WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Ingin Ulangi Memori 2007

BANGKIT: Pasangan Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (foto: badmintonfreak)
KABAR gembira bagi Malaysia. Kondisi Tan Boon Heong telah pulih setelah mengalami cedera di Malaysia Super Series akhir Januari lalu.
 Ini membuat negeri jiran bisa berharap banyak bisa memperoleh prestasi pada nomor ganda putra dalam All England Super Series Premier 2013 yang dilaksanakan pada 5-10 Maret mendatang.
 Pada Malaysia Super Series, pasangan Koo Kien Keat/Tan Boon Heong tumbang pada babak kedua. Padahal, dalam turnamen yang menyediakan hadiah USD 400 ribu tersebut, mereka diharapkan menjadi juara. Sepekan sebelumnya, pasangan negeri jiran itu juga hanya mampu menjadi semifinalis pada Korea Super Series Premier karena dipermalukan pasangan tuan rumah Lee Yong-dae/Ko Sung-hyun.
 Pada All England, yang merupakan turnamen yang sering disebut kejuaraan dunia tak resmi, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong pernah merasakan menjadi juara. Itu terjadi pada 2007 dan di final mengalahkan seteru abadinya, Fu Haifeng/Cai Yun dari Tiongkok, 21-15, 21-18. Kans untuk mengulangi sukses 2007 pun terbuka lebar. Dalam rilis BWF (federasi bulu tangkis dunia), pasangan Malaysia itu diunggulkan di posisi kedua pada All England 2013 di bawah ganda terkuat dunia saat ini asal Denmark Mathias Boe/Carsten Mogensen.
 Di bawah kedua pasangan tersebut, unggulan ketiga dan keempat ditempati Lee Yong-dae/Ko Sung-hyun serta ganda Jepang Kenichi Hayakawa/Endo Hiroyuki. Pasangan Indonesia yang baru saja menjadi juara Malaysia Super Series Mohd Ahsan/Hendra Setiawan diunggulkan di posisi 5-8.
 ‘’Saya sudah baik sisa setelah Malaysia  Super Series dan butuh waktu hampir seminggu untuk kembali. Sekarang, saya melihat ke depan untuk All England,’’  lata Boon Heong seperti dikutip sebuah media Malaysia.
 Dia pun berharap ekspektasi masyarakat Malaysia kepada dirinya dan Koo Kien Keat bisa direalisasikan. Apalagi, sekarang, keduanya ditangani pelatih baru asal Indonesia  Paulus Firman.
 ‘’Saya tahun Paulus datang untuk membantu kami dengan puncaknya di Kejuaraan Dunia di Guangzhou, Tiongkok, Agustus mendatang,’’ tegas Boo Heong.
 Paulus telah melatih Boon Heong/Kien Keat sejak kembali dari Indonesia pada Rabu lalu. Sebelumnya, dia telah 16 tahun berada di pelatnas Cipayung. (*)

Pasangan Malaysia Yang Juara Ganda Putra All England
1949: Ooi Teik Hock/Teoh Seng Khoon
1951-1953: David Ewe Choong/Eddy B. Choong
1954: Ooi Teik Hock/Ong Poh Lim
1959: Kim Say Hup/Teh Kew San
1965-1966: Ng Boon Bee/Tan Yee Khan
1971: Ng Boon Bee/Punch Gunalan
1982: Razif Sidek/Jailani Sidek
2007: Koo Kien Keat/Tan Boon Heong 

Kejar Asa Berlaga di SBI

TEMPAT LATIHAN: GOR Surya Baja di Surabaya (foto: sidiq)
PESONA Superliga Badminton Indonesia (SBI) 2013 begitu tinggi. Wajar karena liga tersebut diikuti oleh klub-klub papan atas Indonesia serta pebulu tangkis level dunia.
 Tentu, banyak klub ingin bergabung dan memanaskan kompetisi. Salah satunya Surya Baja. Sebenarnya, klub asal Kutisari Utara, Surabaya, tersebut berniat hadir. 
 ‘’Kami belum punya pemain yang bisa berkompetisi di level superliga. Keinginan sih kami tetap ada,’’ kata pemilik Surya Baja Abdul Chodir.
 Hanya, untuk merealisasikannya butuh pekerjaan ekstrakeras. Selain uang yang tidak sedikit, Surya Baja juga lebih banyak diperkuat pebulu tangkis muda. Ini tak lepas dari sisi pembinaan yang menjadi andalan utama.
 Sebenarnya, untuk urusan pebulu tangkis asing, Surya Baja punya koneksi dengan India. Ini tak lepas dari bisnis baja serta paving Chodir, sapaan karib Abdul Chodir.
 Meski absen di tiga kali penyelenggaraan SBI, tapi Surya Baja punya wakil pada musim ini. Itu setelah pebulu tangkis binaannya, Wisnu Yuli, ,membela Mutiara Bandung.
 Hasilnya tak mengecewakan, dia nyaris membawa klub asal Kota Kembang, julukan Bandung, itu ke semifinal. Sayang, langkah mereka dijegak Suryanaga Surabaya serta Tangkas Jakarta. 
 Surya Baja sendiri merupakan klub yang hadir sejak 2004. Meski belum genap 10 tahun, tetap mereka sudah diperhitungkan di kancah Surabaya dan Jawa Timur.
 Apalagi, saat ini, Surya Baja dipimpin oleh pelatih dengan level nasional, Verawaty Fajrin. Sosok ini merupakan juara dunia putri yang dimiliki Indonesia kali pertama.
 Ibu pebasket nasional Fidyan Dini itu menjadi juara dunia pada 1980. Setelah itu, jejaknya diikuti oleh Susi Susanti pada era 1990-an. (*)

Dendam Lama Terbalas Tuntas

TANTANGAN: M. Nadib (foto: sidiq)
SIAPA sangka seorang Wisnu Yuli Prasetyo bisa masuk pelatnas senior. Dia bisa bergabung bersama Sony Dwi Kuncoro dan Simon Santoso untuk digembleng di Cipayung dan diharapkan bisa mengembalikan nama Indonesia di papan atas bulu tangkis dunia.
  Padahal, secara postur, banyak yang meragukan bahwa lelaki asal Tulungagung berusia 20 tahun tersebut bisa menembus ketatnya persaingan di kawah candradimuka bulu tangkis Indonesia tersebut. Apalagi, bisa ke level senior.
 Sudah banyak rekan seangkatannya yang tergusur. Meski, secara postur mungkin lebih baik dari Wisnu.
 Ya, postur pebulu tangkis asal Surya Baja, Surabaya, itu memang tak setinggi Sony atau pun juga seideal Riyanto Subagja. Namun, skill yang dimiliki membuat kekurangan postur bisa tertutupi.
 Prestasi di level senior pun mampu diukirnya. Memang, levelnya masih di challenge bukan grand prix  ataupun super series. Namun, apa yang sudah dicapai Wisnu tetap perlu diapresiasi.
 Tapi, siapa yang tahu sosok di balik melejitnya perjalanan karir Wisnu. Abdul Chodir, pemilik Surya Baja, sudah pasti karena dia yang mendukung Wisnu dalam berkarir. Hanya, Chodir, sapaan karibnya, tak turun langsung menangani Wisnu.

