tien Minh unggul jauh. Dia ada di posisi 35 sedangkan lawannya di ranking 66.

Hampir setahun ini, lelaki 32 tahun tersebut belum pernah menjadi juara.Kali terakhir, Tien Minh naik ke podium terhormat pada Amerika Serikat Grand Prix Gold 2014 pada bulan Juli.

Dalam 2015 ini, hasil yang diraih Tien Minh sangat buruk. Dia selalu tumbang di babak pertama dalam setiap turnamen yang diikuti Malaysia Super Series Premier, Singapura Super Series, dan Kejuaraan Asia.

Akibatnya, rankingnya pun terus merosot. Dari posisi terbaik di ranking kelima, kini dia terlempar dari 10 besar.

Menariknya, di White Nights 2015, Tien Minh punya teman senegara di babak perempat final yakni Cao Cuong Pham. Tiket itu digenggam usai mengalahkan wakil Ukraina Vitaly Konov 18-21, 21-12, 21-16. Di perempat final, dia berjumpa dengan pebulu tangkis Ukraina lainnya, Artem Pochtarev. (*)

Hanya Sisakan Satu Wakil

SATU SAJA: Fachriza Abimanyu/Apriani
KEJUTAN terjadi di nomor tunggal putra Kejuaraan Junior Asia 2015. Unggulan teratas Firman Abdul Kholik asal Indonesia menyerah kepada pebulu tangkis nonunggulan Yuta Watanabe 21-23, 16-21 dalam pertandingan babak perempat final yang dilaksanakan di Bangkok, Thailand, pada Jumat waktu setempat (3/7/2015).

Padahal, di atas kertas, Firman lebih diunggulkan. Alasannya, dia menduduki posisi teratas dalam ranking dunia.

Kekalahan ini juga memupus asa Indonesia untuk bisa membawa gelar juara dalam nomor bergengsi tersebut. Ini disebabkan wakil merah putih lainnya sudah angkat koper.

Sebenarnya, selain Firman di babak keempat tunggal putra juga ada Vega Vio Nirwanda. Sayang, unggulan kesembilan ini menyerah mudah dua game 15-21, 11-21 kepada Lu Chia Hung, unggulan ketujuh asal Taiwan.

Wakil lainnya Panji Ahmad Maulana, sudah tersingkir di babak keempat. Unggulan keempat tersebut kalah 18-21, 23-21 kepada unggulan ketiga Kantawat Leelavechabutr dari  Thailand.

Hasil tersebut juga membuat Indonesia tinggal menyisakan satu wakil yakni di nomor ganda campuran. Fachriza Abimanyu/Apriani menembus semifinal berkat kemenangan 21-16, 19-21, 21-17 atas Goh Sze Fei/Teoh Mei Xing dari Malaysia. Tapi, bukan hal yang mudah untuk bisa menembus babak final.

Fachriza/Apriani berjumpa dengan Zheng Si Wei/Chen Qingchen. Pasangan Tiongkok ini merupakan unggulan teratas. (*)


Hasil wakil Indonesia di babak perempat final
Tunggal putra: Lu Chia Hung (Taiwan x7) v Vega Vio Nirwanda (Indonesia x9) 21-15, 21-11; Yuta Watanabe (Jepang) v Firman Abdul Kholik (Indonesia x1) 23-21, 21-16

Ganda putri: Kim Hye-jeong/Park Keun-hye (Korea Selatan x5) v Nisak Puji Lestari/Rika Rosilawati (Indonesia x4)  21-19, 21-13

Ganda campuran: He Jiting/Du Yue (Tiongkok x8) v Drajat Beno/Yulfira Barkah (Indonesia x4) 21-11, 21-15,
Fachriza Abimanyu/Apriani (Indonesia x7) v Goh Sze Fei/Teoh Mei Xing (Malaysia) 21-16, 19-21, 21-17

x=unggulan

Turnamen Challenge di Rusia pun Didatangi

LAGA: Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (foto:fourthofficial)
PETUALANGAN Koo Kien Keat/Tan Boon Heong belum berhenti. Demi mengais poin, pasangan ganda putra Malaysia itu pun rela bermain dalam turnamen berlabel challenge atau turnamen level lima dalam kalender BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia).

