WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Butuh Dua Lagi untuk Samai Rudy Hartono

Lin Dan meraih gelar keenam All England (foto:newsnation.in)
GELAR keenam All England ada di genggaman Lin Dan.  Itu diperolehnya setelah mengalahkan compatriot (rekan senegara) Tian Houwei dengan dua game langsung 21-9, 21-10 dalam final All England 2016 nomor tunggal putra yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, pada Minggu waktu setempat (13/3/2016).

Kemenangan ini memang sudah diprediksi sejak awal. Lin Dan selalu menang atas juniornya tersebut selama tujuh kali pertemuan.

Selain itu, rankingnya juga jauh di atas Tian  Houwei. Saat ini, Lin Dan ada di posisi keempat atas empat setrip di atas Tian Houwei.

Sebenarnya, tahun ini, Lin Dan bukan unggulan teratas menjadi pemenang turnamen paling bergengsi di dunia tersebut. Dua unggulan teratas All England 2016 adalah Chen Long asal Tiongkok dan Lee Chong Wei dari Malaysia.

Namun,keduanya sudah tumbang di babak awal. Chen, unggulan pertama, menyerah kepada rekannya sendiri Xue Song di babak kedua. Sementara, Chong Wei malah sudah tumbang di babak I kepada pebulu tangkis nonunggulan dari India Sai Praneeth.

Sebelumnya, Lin Dan menjadi juara All England di tahun 2004, 2006, 2007, 2009, dan 2012. Suami mantan ratu bulu tangkis dunia Xie Xingfang tersebut pernah berkoar ingin menyamai rekor maestro asal Indonesia Rudy Hartono yang delapan kali meraih juara dengan tujuh di antaranya secara beruntun. Yakni pada 1968-1974 serta 1976.

Capaian enam kali di tunggal putra menjadi juara tersebut menyamai rekor pebulu tangkis Irlandia Frank Devlin yang mengukirnya pada periode 1924-1929 dan 1931. (*)

Menunggu Negara Baru di Daftar Juara

LEDAK: Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov (foto:badzine)
ALL England sudah digelar sejak 1899. Artinya, turnamen bulu tangkis tersebut sudah berusia 117.

Selama kurun tersebut, belum pernah ada wakil dari Rusia yang mampu menembus final. Begitu juga saat masih bernama Uni Soviet.

Kok bisa? Ya, Negeri Beruang Merah, julukan Rusia, tersebut memang tak punya tradisi yang kuat di nolahraga tepok bulu tersebut. Tinju, atletik, maupun sepak bola lebih mengakar di Rusia.

Tentu, menjadi sebuah kejutan besar saat wakil Rusia mampu menembus babak final All England 2016. Wakil negeri tersebut Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov bakal berebut juara nomor ganda putra dengan Kenichi Hayakawa/Hiroyuki Endo dari Jepang.

Tiket ke babak pemungkas diperoleh Ivanov/Sozonov usai mempermalukan unggulan teratas Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong dengan rubber game 14-21, 21-17, 21-15 dalam pertandingan semifinal yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, pada Sabtu waktu setempat (12/3/2016).

Kemenangan ini juga membalas hasil di Prancis Super Series 2015. Saat itu, di Paris, pasangan yang kini duduk di ranking ke-13 dunia tersebut kalah rubber game 21-15 13-21, 14-21.

Hayakawa/Endo di semifinal menghentikan perlawanan Goh V Shem/Tan Wee Kiong dengan 21-13, 21-15.

Peluang menjadi juara terbuka lebar. Rekor pertemuan Ivanov/Sozonov dengan Hayakawa/Endo imbang 3-3.Bahkan, dalam pertemuan terakhir di Denmark Super Series Premier 2015, mereka memenangkan pertandingan dengan 21-10, 22-20. (*)

Saatnya Praveen/Debby Cetak Sejarah

SATU LAGI:  Praveen/Debby usai menang di semifinal
SELANGKAH lagi Praveen Jordan/Deby Susanto mengukir sejarah. Keduanya mampu menembus babak final nomor ganda campuran All England 2016.