Lalu siapa? M. Nadib. Dia adalah pelatih yang menangani Wisnu sejak kali bergabung di Surya Baja.
 ‘’Saya merekrutnya dari Tulungagung. Saya melihat ada potensi besar dari dirinya yang bisa dioptimalkan,’’ terang pelatih berusia 32 tahun tersebut.
 Meski, saat dia mengambil Wisnu, banyak orang yang meragukannya. Alasannya, badan Ucil, sapaan Wisnu, kecil dan akan susah berkembang menjadi tinggi.
 ‘’Hanya, saya melihat skill nya tinggi. Pergerakan pergelangan tangannya bisa memutar,’’ kenang Nadib  sambil menirukan kelebihan anak asuhnya tersebut.
 Nadib sendiri sudah tertantang agar ada anak asuhnya bisa masuk pelatnas. Dia masih penasaran dengan lokasi latihan yang masuk wilayah Jakarta Timur itu.
 ‘’Saya sendiri gagal masuk pelatnas. Setelah itu, saya ingin agar anak asuh  saya bisa membalaskan kegagalan tersebut,’’ tegas lelaki yang kini bekerja di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Jatim itu.
 Ya, semasa menjadi pebulu tangkis, Nadib termasuk potensial. Dia bergabung dengan Suryanaga dan menjadi andalan di sektor tunggal putra.
 ‘’Saya sempat ranking dua nasional. Selangkah lagi sudah ke pelatnas, eh ternyata nasib memang belum berpihak,’’ lanjut ayah tiga anak ini.
 Dia yang butuh kemenangan, ternyata terjegal. Padahal, dalam pertandingan itu, dia sempat memimpin jauh.
 ‘’Saya pun merasa gagal tapi bukan akhir segalanya. Masih banyak jalan ke pelatnas, kalau saya gagal anak asuh saya harus bisa,’’ lanjut lelaki yang pensiun sebagai pebulu tangkis sejak 2003 itu.
 Kini, harapannya itu telah tercapai. Namun, dia belum mau berhenti.
 Nasib ingin ada Wisnu-Wisnu lain yang lahir dari polesannya. (*)

Aman meski hanya Sementara

BULU tangkis tak kena degradasi dari olimpiade.  Itu setelah pada Olimpiade 2020 mendatang, cabor yang merunut sejarah dimulai dari Inggris tersebut tetap dipertandingan.
Dalam pertemuan Komite Olimpiade International (IOC) di Lausanne, Swiss, pekan ini, gulat yang harus rela tergusur. Tapi, itu bukan berarti olahraga adu banting itu  bakal hilang di 2020.
Keputusannya final setelah pertemuan di Buenos Aires pada September mendatang. Artinya,  bulu tangkis juga boleh berbangga dulu. Hasil di Buenos Aires lah yang akan menentukan 28 cabor yang bakal digelar pada 2020 yang tuan rumahnya belum ditentukan.
 Sebenarnya, cabor yang paling rentan adalah penthatlon modern.  Cabor ini sudah dipertandingan sejak 1912, meski namanya jarang terdengar , khususnya di Indonesia. Olahraga ini memadukan anggar, berkuda, berenang, lari, serta menembak.
 Presiden federasi olahraga ini (UIPM) Klaus Schormann berusaha keras agat penthatlon bisa aman di pesta olahraga empat tahunan tersebut. Mereka menganggap penthatlon tak bisa dilepaskan dari sejarah olimpiade.
‘’ Olimpiade selalu membutuhkan sejarah," kata Klaus Schormann seperti dikutip Associated Press.
Cabor lainnya yang bisa mengikuti jejak gulat adalah taekwondo. Alasannya, pada olahraga ini, Korea Selatan (Korsel) terlalu mendominasi.  Jika taekwondo dicoret, termasuk mengejutkan karena olahraga yang mengandalkan keahlian kaki ini masuk cabor olimpiade baru 2000 atau 13 tahun lalu.
 Olahraga terakhir yang dikeluarkan dari olimpiade adalah bisbol dan sofbol. Keduanya diputusakan tak ada lagi sejak Olimpiade Beijing 2008. Pada Olimpiade 2016 yang dilaksanakan di Rio de Janeiro, Brasil, golf dan rugby menjadi cabor baru.
 Sementara, bisbol dan sofbol tengah berjuang bisa masuk pada 2020. Keduanya bersaing dengan karate, squash, mendaki, wakeboarding, dan wushu.

Balik ke Denmark sebagai Asisten Pelatih

KE MANA Kenneth Jonassen berlabuh terjawab sudah. Dia tak ke Malaysia atau pun ke Amerika Serikat (AS).
 Lelaki yang pernah juara tunggal putra Eropa 2008 tersebut memilih kembali ke negara asalnya, Denmark. Meski, dia tak lagi sebagai pelatih kepala seperti yang dilakoninya di Inggris.
 Di Denmark, Kenneth menjadi asisten pelatih dan dikontrak dengan durasi empat tahun atau hingga 2017 mendatang.
 ‘’Saya sangat senang saat dihubungi federasi bulu tangkis Denmark. Ini membuat saya merasa tertantang,’’ kata Kenneth seperti dikutip situs bulu tangkis Denmark.
  Di tim pelatih, dia akan bekerja di bawah pimpinan Finn Trærup-Hansen. Lelaki dengan tinggi 1,88 meter tersebut juga akan berkolaborasi dengan Lars Uhre dan Per-Henrik Croona
 Kenneth sendiri berada di Inggris sejak 2010. Tugasnya resmi berakhir setelah Kejuaraan Dunia di Guangzhou, Tiongkok, pada Agustus mendatang.
 Kedatangan kembali Kenneth ke negerinya pun disambut hangat. Direktur Olahraga Denmark Finn Trærup-Hansen merasa bangga bisa kembali memulangkan si anak hilang.
 ‘’Dia pelatih yang punya semangat tinggi dan tahu bulu tangkis Denmark. Kedatangannya membawa inspirasi baru setelah tiga tahun di Inggris,’’ jelasnya.
 Kenneth sendiri sebenarnya merasa mengaku senang tinggal di Inggris. Begitu juga dengan keluarganya.
 ‘’Tapi, keluarga juga yang membuat saya kembali ke Denmark. Saya tak bisa memutuskan sendiri,’’ ucapnya. (*)

Kenneth Jonassen Tinggalkan Inggris

POTENSI: Kenneth memberikan instruksi kepada Ousep (foto: badmintonengland)
INGGRIS harus segera mencari pelatih baru buat tim bulu tangkis tunggal putranya. Itu setelah Kenneth Jonassen memilih untuk kembali ke negerinya, Denmark, setelah usainya Kejuaraan Dunia di Guangzhou, Tiongkok, pada Agustus mendatang.
Salah satu pengurus asosiasi bulu tangkis Inggris Jens Grill menyayangkan Kenneth harus memilih antara kepentingan profesional dan pribadi.  Padahal, saat ini, tenaga dan kemampuan lelaki berusia 38 tahun tersebut dibutuhkan guna mengangkat performa tunggal putra negeri beribukota London itu.
 “Kenneth kembali ke negerinya karena alasan keluarga. Saya sangat mengerti dengan kondisi yang menimpanya,’’ ucap Jens.
 Kenneth pun berjanji akan membuat anak asuhnya bisa mengukir prestasi di Guangzhou nanti. Setelah itu, dia baru bekerja dengan tugas barunya di asosiasi bulu tangkis Denmark.
 ‘’Kami selalu berdoa yang terbaik untuknya,’’ terang Jens.
Kenneth telah menjalankan tugasnya di Inggris sejak 2010. Dia pun meminta maaf tak bisa kembali melakukan aktifitas yang sama untuk ke depan.