Setelah di Sri Lanka, kini Kien Keat/Boon Heong menjajal White Nights 2015. Langkah pasangan negeri jiran itu pun sudah menembus babak kedua dalam turnamen berhadiah total USD 15 ribu tersebut.

Dalam pertandingan babak perdana yang dilaksanakan di Gatchina, Rusia, pada Kamis waktu setempat (2/6/2015), Kien Keat/Boon Heong menang mudah 21-9, 21-6  atas pasangan tuan rumah Andrei Goncharenko/Alexandr Kozyrev. Untuk bisa menembus perempat final, juara All England 2007 tersebut harus bisa mengalahkan pasangan Negeri Beruang Merah lainnya, Vladimir Rusin/Ilya Zdanov.Kedua pasangan belum pernah bertemu.

Saat ini, seperti halnya rekan senegaranya di nomor tunggal, Lee Chong Wei, Kien Keat/Boon Heong rajin mengikuti berbagai turnamen. Tujuannya sama, mendongkrak kembali ranking yang tengah terpuruk.

Dalam ranking terbaru yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 2 Juli 2015, mereka masih ada di posisi 93. Dua turnamen yang sudah diikuti selama 2015 adalah Australia Super Series dan Sri Lanka Challenge.

Hasilnya tak terlalu mengecewakan. Di Australia, melalui dari babak kualifikasi, Kien Keat/Boon Heong mampu sampai perempat final. Sedangkan di Sri Lanka, keduanya menjadi juara.

Imbasnya, pelan tapi pasti ranking keduanya beranjak naik. Sempat ada di posisi 220, kemudian 120, kini Kien Keat/Boon Heong pun mengorbitr di 100 besar.

Keduanya pernah menjadi pasangan yang disegani.Juara All England 2007 pernah disandang, Semifinalis kejuaraan dunia pun sudah menjadi langganan yakni pada 2005, 2009, dan 2010. Bahkan, pada 2010, keduanya mampu menembus babak final.

Hanya, kini, status Kien Keat/Boon Heong tak lagi digembleng di pelatihan BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia, semacam Pelatnas Cipayung). Keduanya memutuskan menjadi pebulu tangkis mandiri. (*)

Koo Kien Keat/Tan Boon Heong di masa jaya
Kejuaraan Dunia:
2010 Paris (Prancis): finalis
2009 Hyderabad (India) : semifinalis
2005 Anaheim (AS): semifinalis

Asian Games
2006 Doha (Qatar): emas
2010 Guangzhou (Tiongkok): perak

Kejuaraan Asia
2007 Johor Bahru (Malaysia): perak
2008 Johor Bahru (Malaysia): perunggu

Commonwealth Games
2006 Melbourne (Australia): emas
2010 New Delhi (India): emas

Sumber: wikipedia

Jeffer Juga Turun sebagai Pelatih

BERSAMA:Jeffer (kiri) dan Febriyand
KEDATANGAN Jeffer Rosobin ke Kanada bukan hanya bertanding. Ternyata, dia didapuk menjadi pelatih di klub Mandarin, Toronto.

''Saya menjadi pelatih dalam latihan bersama, Summer Camp,'' jelas Jeffer melalui layanan pesan singkat kepada smashyes.

Bahkan, dalam brosurnya, dicantumkan status mentereng dari Jeffer. Lelaki 39 tahun tersebut pernah menjadi pebulu tangkis nasional Indonesia pada 1993-2001. Jeffer juga merupakan pebulu tangkis yang pernah menembus posisi 10 besar dunia.

Karir kepelatihannya juga tak lupa ditulis. Lelaki yang dibesarkan Suryanaga, Surabaya, tersebut mempunyai sertifikat dari organisasi bulu tangkis Indonesia (PBSI). Tak lupa dicantumkan bahwa Jeffer pernah memoles Singapura pada 2007-2011.

''Saya akan berada di Kanada sampai 30 Juli,'' ungkap juara Asia 1996 itu.

Selama di Kanada, dia didampingi oleh Febriyan Irvannaldy. Menurutnya, Febri, sapaan karib Febriyan Irvannaldy, berada di negeri di Amerika Utara itu juga sama dengannya.