Tiket tersebut diperoleh setelah Praveen/Debby mengalahkan unggulan teratas sekaligus juara bertahan Zhan Nan/Zhao Yunlei asal Tiongkok dengan dua game langsung 21-19, 21-16 dalam pertandingan semifinal yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, pada sabtu waktu setempat (12/3/2016). Kemenangan ini termasuk mengejutkan.

Mengapa? Ini dikarenakan Praveen/Debby tak pernah menang atas ganda nomor satu dunia tersebut. Selama tujuh kali pertemuan, Zhang/Zhou selalu tampil perkasa.

“Kami merasa bangga bisa maju ke final. Apalagi, kami tinggal satu-satunya wakil Indonesia. Kami main memang lebih enjoy,” ujar Debby usai pertandingan seperti dikutip situs PBSI.

Game pertama dimulai, Zhang/Zhao sempat memimpin perolehan angka dengan tipis. Namun kemudian, Praveen/Debby berhasil menyusul dan memimpin angka secara bergantian. Game pertama ditutup dengan kemenangan tipis pasangan Indonesia, 21-19.

Masuk ke game dua, Praveen/Debby membuka dengan curian dua angka pertama. Selanjutnya, mereka terus melaju meninggalkan Zhang/Zhao, dengan 8-6, 14-7, 17-10 hingga menang 21-16. Praveen/Debby tampil baik dengan pertahanan yang kerap sulit ditembus dan serangan yang tepat ke tengah lapangan lawan.

“Dari game pertama sampai kedua, kami terus dapet feelnya. Main semakin enak dan komunikasi juga bagus. Setiap lawan yang semakin bagus kan kami harus makin banyak komunikasinya, biar main makin bagus dan cari solusi di lapangan,” tambah Praveen.
 Di babak final yang dilaksanakan Minggu (13/3/2015), Praveen/Debby, yang diunggulkan di posisi kedelapan, akan menjajal unggulan kelima asal Denmark Joachim Fiscer Nielsen/Christinna Pedersen. Di babak semifinal, mereka menghentikan wakil Inggris Chris Adcock/Gabrielle Adcock dengan 21-13, 22-20.

Kans menjadi juara terbuka lebar. Memang, secara rekor pertemuan, pasangan Denmark sudah menang enam kali dalam sembilan perjumpaan.

Tapi, dalam tiga pertemuan terakhir, Praveen/Debby selalu memetik kemenangan. Itu terjadi di Kejuaraan Dunia 2015,Prancis Super Series 2015, dan Super Series Finals.

Tahun lalu, Indonesia meraih satu gelar dari nomor ganda putra melalui Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Sayang, pada 2016, keduanya dipermalukan pasangan Malaysia Koo Kien Keat/Tan Boon Heong di babak kedua. (*)

Tuan Rumah Dahaga Gelar

ALL England termasuk turnamen paling bergengsi di dunia. Ini yang membuat setiap tahun para pebulu tangkis terbaik di muka bumi berlomba memenangi kejuaraan yang selalu dilaksanakan pada Maret tersebut.

Sayang, hal tersebut tak diimbangi oleh capaian prestasi atlet tuan rumah. Sudah 10 tahun, Inggris tak pernah lagi menempatkan wakilnya ke posisi terhormat.

Kali terakhir pasangan Inggris Nathan Roberts/Gail Emms yang naik ke podium juara. Dalam pertandingan final, keduanya menundukkan pasangan Denmark Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl dengan 15-10, 15-12 (saat itu masih memakai game 15 sebelum berpindah ke 21).

Sebenarnya,tahun ini, jalan mengakhiri paceklik tersebut semakin dekat. Tuan rumah menempatkan wakilnya Chris Adcock/Gabrielle Adcock di babak semifinal.

Lawan yang dikalahkannya di perempat final pun bukan pasangan sembarangan. Juara tiga kali All England Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dari Indonesia dibuat pulang lebih awal.