‘’Saya sangat menikmati dengan kerja sama tim di Inggris. Pelatih dan staf banyak mendukung kinerja saya,’’ tambahnya.
Dia mengaku tak akan pernah melupakan masa-masanya menangani Inggris. Masa, lanjut dia, yang juga banyak memberikan kesan.
Petinggi asosiasi bulu tangkis Inggris Adrian Christy memuji Kenneth. Lelaki  yang pernah duduk sebagai peringkat kedua dunia tersebut dinilainya meletakan pondasi yang kuat dalam mengembangkan prestasi Inggris.
 ‘’Dia juga mempunyai karakter yang kuat,’’ lanjut dia.
Kenneth dianggapnya bergabung pada saat Inggris tengah berusaha memajukan pebulu tangkis muda. Harapannya, Inggris bisa berbicara banyak dalam Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro. (*)

Siapa Kenneth Jonassen
-Lahir di Herning, Denmark, pada 3 Juli 1974
-Pernah berlaga di Olimpiade 2004 sebelum dihentikan Chen Hong (Tiongkok) pada babak 16 besar
-Pernah menyandang juara Eropa pada 2008

Tunggu Keputusan dari Lausanne

STRATEGI: Wang Xiaoli/Yu Yang (foto: guardian)
NASIB bulu tangkis di persimpangan. Cabang olagraga yang memakai shuttlecock dan raket tersebut bakal segera ditentukan nasibnya bisa mejadi cabang olahraga (cabor) di olimpiade 2020 apa tidak.
 Itu setelah squash dan karate masuk kandidat cabor yang dipertandingkan pada Olimpiade 2020. Sebelumnya, pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016, golf dan rugby telah masuk menjadi cabor baru.
 Namun bukan hal mudah untuk mencoret cabor yang sudah ada. Pemilihan cabor yang bakal terdepak akan dilakukan di Lausanne, Swiss, Selasa waktu setempat atau Rabu Waktu Indonesia Barat (WIB).
 Nah, jika sudah diputuskan, hasilnya akan dibawa dalam Kongres IOC di Buenos Aires awal Septembermendatang. Rencananya, Olimpiade 2020 akan digelar 28 cabor.
  " Saya pikir bukan ide yang bagus untuk pemilihan di Buenos Aires," kata salah satu anggota IOC yang tidak masuk kelompok eksekutif seperti dikutip AFP.
 Harusnya, tambah dia, di ibu kota Argentina tersebut hanya menunjuk tuan rumah Olimpiade 2020 dan pengganti Jacque Rogge seagai presiden. Apalagi banyak anggota IOC merasa bahwa keputusan soal cabor lebih baik dilakukan tahun depan.
 Nah, salah satu cabor yang rawan tergusur adalah bulu tangkis.Selain itu, ada juga taekwondo dan pentathlon modern.
 Imaj bulu tangkis jebok setelah adanya skandal yang dilakukan delapan pebulu tangkis di nomor ganda putri dalam Olimpiade London. Mereka yang terlibat berasal dari Tiongkok, Korea Selatan, dan Indonesia. Kedelapan pebulu tangkis itu pun akhirnya diskualifikasi dari pesta olahraga paling akbar di dunia tersebut.
Dalam ajang ini, Tiongkok menurunkan dua tim ganda putri, yakni juara dunia Wang Xiaoli/Yu Yang di grup A serta Tian Qing/Zhao Yunlei di Grup D. Dalam skenarionya, Negeri Panda, julukan Tiongkok, bermaksud mempertemukan keduanya di final untuk memboyong perolehan medali olimpiade.
 Namun begitu, strategi ini menjadi kacau ketika pasangan Tian/Zhao secara mengejutkan kalah oleh pasangan Kamilla Rytter-Juhl/Christinna Pedersen asal Denmark.
Kekalahan ini memaksa Tiongkok merombak strategi. Tujuannya, agar kedua ganda mereka tidak bertemu di perempat final.
 Strategi yang dijalankan adalah membuat Wang Xiaoli/Yu Yang sengaja mengalah dari ganda putri non-unggulan Korea Selatan Jung Kyung-Eun/ Kim Ha-na. Tujuannya, agar kedua ganda putri Tiongkok dapat tetap bertemu di babak final.
Skenario ini ternyata membawa dampak pada pertandingan lain. Pasangan Greysia Polii/Meiliana Jauhari dari Indonesia bertemu pasangan Ha Jung-eun/Min-Jung dari Korea Selatan.  Kedua pasangan ini bermain asal-asalan dan berusaha kalah agar dapat menghindari pertemuan berikutnya Wang Xiaoli/Yu Yang. Imbasnya, BWF pun menghukum mereka dan mengubah peraturan untuk olimpiade mendatang.
 Untung, bulu tangkis memperoleh dukungan kuat dari Wakil Presiden IOC Craig Reedie. Imbasnya, juga akan membuat Tiongkok berang jika bulu tangkis terdepak.
Taekwondo pun tak akan mudah didepan. Posisinya lagi diuntungkan dengan keberhasilan taekwondo Wales Jade Jones meraih emas. Meski, usianya baru 19 tahun.  Ini sekaligus memupus anggapan taekwondo didominasi Asia. Akibatnya, pentathlon modern punya potensi besar tergusur. (*)

Buru Sejarah Ganda Campuran

BAHAYA: Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (foto: badmintonfreak.)
KEKUATAN Malaysia mulai menakutkan di berbagai nomor. Bukan hanya di tunggal putra melalui Lee Chong Wei atau pasangan ganda putra Koo Kien Keat/Tan Boon Heong tapi juga di nomor ganda campuran.
 Padahal, selama ini, pada nomor ganda campuran, Malaysia tak pernah mempunyai pasangan yang menakutkan. Tapi, sekarang, negeri jiran memiliki Chan Peng Soon/Goh Liu Ying.
 Pasangan tersebut duduk di peringkat ketiga BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia). Posisinya di bawah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia) serta Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok).
 Seperti dikutip sebuah harian Malaysia,Peng Soon/Liu Ying pun pasang target tinggi selama 2013. Dalam waktu dekat, keduanya berharap bisa berprestasi dalam All England  yang dilaksanaan Februari mendatang serta Kejuaraan Dunia di Guangzhou, Tiongkok, pada Agustus mendatang.
 Dalam dua turnamen pembuka 2013, capaian keduanya tak mengecewakan. Di Korea Super Series, Peng Soon/Liu Ying, mereka menembus babak kedua sebelum dihentikan pasangan Indonesia kakak-beradik Markis Kido/Pia Zebadiah dengan rubber game 21-12, 15-21,13-21.
 Lonjakan berarti diukir di kandang sendiri dalam Malaysia Super Series sepekan kemudian. Diunggulkan di posisi teratas, mereka kalah oleh unggulan kedua asal Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen 13-21, 18-21.
 Jika Peng Soon/Liu Ying menjadi juara All England ini akan menjadi sejarah besar. Itu disebabkan selama penyelenggaraan event bulu tangkis bergengsi tersebut, pasangan Malaysia belum pernah menjadi juara.   
 Memang pada 1953, pebulu tangkis Malaysia David Choong menjadi juara. Sayang, dia berpasangan bukan dengan rekan senegaranya tapi bersama June White asal Inggris.
 Tahun lalu, Peng Soon/Liu Ying terhenti langkahnya di semifinal setelah dikalahkan Tontowi/Liliyana dua game langsung 25-27, 16-21. Pasangan merah putih itu akhirnya menjadi juara. (*)