Menangani pebulu asing sudah bukan menjadi hal yang asing bagi Jeffer. Di klubnya, Jeffer Academy, banyal didatangi oleh atlet olehraga tepok bulu mancanegara. (*)

Satu Andalan Sudah Tersingkir Awal

MENYERAH: Imam menunggu Enzi Shafira (foto:PBSI)
INDONESIA kehilangan salah satu andalannya di nomor tunggal putra dalam Kejuaraan Junior Asia 2015. Enzi Safira, yang diunggulkan di posisi ke-15, menyerah dua game langsung 14-21, 14-21 kepada wakil Tiongkok Ye Binghong dalam pertandingan babak kedua yang dilaksanakan di Bangkok, Thailand, pada Kamis waktu setempat (2/7/2015). Di babak pertama, Enzi memperoleh bye, begitu juga lawannya.

''Lawannya lebih bagus. Enzi kalah dalam serangan dan kecepatan,'' ungkap Imam Tohari, pelatih tunggal putra Indonesia dalam Kejuaraan Junior Asia 2015.

Sebenarnya, Enzi menjadi salah satu asa Indonesia untuk mengakhiri paceklik gelar di nomor tunggal putra. Dia pun juga merupakan pilar merah putih di nomor beregu.

Dalam beberapa pertandingan, Enzi dipercaya turun bergantian dengan Firman Abdul Kholik. Firman sendiri langkahnya belum terbendung.

Dia sudah menjejakan kakinya ke babak keempat setelah mengalahkan wakil Singapura Shi Xuan dengan 21-11, 21-12. Namun, untuk menembus perempat final, Firman butuh perjuagan ekstrakeras. Unggulan pertama ini berjumpa dengan Sun Feixiang (Tiongko), yang di babak ketiga menumbangkan unggulan ke-11 asal Korea Selatan Lee Jun-su 21-16, 21-19.

Wakil merah putih lainnya di nomor tunggal putra, Panji Ahmad Maulana, juga lolos babak keempat. Dia akan adu kecerdikan dengan Kantawat Leelaeverchabutr (Thailand).

Tugas paling berat disandang Vega Vio Nirwanda. Setelah mengalahkan wakil tuan rumah Pachaarapol Nipornram 21-9, 21-23, 21-7, unggulan kesembilan itu berjumpa unggulan kedua asal Malaysia June Wei Cham, yang di babak ketiga menang mudah 21-7, 21-8 atas Jin Lei Chuang.

Di nomor tunggal putra ini, Indonesia kali terakhir menempatkan wakilnya menjadi juara adalam Ardiansyah pada 2001. Sebelumnya, Taufik Hidayat melakukannya pada 1997.

Dalam Kejuaraan Asia Junior 2015, nomor perorangan diharapkan ada yang menjadi juara. Ini bisa menjadi obat kecewa usai babak belur di nomor beregu karena dikalahkan Korea Selatan di semifinal dengan 2-3. (*)

Naik dan Chong Wei Naik Terus

POIN: Lee Chong Wei di Kanada. (foto:indiaexpress)
LOMPATAN Lee Chong Wei kembali tinggi. Dalam ranking terbaru yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), lelaki 32 tahun asal Malaysia tersebut ada di posisi 65 dunia.

Ini berarti Chong Wei naik 34 peringkat. Pekan lalu, bapak satu anak tersebut ada di posisi 99.

Capaian tersebut tak lepas dari hasil Kanada Grand Prix 2015. Dalam event berhadiah total USD 50 ribu tersebut, Chong Wei mampu menjadi juara.

Dalam final yang dilaksanakan di Calgary pada Minggu (28/6/2015), dia menang dua game langsung 21-17, 21-13 atas Ng Ka Long asal Hongkong. Sepekan sebelumnya, dalam Amerika Serikat (AS) Grand Prix Gold 2015, dia juga menjadi juara.

Chong Wei memang rela tampil di turnamen level III dan IV. Tujuannya, dia ingin meraup poin sebanyak mungkin yang bisa mendongrak peringkatnya.