Prestasi Chan Peng Soon/Goh Liu Ying
2009: Semifinalis SEA Games
2010: Juara Asia
2010: Juara Beregu Pesta Persemakmuran
2011: Juara Bitburger
2012:Juara Malaysia Grand Prix Gold
2012: Juara Jepang Super Series

Mengusik Ketenangan Denmark

ABSEN: Tunggal putri Denmark Tine Baun (foto: drupal)
DOMINASI Denmark pada Kejuaraan Beregu Campuran Eropa coba digoyang. Sejak 1996, negeri skandinavia tersebut selalu menjadi juara.
  Dua tahun lalu di  Amsterdam, Belanda, mereka mampu menghentikan laju kekuatan baru bulu tangkis Eropa, Jerman, dengan skor 3-1. Dengan lawan yang tak terlalu banyak berubah, tentu Denmark harus waspada dalam event yang tahun ini dilaksanakan di Ramenskoe, Rusia, yang dilaksanakan 12-17 Februari ini.
 Apalagi, dalam kejuaraan tahun ini, Denmark tak diperkuat dua andakannya, Tine Baun di tunggal putri dan Jan O. Jorgensen di tunggal putra. Alasannya, keduanya memilih konsentrasi menghadapi turnamen bergengsi All England yang dilaksanakan Maret.
 Saat ini, keduanya masih terbaik di nomornya. Dalam peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terakhir, Tine Baun menduduki peringkat ketujuh sedangjan Jorgensen di posisi kesebelas.
 Penggantinya kualitasnya masih jauh. Di tunggal putri, pelapis Tine Baun yakni Karina Jorgensen berada di posisi ke-63. Sementara, untuk tunggal putra Denmark mengandalkan Hans-Kristian  Vittinghus (posisi ke-17) dan Viktor Axelsen (posisi 22).
 Untung di nomor ganda putra, kekuatan Denmark tidak terlalu tereduksi. Pasangan terkuat di dunia saat ini Mathias Boe/Carsten Mogensen tetap akan turun ke lapangan. Begitu juga dengan pasangan ganda putri nomor tiga dunia Kamilla Rytter Juhl/Christinna Pedersen.
 Lalu siapa yang akan mengacam Denmark? Jerman masih diperhitungka, begitu juga dengan Inggris. Menariknya, Rusia menjadi kekuatan yang tak bisa dipandang sebelah mata.
 Pasangan ganda putri peraih medali perunggu Olimpiade London 2012
Nina Vislova/Valeria Sorokina menjadi andalan mendulang poin. Begitu juga pasangan ganda putra yang kini berada di ranking 11 dunia Ivan Sozonov/Vladimir Ivanov. Di tunggal putri, publik Rusia berharap andalannya, Ella Diehl, bisa trengginas meski usianya sudah 34 tahun.
 Jerman memang menjadi unggulan kedua karena kekuatannya yang merata. Di tunggal putra, mereka mempunyai Marc Zwiebler (peringkat 20) serta
Juliane Schenk di tunggal putri (peringkat keempat). Schenk baru saja tampil di Superliga Badminton Indonesia (SBI) 2013 dengan membela Djarum. (*)

Unggulan Kejuaraan Beregu Campuran Eropa 2013
1.Denmark
2. Jerman
3. Rusia
4. Inggris
5. Belanda
6. Prancis
7. Swedia
8. Skotlandia

Teka-teki Lee Chong Wei

CINTA NEGARA: Lee Chong Wei (foto: sidiq)
LEE Chong Wei gagal memikat Superliga Badminton Indonesia (SBI) 2013. Dua kali tampil membela Musica Champion Kudus, pebulu tangkis Malaysia tersebut satu kali kalah dan sekali menang.
 Kekalahan diderita saat dia melawan tunggal putra Malaysia Tigers Daren Liew pada penampilan perdana 3 Februari. Saat itu, Chong Wei menyerah kepada juniornya tersebut dengan dua game langsung 21-23. 14-21. Ini membuat Musica pun akhirnya menyerah 2-3.
 ‘’Tentu, Chong Wei dilematis. Dia juga kelihatannya bermain tidak seperti biasanya,’’ kata salah satu sumber yang enggan ditulis namanya.
 Menurut dia, tentu Chong Wei akan bermain setengah hati melawan Malaysia Tigers. Apalagi, tim tersebut bakal menjadi cikal bakal tim Malaysia di ajang beregu.
 ‘’Dengan gelar kebangsaan yang dimiliki, tentu Chong Wei nggak akan mungkin mengalahkan tim negaranya sendiri,’’ lanjut dia.
 Memang, ini ada benarnya. Esoknya (4/2), Chong Wei tampil normal lagi saat menghadapi SGS Bandung. Dia tak memberi kesempatan pebulu tangkis Tiongkong Wang Zhengming berkutik. Chong Wei menang mudah 21-14, 21-14. Padahal, SGS merupakan klub yang dulu dibelanya pada SBI 2011. Tentu lain menghadapi negara dengan menghadapi bekas klub.
 Sayang, Chong Wei enggan mengomentari penampilannya. Saat ditemui di ruang pemain, dia memilih dia tanpa kata. Meski, untuk diambil gambarnya, dia dengan ramah mempersilahkan.
 Penampilan melawan Wang Zhengming ternyata menjadi penampilan terakhir Chong Wei di SBI 2013. Setelah itu, dia tak lagi turun ke lapangan lagi.
 Sempat dikabarkan berlaga lagi di babak semifinal dan final, ternyata dia tetap absen.  Ini membuktikan bahwa memang dia hanya akan berlaga di dua pertandingan penyisihan. Alasannya, Chong Wei akan difokuskan bertanding di All England pada Maret mendatang serta Kejuaraan Dunia di Guangzhou, Tiongkok, Agustus mendatang.
 Menariknya, tanpa Chong Wei, Musica malah mampu menjadi juara. Bahkan, Malaysia Tigers yang mengalahkan Musica di babak penyisihan, dikalahkan di laga final juga dengan skor 3-2. (*)