Ya, absen selama delapan karena kasus doping yang menimpanya dalam Kejuaraan Dunia 2014 di Kopenhagen, Denmark, Chong wei harus rela kehilangan posisi nomor satu dunia. Peringkatnya pun terus turun.

Bahkan, dua pekan lalu, lelaki yang memperoleh gelar Datuk dari Pemerintahan Malaysia itu terjerumus ke posisi 180 dunia. Posisi tersebut merupakan yang terburuk dalam sepuluh tahun terakhir.

Namun, setelah sanksinya bebas per 1 Mei, Chong Wei pun mulai menjajal kemampuan. Dua event diikutinya yakni Piala Sudirman 2015 di Guangdong, Tiongkok, dan SEA Games 2015 di Singapura. Hasilnya, dia tak terkalahkan.

Setelah itu, juara Malaysia Open 10 kali itu pun berlaga di Amerika Serikat dan Kanada dan menjadi pemenang. Dalam waktu dekat, 14-19 Juli, Chong Wei akan berlaga dalam Taiwan Grand Prix Gold. (*)

Selalu Muda dalam Majukan Bulu Tangkis

DEKAT: Yacob (kanan) dan Soeparjono
YACOB Rusdianto sudah tak muda lagi. Pada 1 Juli 2015, dia sudah berusia 60 tahun.

Tapi, itu tak membuatnya kendur dalam mengurusi bulu tangkis. Dia tetap punya semangat muda untuk memajukan olahraga tepok bulu tersebut.

''Saya ingin membuat Jawa Timur kembali disegani di Indonesia. Disegani karena dibina sendiri bukan oleh daerah lain,'' kata Yacob saat acara ulang tahunnya ke-60 di GOR Suryanaga, Surabaya, pada 1 Juli 2015.

Hanya, dia ingin langkah tersebut difokuskan di klubnya sendiri, Suryanaga. Apalagi, sampai saat ini, statusnya sebagai ketua umum dari salah satu klub besar di Indonesia tersebut.

Dia pun mengingatkan bahwa Suryanaga pernah menjadi pilar Indonesia saat kali terakhir menjadi juara Piala Thomas 2002. Saat itu, klub asal Kota Pahlawan, julukan Surabaya, diwakili oleh Tri Kusharjanto. Setelah itu, mereka pun mempunyai Sony Dwi Kuncoro dan Alvent Yulianto.

''Trikus (sapaan karib Tri Kusharjanto) dan Sony juga mengharumkan nama Indonesia di ajang olimpiade. Trikus meraih perak bersama Minarti Timur di Sydney 2000 dan Sony di tunggal putra pada Athena 2004,'' kenang Yacob.

Ini, tambah dia, membuktikan bahwa Suryanaga juga mampu menelorkan pebulu tangkis berprestasi internasional. Hanya, dia tak mau itu sekarang dikait-kaitkan dengan pengurus baik di level kota, provinsi, maupun pusat.

''Saya sudah lelah berkonflik. Saya hanya ingin memajukan bulu tangkis,'' lanjut Yacob.

Suryanaga sendiri, ujarnya, sudah seperti keluarga sendiri. Dia sudah merasakan jatuh bangun bersama Suryanaga, baik sebagai pebulu tangkis maupun pengurus. (*)

Lin Guipu Bisa Jadi Sandungan

TAMPIL LAGI: Lin Guipu (foto:badzine)
KEGAGALAN menerpa Indonesia di nomor beregu dalam Kejuaraan Junior Asia 2015. Ambisi meraih gelar pupus setelah dikalahkan Korea Selatan dengan skor tipis 2-3 di babak final pada Selasa (30/6/2015) di Bangkok, Thailand.

''Kita memang kalah di ganda. Korea Selatan punya ganda yang kuat-kuat,'' ungkap Imam Tohari, salah satu pelatih Indonesia dalam Kejuaraan Asia 2015.

Ya, saat kalah oleh Negeri Ginseng, tiga ganda merah putih gagal menyumbangkan kemenangan. Beno Drajat/Yulfira Barkah (ganda campuran), Andika Ramadiansyah/Adi Kumara (ganda putra), dan Apriani/Nisak Puji Lestari (ganda putri) menyerah kepada lawan-lawannya.

Sebaliknya, Firman Abdul Kholik di tunggal putra dan Gregoria Mariska di tunggal putri mampu menyumbangkan kemenangan. Bahkan, keduanya sempat membuat Indonesia leading 2-1.

''Semoga nomor tunggal khususnya putra bisa menjadi juara perorangan,'' ucap Imam.

Dalam nomor bergengsi itu, Indonesia menurunkan tiga pebulu tangkis. Selain Firman, ada juga Panji Ahmad Maulana dan Enzi Shafira.

''Kans besar ada pada Firman dan Enzi. Kami berharap di antara keduanya ada yang bisa juara,'' harap Imam.

Firman sendiri dalam ajang tahunan tersebut diunggulkan di posisi teratas. Ini disebabkan di level di bawah usia 19 tahun, lelaki yang kini digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut menjadi nomor satu dunia.

''Lawan terberat tetap dari Tiongkok. Mereka punya Lin Guipu yang tahun lalu juga sudah ikut,'' ungkap lelaki yang pernah menjadi pelatih di Jepang tersebut.

Indonesia sendiri mulai 1997, hanya dua kali meraih gelar di tunggal putra yakni melalui Taufik Hidayat pada 1997 dan Ardiansyah 2001. (*)

Tiongkok Bikin Hat-trick

TIONGKOK keluar sebagai juara beregu Kejuaraan Junior Asia 2015. Dalam final yang dilaksanakan di Bangkok, Thailand, pada Rabu waktu setempat (1/7/2015), Negeri Panda, julukan Tiongkok, mengalahkan 3-0.

Tiga kemenangan tanpa balas itu disumbangkan
CAMPURAN: Chen Qingchen/Zheng Siwei (foto:badzine)
Chen Qingchen/Zheng Siwei dari nomor ganda campuran, Lin Guipu (tunggal putra), dan He Jiting/Zheng Siwei (ganda putra). Sementara, He Bingjiao (tunggal putri) dan pasangan ganda putri Chen Qingchen/Ji Yifan urung berlaga karena skor sudah 3-0.

Chen Qingchen/Zheng Siwei membuka skor bagi Negeri Terpadat Penduduknya di Dunia tersebut usai menang mudah dua game 21-14, 21-10 atas Kim Hyam-im/Lim Su-min. Kemudian, Li Guipu tak perlu banyak memeras keringat dengan mengungguli Lee Jun-su dengan straight game 21-14, 21-9.

Pasangan He Jiting/Zheng Siwei memastikan negerinya meraih gelar. Keduanya harus berjuang selama 50 menit untuk menundukkan Choi Jong-woo/Seo Seung-jae 13-21, 21-19, 21-10.

Ini membuat Tiongkok meraih tiga gelar beruntun (hat-trick). Menariknya, dalam dua tahun terakhir, lawan yang dikalahkannya sama, yakni Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan.

Total, sejak memakai sistem beregu campuran seperti Piala Sudirman, Negeri Panda, julukan Tiongkok, lainnya sudah mengoleksi enam gelar yakni pada 2008, 2010, 2011, 2013, 2014, dan 2015. Malaysia malah sudah dua kali menjadi juara junior Asia pada 2007dan 2009. Sementara Korea Selatan dan Jepang sekali mengangkat trofi terhormat pada 2006 dan 2012.

Indonesia sendiri belum pernah menjadi pemenang. Tahun ini, langkahnya dihentikan Korea Selatan di babak semifinal dengan 3-2. (*)

Karena Agri Bermain di Universiade

PISAH: Markis Kido/Agripinna di All England 2015
MARKIS Kido belum menemukan tandem yang pas. Usai berpisah dengan Hendra Setiawan, dia sudah beberapa kali berganti pasangan.

Kini, di Taiwan Grand Prix Gold 2015, Kido, sapaan karib Markis Kido, bermain bersama dengan Irfan Fadilah di nomor ganda putra dalam ajang yang dilaksanakan pada 14-19 Juli tersebut. Pergantian ini cukup mengejutkan.