Suryanaga Malu di Kandang

SURYANAGA pantas menelan kecewa. Bertanding di kandang sendiri, Surabaya, mereka gagal menjadi juara.
 Mereka hanya bisa menyaksikan Jaya Raya berpesta baik di sektor putra dan putri. Padahal, secara materi, Suryanaga tak kalah dengan tim asal ibu kota.
 Di tunggal putri, salah satu klub bulu tangkis tertua di Indonesia tersebut mempunyai Eriko Hirose asal Jepang dan tunggal putri terbaik Indonesia saat ini, Lindaweni Fanetri. Sayang, jangankan melangkah ke final, di babak penyisihan, Suryanaga sudah tersungkur.
 Lebih ironis lagi di beregu putra. Di unggulkan di posisi teratas, anak asuh Hadi Sugianto tersebut terhenti langkahnya di babak semifinal oleh Malaysia Tigers. Padahal, materi pebulu tangkis Suryanaga juga jempolan.
POIN: Wing Ki, Hu Yun, Dirut AIM Biscuits Sasmita Agung, dan Sony

‘’Sedih juga melihat Suryanaga gagal. Harusnya, ada satu gelar yang diraih, khususnya sektor putra,’’ kata Wijanarko Adimulya, ketua harian PB Suryanaga.
 Di sektor tunggal, mereka mempunyai pebulu tangkis dengan peringkat dunia menterang. Sony Dwi Kuncoro duduk di posisi keempat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Hu Yun (Hongkong, peringkat keenam), dan Wong Wing Ki (Hongkong, peringkat 19).
 Di awal-awal pertandingan, Suryanaga putra memang tak banyak mengalami kendala. Kekalahan dari Tangkas pada babak akhir fase grup pun juga diperkirakan karena strategi untuk menghindari Musica Champion di babak semifinal.
 Ini dikarenakan Musica Champion diperkirakan akan kembali diperkuat tunggal putra terbaik dunia saat ini asal Malaysia Lee Chong Wei. Makanya, Suryanaga lebih memilih menantang Malaysia Tigers.
 Hitungan di atas kertas, Suryanaga bisa mencuri tiga kemenangan di tiga partai tunggal serta kesempatan membuat kejutan di nomor ganda. Namun, kenyataan berbeda dengan harapan.
 Pada semifinal, Malaysia Tigers mencakar Suryanaga 2-3. Skenario mencuri kemenangan dari tunggal buyar setelah Wong Wing Ki secara mengejutkan takluk oleh Mohammad Arief Abdul Latif dua game langsung.
‘Mengurusi beregu bukan pekerjaan mudah. Kita harus siap berkorban luar dalam untuk bisa menjadikan sebagai tim tangguh,’’ ucap Wijar, sapaan karib Wijanarko.
 Itu, lanjut dia, berdasarkan pengalamannya sebagai manajer dalam dua kali SBI. Hasilnya, Suryanaga juara putra pada 2007 dan putri pada 2011.
 ‘Tapi, saya yakin manajer yang ada sekarang bisa. Semuanya kan butuh waktu,’’ tandasnya. (*)

Perjalanan Suryanaga di SBI 2013
Beregu Putri
Penyisihan:
4 Februari: Suryanaga v KGC Korsel  2-3
5 Februari: Suryanaga v Renesas Jepang 1-4
6 Februari: Suryanaga v Djarum 3-2

Beregu Putra
Penyisihan:
3 Februari: Suryanaga v Djarum 4-1
4 Februari: Suryanaga v Unysis  3-2
5 Februari: Suryanaga v Mutiara Bandung 3-2
6 Februari: Suryanaga v Tangkas 2-3

Semifinal
8 Februari : Suryanaga v Malaysian Tigers 2-3

Perebutan Posisi III
9 Februari: Suryanaga v Tangkas 3-1

Gagal Terbang ke Luar Negeri

MEGAH: Suasana di dalam DBL Arena Surabaya (foto; sidiq)

SUPERLIGA Bulutangkis Indonesia (SBI) 2013 telah berakhir (9/2). Hampir saja, untuk kali pertama, gelar event beregu tersebut terbang ke negara lain.
 Untung, dua wakil mancanegara, Unysis dari Jepang di sektor putri dan Malaysia Tigers di kelompok putra, tumbang di laga final. Unysis ditaklukan Jaya Raya Jakarta 2-3. Meski, pada pertandingan tersebut, tim asal Negeri Matahari Terbit, julukan Jepang, itu sempat unggul dulu 2-0 dalam pertandingan yang dilaksanakan di DBL Arena, Surabaya, pada 8 Feberuari lalu tersebut.
 Tapi, semangat tak kenal menyerah yang ditunjukkan pebulu tangkis ibu kota membuat Jaya Raya mampu membalikka kedudukan. Menariknya, semua kemenangan dipersembahkan dari pebulu tangkis lokal.
 Ya, pada SBI ini memang diperbolehkan setiap klub memakai tenaga pebulu tangkis asing. Hanya, syaratnya, mereka boleh turun di dua partai saja.
 Sementara, di beregu putra, Musica Champion hampir saja meniru nasib Unysis. Unggul dua partai dulu melalui tunggal Tommy Sugiarto dan pasangan Rian Sukmawan/Rendra Wijaya.
 Tapi, Malaysia Tigers yang diperkuat semua pebulu tangkis terbaik negeri jiran kecuali Lee Chong Wei, yang membela Musica meski hanya di babak penyisihan, serta pasangan Koo Kien Keat/Tan Boon Heong yang konsentrasi ke All England 2013, mencuri dua kemenangan berikut.
 Nah, pada laga penentuan, pebulu tangkis Taiwan  Chou Tien Chen menjadi pahlawan setelah memupus perlawanan Mohamad Arif Abdul Latief.  (*)

Partai Final

Beregu Putri (8/2)
Unysis v Jaya Raya 2-3
Sayaka Takahashi v Busanan Ongbumrungpan 19-21 21-14 21-13
Ayaka Takahashi/Misaki Matsutomo v Pia Zebadiah Bernadet/Rizki Amelia Pradipta 21-11 19-21 22-20   
Shizuka Uchida v Adriyanti Firdasari 13-21 18-21   
Naru Shinoya/Momoka Kimura v Nitya Krishinda Maheswari/Anneke Feinya Agustin 10-21 12-21   
Aya Ohori v Belaetrix Manuputy    17-21 21-19 13-21   


Beregu Putra (9/2)
Musica Champion v Malaysia Tigers
Tommy Sugiarto    v Daren Liew    11-21 21-14 21-16    1-0       
Rian Sukmawan/Rendra Wijaya v Hoon Tien How/Tan Wee Kiong 16-21 21-19 21-11   
Lee Hyun-Il v Chong Wei Feng     15-21 19-21    0-1       
Fran Kurniawan/Hadi Saputra v Lim Khim Wah Goh/V Shem  20-22 19-21
Chou Tien Chen v Mohamad Arif Abdul Latief 21-18 21-19   