Alasannya, dengan pasangan terakhirnya, Agripinna Prima, mereka baru bermain bersama sejak Januari 2015. Turnamen Malaysia Grand Prix Gold menjadi ajang perdana ganda yang sama-sama berasal dari Jaya Raya.

''Saya dan Agri bukan pisah terus, hanya sementara. Dia lagi main dalam  kejuaraan mahasiswa di Korea Selatan yang waktunya bersamaan,'' jelas Kido.

Kejuaraan universitas yang dimaksud Kido adalah Universiade yang digelar di Gwangju, Korea Selatan, yang dilaksanakan 3-14 Juli. Ini, terang Kido, membuat rekannya tersebut memutuskan memilih ke Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan.

Irfan, ungkapnya, dipilih karena juga sama-sama berasal dari satu klub. Sehingga, mereka tak butuh waktu lama untuk adaptasi.  Selain itu, Kido/Irfan juga baru saja bermain bersama dalam dua sirkuit nasional (sirnas) terakhir di Jakarta dan Jawa Barat. 

Di Taiwan Grand Prix Gold 2015, di babak pertama, Kido/Irfan berjumpa pasangan Jepang Hirokatsu Hashimoto/Noriyasu Hirata. Kido dan Irfan dalam turnamen berhadiah total USD 200 ribu tersebut juga turun di nomor ganda campuran. Kido berpasangan dengan sang adik, Pia Zebadiah, sedang Irfan dengan Weni Anggraini.

Sebelum dengan Irfan dan Agri, Kido pernah disegani saat bermain dengan Hendra Setiawan. Gelar terhormat dalam Kejuaraan Dunia 2007 dan Olimpiade Beijing 2008 pernah disabet.

Emas di olimpiade itu merupakan yang terakhir bagi Indonesia di ajang empat tahunan tersebut. Pada Olimpiade London 2012, lagu Indonesia Raya gagal berkumandang. Indonesia pulang tanpa sebuah kalungan medali pun.

Usai dengan Hendra, yang ditarik kembali ke Pelatnas Cipayung, Kido berpasangan dengan Alvent Yulianto. Mereka sempat tampil dalam Kejuaraan Dunia 2013 di Guangzhou, Tiongkok. Setelah itu, Kido/Alvent berpisah.

Kido bertandem dengan Markus ''Sinyo'' Fernaldi. Keduanya mampu menjadi juara dalam turnamen super series, Prancis Open. Kido harus sendiri lagi setelah Sinyo dipanggil kembali ke Cipayung.

Selama dengan Agri, Kido belum pernah meraih hasil gemilang. Keduanya lebih sering tumbang di babak-babak awal. (*)

Lewati Thailand, Dihentikan Korea Selatan

Firman menyumbang satu kemenangan
KEGAGALAN kembali mengiringi tim bulu tangkis junior Indonesia. Firman Abdul Kholik dkk terhenti langkahnha di babak semifinal Kejuaraan Junior Asia 2015 yang dilaksanakan di Bangkok, Thailand.

Sebelumnya, tiket ke babak semifinal diraih Indonesia usai mempermalukan tuan rumah dengan skor tipis 3-2. Bahkan, merah putih nyaris tersingkir setelah tertinggal 0-2.

Pasangan ganda putra Andika Ramadiansyah/Adi Yahya menyerah 19-21, 23-25 kepada Krit Tantianakul/Mek Narongrit. Setelah itu Ruselli Hartawan yang dipercaya turun di tunggal putri dilibas wakil Negeri Gajah Putih Supanida Katethong 15-21, 19-21.

Indonesia pun nyaris langsung disikat 0-3 oleh Thailand. Enzi Shafira yang jadi andalan tunggal putra kalah 16-21 di game pertama. Namun, di game kedua dan ketiga, dia mampu menang susah payah 21-19, 22-20 atas Kanthapon Wangcharoen.

Begitu juga dengan partai ganda putri.Pasangan Indonesia Nisak Puji Lestari/Apriani Rahayu harus memeras keringat tiga game 21-19, 19-21, 21-8 oleh Kilasu Ostermeyer/Supanida Katethong.