Suka karena Ibu Pengurus GOR

10 BESAR: Maneepong Jongjit (foto: sidiq)
MANEEPONG Jongjit duduk terdiam di ruangan pemain di DBL Arena, Surabaya. Dia melapas kaosnya agar keringat yang membahasi tubuh  bisa segera kering.
 Tampaklah tato di bahu kanannya. Ini menambah kesan sangarnya karena dia juga berewok meski tak lebat.
 Tapi, saat dimintai waktu wawancara, kesan sangat itu pun berubah drastis. Pebulu tangkis Thailand berusia 21 tahun itu terlihat ramah.
  “Saya pakai kaos dulu. Saya benar-benar capek tadi,’’ kata Maneepong.
 Dia pun kemudian bercerita tentang ketertarikannya kepada bulu tangkis. Ini tentu menarik karena olahraga tepok bulu tersebut bukan olahraga populer di Negeri Gajah Putih, julukan Thailand.
 Di sana, bulu tangkis kalah dengan sepak bola, tinju, dan juga thaiboxing. Namun, itu tak menyurutkan semangat Maneepong menekuni bulu tangkis.
 ‘’Ibu saya pengurus gedung bulu tangkis di Phuket. Ini membuat saya setiap hari ke gedung untuk menemui ibu,’’ jelasnya.
 Karena setiap hari melihat bulu tangkis, dia pun tertarik. Maneepong pun mulai terjun sebagai pebulu tangkis nomor tunggal.
 ‘’Tapi, sejak usia 17, saya mulai turun di nomor ganda,’’ ungkapnya.
  Pilihannya pun tidak salah. Dipasangkan dengan Bodin Issara, keduanya kini menembus peringkat 10 besar dunia atau tepatnya di posisi kedelapan. Capaian keduanya selama 2012 bisa diangkati jempol. Mereka mampu menjadi juara di dua turnamen, India Super Series dan Vietnam Grand Prix Gold.
 Pada turnamen super series lainnya, Prancis Super Series, Maneepong/Bodin mampu menjadi runner-up. Di Tiongkok Masters pun, keduanya juga membuat kejutan dengan lolos semifinal.  
 Sayang, pada Superliga Badminton Indonesia (SBI) 2013, Maneepong tak bisa tampil bersama Bodin. Posisi rekannya tersebut digantikan Niphiton Puangpuapech. ‘’Dia bukan pasangan saya. Bodin ada di Thailand,’’ ucapnya.
 Dia pun mengakui banyak memperoleh pengalaman selama membela Tangkas di SBI 2013. Minimal, ini akan sangat berguna baginya untuk menambah jam terbang. (*)

Canal+ Buat Film Dokumenter Bulu Tangkis

PRANCIS: Arnaud Bonnin (foto: sidiq)
KAMERA terus menyorot Taufik Hidayat. Ke mana juara Olimpiade Athena 2004 itu melangkah, sang kameramen pun mengikuti.
 Tapi, yang membawa kamera tersebut bukan orang Indonesia yang bekerja di televisi lokal. Namun, yang terus menyoroti sosok Taufik selama berlaga di Superliga Badminton Indonesia (SBI) 2013 di DBL Arena, Surabaya, adalah seorang bule.

‘’Ya, kami sedang membuat film dokumenter tentang bulu tangkis. Kami berasal dari Prancis,’’ kata Arnaud Bonnin, reporter sekaligus produser sport di Canal+.
 Film dokumenter tersebut, jelasnya, fokus kepada kondisi olahraga tepok bulu di Indonesia. Kebetulan, tambah Bonnin, Taufik masih menjadi ikon bulu tangkis.
 ‘’Kami juga mengambil gambar anak-anak yang main bulu tangkis di Gresik. Sungguh olahraga ini masih punya banyak peminat di Indonesia,’’ pujinya.
 Selain itu, pengambilan gambar di Cipayung, lokasi pelatnas PB PBSI, juga tak bisa diabaikan begitu saja. Bagamanapun, pelatnas masih menjadi kumpulan para pebulu tangkis terbaik di Indonesia.
 Rencananya, ungkap Bonnin, film dokumenter tersebut akan tayang di Canal+ pada akhir Februari mendatang. Stasiun televisi tersebut merupakan stasiun televisi prabayar yang ada di Negeri Anggur, julukan Prancis.
 Dalam pembuatan film dokumenter bulu tangkis tersebut, pihak Camal+ dibantu oleh Wenny Rachmawati. Dia merupakan mantan pebulu tangkis Suryanaga, Surabaya, yang menetap di Prancis. Suaminya, Arif Rasidi, pun juga tinggal di sana. Keduanya sempat membela bendera Prancis di berbagai turnamen internasional.
 ‘’Ketika dihubungi untuk pembuatan film dokumenter bulu tangkis di Indonesia ya saya langsung terima,’’ jelas Wenny.
 Wanita  asal Kediri yang mempunyai rumah di Oma Pesona Buduran, Sidoarjo, itu berharap film dokumenter itu bisa memacu semangat warga Prancis untuk bisa berprestasi di bulu tangkis. Apalagi, saat ini, tercatat jutaan warga negara di Benua Eropa itu bisa bermain olahraga tersebut. (*)

Penghancur Tradisi Semifinal Indonesia

DINGIN: Kenichi Tago (foto: sidiq)
JEPANG sudah menjadi kekuatan bulu tangkis di dunia di sektor putra. Buktinya, Negeri Matahari Terbit, julukan Jepang, menjadi semifinalis dalam dua penyelenggaraan terakhir Piala Thomas.
 Bahkan, pada putaran final 2012 yang dilaksanakan di Wuhan, Tiongkok, Jepang mampu mempermalukan Indonesia pada babak perempat final. Ini membuat Merah Putih untuk kali pertama gagal menembus babak empat besar.
 Salah satu sosok yang mempermalukan Indonesia adalah Kenichi Tago. Pebulu tangkis kelahiran 16 Juli 1989 tersebut secara mengejutkan melibas Taufik Hidayat dengan straight game 12-21, 17-21. Padahal, kalau Taufik menang, Indonesia tak perlu bertarung di partai kelima. Tunggal ketiga Dionysius Hayom Rumbaka tak kuasa menahan beban dan harus menyerah 14-21, 19-21 dari Takuma Ueda.
 Kini, prestasi Tago pun kian melambung. Dalam peringkat terakhir Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) per 7 Februari, lelaki yang menyemir rambutnya dengan warna kuning tersebut duduk di posisi ketujuh.  Itu pula yang membuat Tago pun direkrut SGS Bandung dalam Superliga Badminton Indonesia (SBI).
 Apalagi, pada turnamen super series terakhir, Malaysia, dia mampu menembus babak semifinal sebelum dihentikan oleh pebulu tangkis terbaik Indonesia saat ini Sony Dwi Kuncoro dalam pertarungan ketat rubber game 12-21, 21-19, 21-23.
 Saat ditemui di DBL Arena, Surabaya, venue SBI 2013, Tago pun tampak tergesa-gesa. Dia tampaknya ingin segera kembali ke negerinya setelah SGS gagal menembus semifinal.
 ‘’Ayo cepat... ayo cepat,’’ katanya saat hendak difoto.
 Di luar arena, langkah Tago pun kembali terhenti. Beberapa penggemar bulu tangkis menginginkan bisa foto bersama. Meski, tersenyum kecut, dia tetap meladeni ajakan tersebut.
 Bisa jadi, Tago ingin segera konsentrasi ke All England yang dilaksanakan Maret mendatang. Di event super series premier tertua itu, Tago nyaris juara pada 2010. Sayang, di final, dia tumbang oleh Lee Chong Wei asal Malaysia 19-21, 19-21. (*)

Peringkat Kenichi Tago di Awal 2013
3 Januari   Peringkat 6
10 Januari Peringkat 4
17 Januari Peringkat 8
25 Januari  Peringkat 7
31 Januari  Peringkat 7
7 Februari  Peringkat 7

Naik Turun Eriko Hirose

LABIL: Eriko Hirose (foto: sidiq)
ERIKO Hirose seakan jadi kartu mati. Dua kali dari tiga penampilannya berbuah kekalahan saat membela Suryanaga dalam Superliga Badminton Indonesia (SBI) 2013 di DBL Arena, Surabaya.
 Imbasnya, Suryanaga pun gagal lolos babak semifinal. Ini tentu menjadi sebuah kejutan karena tim asal Surabaya tersebut menyandang status juara bertahan di sektor putri.

 ‘’Cuaca di sini (Surabaya) sangat panas. Saya tak bisa optimal,’’ kata Eriko usai pertandingan melawan rekan senegaraya, Kana Ito, yang membela Renesas pada Selasa (5/2).
 Dia pun mengaku cukup kecewa. Awalnya, dia berharap bisa tampil bagus membela Suryanaga.
 Ini diharapkan bisa menjadi pengobat kecewa baginya setelah jeblok dalam dua turnamen awal tahun, Korea Super Series Premier dan Malaysia Super Series. Pada dua turnamen bergengsi tersebut, pebulu tangkis berusia 27 tahun itu langsung tersingkir pada penampilan pertama.
 Di Korea, yang menyediakan hadiah total USD 1 juta, Eriko menyerah dari pebulu tangkis Singapura Gu Juan 18-21, 15-21. Sepekan kemudian di  Kuala Lumpur, Malaysia, dia dihentikan langkahnya oleh Lindaweni Fanetri asal Indonesia 14-21, 14-21.
 Sebenarnya, Eriko sempat menjadi pebulu tangkis terbaik Jepang. Tapi, prestasinya yang labil membuat peringkatnya pun naik turun. Kini, dia kalah oleh Minatsu Mitani.
 Tahun lalu, dia pernah masuk final di turnamen super series di kandanya sendiri, Jepang Terbuka. Pada pertarungan pemungkas, langkahnya dihentikan pebulu tangkis Taiwan unggulan kelima 21-9, 9-21, 14-21. Di Prancis, yang juga merupakan turnamen super seris, dia masuk semifinal sebelum menyerah dari Mitani  19-21, 10-21.
 Capaian tertingginya yang sempat menjadi pembicaraan adalah ketika masuk final All England 2011. Dia gagal menjadi juara  karena takluk 22-24, 18-21 oleh unggulan teratas asal Tiongkok Wang Shixian.
 ‘’Saya ingin prestasi bisa labil. Dari superliga ini, saya ingin bisa lebih bagus lagi,’’ pungkasnya sambil membetulkan karet di pergelangan kakinya. (*)

Perjalanan Eriko Hirose
2013:
Malaysia Terbuka  Babak I
Korea Terbuka       Babak I

2012
Jerman Terbuka   Babak II
All England          Babak II
Swiss Terbuka      Babak II
Australia Terbuka Babak I
Kejuaraan Asia    Babak I
India Terbuka       Babak I
Indonesia Terbuka Babak II
Singapura Terbuka  Babak III
Jepang Terbuka       Finalis
Prancis Terbuka      Semifinalis 

Peringkat Turun tapi Tetap Bahaya

SENDIRIAN: Wang Zhengming (foto: sidiq)
PELUH masih membasahi tubuh Wang Zhengming. Pebulu tangkis Tiongkok itu baru saja dipaksa bertarung rubber game saat menghadapi Tanongsak  Saensomboonsuk dalam pertandingan Superliga Badminton Indonesia (SBI) di DBL Arena, Surabaya, Selasa (5/2).
 Pada kompetisi yang baru dilaksanakan kali ketiga itu, pebulu tangkis berusia 22 tahun tersebut membela SGS Bandung. Sementara Tanongsak memperkuat Jaya Raya.
 Wang Zhengming merupakan satu-satunya pebulu tangkis yang berlaga pada SBI 2013. Sebelumnya, dalam SBI pertama pada 2007, kompatriotnya (rekan satu negara) Chen Hong membela Suryanaga. Hasilnya, Suryanaga menang.
 “”Saya bisa tampil di sini karena tak tampil di All England 2013 di Inggris bulan depan,’’ kata Wang Zhengming saat hendak menuruni tangga.
 Tentu, ini membuat dia berbeda dengan pebulu tangkis Negeri Tembok Raksasa, julukan Tiongkok, lainya. Biasanya, mereka tertutup serta enggan bicara dengan media. Meski tak banyak bicara, ini membuat lelaki asal Guangzhou tersebut perlu mendapat apresiasi.
 Secara kualitas, lelaki dengan tinggi 183 sentimeter tersebut cukup bagus. Buktinya, dia mampu menjadi juara dunia junior pada 2008 serta juara Asia tahun yang sama. Pada 2011, di level senior, Wang Zhengming masuk final Kejuaraan Asia di New Delhi, India. Tapi, di laga pemungkas, dia harus mengakui ketangguhan senior sekaligus idolanya, Lin Dan.
 Pada peringkat BWF per 31 Januari 2013, Wang Zhengming berada di posisi ke-16 dunia. Dua turnamen awal tahun kurang bersahabat baginya. Di Korea Super Series, dia langsung tumbang dari unggulan teratas Lee Chong Wei asal Malaysia dalam pertarungan rubber game 21-17, 14-21, 16-21.Sepekan kemudian, Wang Zhengming menyerah secara mengejutkan takluk straight game 16-21, 16-21. Ini membuat dia terlempar dari 10 besar dunia.
 ‘’Tapi, bagamanapun, Wang Zhengming tetap pebulu tangkis yang berbahaya. Dia masih muda dan saya perkirakan bisa jadi penerus Lin Dan,’’ ucap Yacob Rusdianto, ketua dewan pengawas PB PBSI. (*)

Tugas Perdana di Tanah Air Sendiri

PAULUS Firman tak bisa bersantai diri. Belum resmi bertugas sebagai pelatih Malaysia, dia sudah mendapat tugas mendampingi pebulu tangkis negeri jiran dalam Superliga Badminton  Indonesia (SBI) 2013.
 Dia mengawal pasangan ganda negeri yang beribukota Kuala Lumpur tersebut. Padahal secara resmi, Paulus baru bertugas setelah tahun baru China atau Imlek yang jatuh pada 10 Februari atau sehari setelah final SBI 2013.
 "Ada pekerjaan disuruh bawa ke Surabaya ya saya laksanakan. Sekalia bisa ke Indonesia lagi," katanya setelah mendampingi anak asuhnya.
 Dia pun merasa sudah tak canggung untuk berada di belakang pebulu tangkis luar negeri untuk memberikan instruksi. Bahkan, dia malah merasa enjoy.   
 Sayang, di SBI 2013, dia tak bisa membawa pasangan tangguh Koo Kien Keat/Tan Boon Heong. Alasannya, pasangan yang kini menempati peringkat kedua dunia tersebut memilih konsentrasi menghadapi All England yang dilaksanakan di Inggris bulan depan.
TANTANGAN BARU: Paulus Firman (foto; sidiq)