Namun, Drajat Beno/Yulfira Barkah memastikan tiket ke semifinal. Mereka menang dua game langsung 21-18, 21-15 atas Pachaarapol Nipornram/Supamart Mingchua.

Sayang, ambisi menembus final kandas. Sore harinya, Korea Selatan melibas merah putih dengan skor 3-2.

Sebenarnya, Indonesia sempat leading2-1 saat dua tunggalnya, Firman Abdul Kholik di sektor putra dan Gregoria Maris di putri, mampu menundukkan wakil Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan. Firman unggul dua game 21-18, 24-22 atas Seo Seung-jae dan Gregoria menundukkan Kim Ga-eun 17-21, 21-15, 21-14.  Tapi, sukses keduanya gagal diikuti oleh rekan-rekannya.

Kekalahan ini  semakin menambah panjang daftar kegagalan Indonesia menjadi juara junior Asia. Sejak memakai sistem beregu campuran, merah putih tak pernah naik ke podium terhormat.

Di final, Korea Selatan akan menantang Tiongkok. Dalam tiga tahun teakhir, kedua negara selalu berjumpa di babak pemungkas. (*)


Hasil laga semifinal lawan Korea Selatan 2-3
Ganda campuran: Beno Drajat/Yulira Barkah v Kim Hye-jeong/Choi Jong-woo 16-21, 15-21

Tunggal putra: Firman Abdul Kholik v Seo Seung-jae21-18, 24-22

Tunggal putri: Gregoria Mariska v Kim Ga-eun 17-21, 21-15, 21-14

Ganda putra: Andika Ramadiansyah/Adi  Kumara v Choi Jong-woo/Seo Seung-jae 21-14, 21-12

Ganda putri: Nisak Puji Lestari/Apriani Rahayu v Kim Hye-jeong/Pak Keun-hye 17-21, 17-21

Juara Grup, Ketemu Thailand

POSISI juara Grup D Kejuaraan Asia Junior 2015 di tangan Indonesia. Dalam pertandingan terakhir yang dilaksanakan di Bangkok, Thailand, pada Senin waktu setempat (29/6/2015), merah putih menang 4-1 atas India.

Ini menjadi kemenangan ketiga setelah sebelumnya mengalahkan Turkmenistan 5-0 dan Filipina dengan 4-1. Kedua pertandingan tersebut digelar pada Minggu waktu setempat.

Dalam pertandingan melawan India, Indonesia sempat tertahan 1-1. Di partai pertama, di nomor ganda putra, wakil merah putih Andika Ramadiansyah/Adi Yahya melibas Arjun Madathil/Chandrashekhar dengan rubber game 21-14, 19-21, 21-17 dalam waktu 52 menit.

Tapi, Indonesia kehilangan satu angka saat tunggal putri andalan Gregoria Mariska dipermalukan Shriyanshi Pardeshi dalam pertandingan tiga game 15-21, 21-11, 16-21. Untung, Firman Abdul Kholik, yang dipercaya turun di tunggal putra, kembali membawa unggul. Salah satu tunggal putra Indonesia di ajang Piala Sudirman 2015 itu menghentikan perlawanan Chirag Sen 15-21, 21-14, 21-8.

Pasangan ganda putri Nisak Puji Lestari/Apriani Rahayu menentukan Indonesia di posisi teratas grup. Mereka melibas Sandeep Wadkar/Malavika Jayakumar straight game 21-13, 21-19. Kemenangan merah putih dipungkasi
TERAKHIR:Beno Drajat/Yulfira Barkah (foto:PBSI)
Beno Drajat/Yulfira Barkah 21-11, 21-14 atas Arjun Madathil/Kuhoo Garg.

Di babak delapan besar, Indonesia akan berjumpa runner-up Grup B Thailand. Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, ada di posisi kedua usai dilibas Jepang dengan skor telak 0-5.

Tahun ini, Thailand sudah tak diperkutat Busanan Ongbumrungpan. Usianya kini sudah lewat. Dia sudah tiga kali beruntun mampu menembus semifinal nomor perorangan putri.

India sendiri berjumpa dengan Jepang. Sedangkan dua partai lainnya berjumpa juara bertahan Tiongkok melawan Malaysia dan Korea Selatan bersua Hongkong. (*)