‘’Sekalian kami manfaatkan SBI untuk menempa pasangan lain di luar Koo Kien Keat/Tan Boon Heong,’’ ucap  lelaki yang sebelum menangani pelatnas Cipayung tersebut.
 Ganda yang dimaksud Paulus adalah pasangan muda Tien How Hoon /Tan Wee Kiong dan Goh V Shem/Lim Khim Wah.   How Hoon/Wee King merupakan pasangan yang duduk di peringkat 10 dunia serta Shem/Khim Wah di peringkat kesembilanbelas.
Pada SBI 2013, Malaysia terjun dengan membawa bendera Malaysia Tigers dengan mengusung kekuatan terbaik. Tentu minus Koo Kien Keat/Tan Boon Heong serta Lee Chong Wei. Tunggal putra terbaik dunia saat ini tersebut sebenarnya juga berlaga di SBI 2013. Hanya, dia tak membela Malaysia Tigers tapi Musica Champion Kudus.
 Sebelumnya, Paulus lama di Pelatnas Cipayung. Tercatat selama 16 tahun dia menjadi arsitek pasangan ganda di kawah candradimuka bulu tangkis Indonesia tersebut. Sayang, tahun ini, dia terpental.
 Hingga akhirnya dia memilih menangani Malaysia. Memoles pebulu tangkis negeri tetangga tersebut bukan hal yang asing baginya. Media 1990-an dia pernah menjalaninya.
 Ini membuat daftar pelatih Indonesia di Malaysia semakin panjang. Sebelumnya Rexy Mainaky dan Hendrawan. Hanya, Rexy sudah out dan pergi ke Filipina serta sekarang menjadi Kabidbinpres PB PBSI. Sedang Hendrawan masih bertahan. (*)

Refree yang Juga Kepala Desa

MINTA IZIN: Marnani (foto: sidiq)

MENJADI refree tentu bukan profesi utama. Mengatur tugas wasit dalam sebuah pertandingan pun belum tentu cukup untuk penopang hidup.
  Ini membuat profesi refree diisi oleh dengan beragam profesi. Salah satunya Marnani. Kecintaannya kepada bulu tangkis membuat dia untuk sementara meninggalkan pekerjaan utama sebagai kepala desa jika dipercaya menjadi refree dalam turnamen bulu tangkis nasional ataupun internasional.
 ‘’Mulai Mei 2012, saya dipilih menjadi kepala desa Setono Rejo, Kabupatan Kediri. Ini merupakan amanat yang harus dijalankan dengan sebaik mungkin,’’ terang Marnani.
 Jika meninggalkan tugas untuk waktu yang lumayan lama, Marnani pun minta izin kepada Bupati Kabupaten Kediri. Ini dilakukan agar proses pemerintahan di lingkungannya bisa berjalan lancar.
 “Saya kan punya kepala dusun-kepala dusun yang siap membantu menjalankan pemerintahan di tingkat terbawah,’’ lanjut dia.
 Dia mengaku bisa menang karena mayarakat sudah percaya dengan dirinya secara personal. Di desanya, Marnani dikenal getol menggalakan olahraga. Bukan hanya bulu tangkis, tapi juga sepak bola.
 ‘’Klub kami namanya Arseto,’’ jelas dia.
 Eit, jangan salah sangka. Arseto ini bukan berarti Marnani punya hubungan dengan klub lama era Galatama asal Solo, Arseto.   Nama klub Marnani ternyata hanya singkatan dari Arek Setono.
 ‘’Ini mungkin yang membuat suara saya menang jauh dari pesaing,’’ tegas Marnani.
 Terpilihnya dia menjadi kepala desa juga membuatnya harus melepas profesi lainnya, yakni sebagai guru olahraga. Padahal, pekerjaan tersebyut sudah dijalaninya 20 tahun lebih.
 ‘’Saya izin tak aktif karena belum pensiun dan gaji tetap saya terima. Meski gaji itu tak sebanyak kalau saya aktif mengajar olahraga di sekolah,’’ ungkapnya.
 Marnani bisa menjadi guru olahraga karena dia mengantongi ijazah SGO (sekolah guru olahraga). Darah olahraga yang dimilikinya pun mengalir ke salah satu anaknya, Ari Yuli. Sang anak sempat menjadi pebulu tangkis lima besar di Indonesia setelah Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro, serta Simon Santoso.
 Sayang, Ari Yuli tak lama di Cipayung. Dia pun kembali ke Djarum dan kini menjadi salah satu pelatih di klub asal Kota Kretek, julukan Kudus, itu.
‘’Meski tak lama di pelatnas, dia sudah membuat saya bangga,’’ tandasnya. (*)

Pikir-Pikir Kalau Ada Tawaran

SETIA: Agus Dwi Santoso (foto: djarum)
MELATIH di luar negeri tentu bisa menjadi sebuah kebangaan bagi pelatih. Begitu juga dengan yang terjadi cabang olahraga (cabor) bulu tangkis.
 Saat ini, sudah banyak pelatih asal Negeri Jamrud Khatulistiwa, julukan Indonesia, yang membagi ilmunya ke pebulu tangkis negeri lain. Lihat blogSebut saja Rexy Mainaky yang pernah menjadi pelatih di Inggris, Malaysia, dan Filipina. Kemudian ada Hendrawan yang rela meninggalkan pelatnas untuk menangani Malaysia. Terakhir, Paulus Firman yang juga hijrah ke negeri jiran setelah  terdepak dari Cipayung, sebuatan pelatnas PB PBSi karena lokasinya di Cipayung, Jakarta Timur. Tapi, beda dengan Agus Dwi Santoso
 ‘’Sejak 1981,saya sudah bergabung dengan Djarum sebagai pemain. Sampai sekarang, saya pun masih berstatus sebagai pelatih Djarum,’’ kata Agus saat ditemui di sela-sela Superliga Badminton Indonesia  (SBI) 2013.
  Berkat Djarum pula, dia merasakan suka duka menjadi penghuni pelatnas. Sebagai pebulu tangkis, kawah candradimuka olahraga tepok bulu tersebut dihuninya antara 1985-1989.
 Saat itu, tentu susah baginya untuk menjadi andalan utama. Saat itu, Indonesia mempunyai tunggal putra yang tangguh pada diri Ardy B. Wiranata, Alan Budikusuma, Joko Supriyanto, hingga Hermawan Susanto.
 ‘’Setelah tak di pelatnas, saya kembali ke Djarum. Saya juga mulai menjadi pelatih,’’ ungkap lelaki asal Malang, Jawa Timur, tersebut.
 Sebagai pelatih, Agus pun sudah bolak-balik ke pelatnas. Kali ini, dia masuk pelatnas 2011 lalu. Sayang, dia hanya bertahan setahun.
 ‘’Ya kalau enggak di pelatnas ya kembali lagi ke Djarum. Djarum yang mau ngopeni saya,’’ terangnya sambil tertawa.
 Meski tidak mengatakan  menerima, tapi dia mengaku akan mempertimbangkan jika ada tawaran menangani tim mancanegara. Syaratnya, apa yang diberikan kepadanya lebih bagus dibandingkan di Indonesia serta Djarum. (*)