Sayang, harapan tersebut kembali kandas. Dalam pertandingan semifinal yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris,Chris/Gabrielle menyerah kepada wakil Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen dengan 13-21, 20-22.  Pertandingan ini memakan waktu 42 menit. (*)

Melapangkan Jalan Lin Dan

Xue Song (kanan) saat kalahkan Chen Long (foto:allengland)
AMBISI Lin Dan mengejar gelar keenam All England nomor tunggal putra semakin dekat. Kini, langkah lelaki 33 tahun asal Tiongkok tersebut sudah menembus babak semifinal.

Lawan yang selama ini sering menjadi penjegalnya, Jan O Jorgensen, dari Denmark dibuatnya takluk. Lin Dan menang rubber game 10-21, 21-9, 21-15 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, pada Jumat waktu setempat (11/3/2016).

Hasil tersebut juga membuat Super Dan julukan Lin Dan, memperbesar rekor kemenangannya atas Jorgensen. Sebelumnya, dia sudah menang tujuh kali dalam empat kali perjumpaan.Hanya, dalam pertemuan terakhir dalam Kejuaraan Dunia 2015 di Jakarta,Lin Dan kalah dua game langsung 12-21, 12-21.

Lolosnya Lin Dan ke semifinal ini membuat dia merupakan satu-satunya juara All England nomor tunggal putra yang masih tersisa. Lelaki yang merajah wajahnya dengan beberapa tato tersebut naik ke podium terhormat pada 2004,2006, 2007, 2009, dan 2012.

Sebenarnya, dalam All England 2016 ini diikuti dua juara lain yakni Chen Long (20013 dan 2015) dan Lee Chong Wei (2010, 2011, dan 2014). Tapi, keduanya sudah tersingkir lebih awal.

Chen Long  yang juga berasal dari Tiongkok tumbang di babak II oleh rekannya sendiri Xue Song. Sementara Chong Wei dipermakukan Sai Praneeth (India).

Di semifinal, Lin Dan bakal bersua dengan juniornya, Xue Song. Mereka pernah sekali bertemu yakni di Jepang Super Series 2014. Hasilnya, ketika itu, Lin Dan menang dua game langsung 21-15 21-18. (*)

Praveen/Debby Hindari Kalah Kedelapan

Praveen Jordan/Debby Susanto (foto;PBSI)
 TIKET semifinal All England 2016 menjadi milik Praveen Jordan/Debby Susanto. Pasangan ganda campuran nomor dua Indonesia tersebut menjungkalkan unggulan ketiga  asal Tiongkok, Liu Cheng/Bao Yixin dengan dua game langsung 21-14 dan 23-21 dalam pertandingan perempat final yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, pada Jumat waktu setempat (11/3/2016) atau Sabtu dini hari WIB (12/3/2016).

Kemenangan ini membuat asa Indonesia membawa pulang dari turnamen berhadiah total USD 550 ribu tersebut terjaga. Meski, sebenarnya, Praveen/Debby bukan tumpuan harapan membawa pulang gelar ke tana air.

Bahkan, di nomor ganda campuran, harusnya Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang digadang-gadang bisa merebut gelar keempatnya dalam All England. Tapi, keduanya malah sudah tersungkur di perempat final oleh ganda tuan rumah Chris Adcock/Gabrielle Adcock.

Perjuangan Praveen/Debby menembus semifinal bukan mudah. Di game pertama, mereka sempat tertinggal 9-13 sebelumnya akhirnya mengunci kemenangan menjadi 21-14.

Hal yang sama juga terjadi di game kedua. Liu/Bao memimpin terus dari awal pertandingan hinggan 16-12. Hingga kemudian Praveen/Debby berbalik melancarkan serangan, merebut poin demi poin dan merebut kemenangan 23-21.

“Sempat ketekan di awal, mau nggak mau harus cepat mengubah permainan. Kalau terus ketekan jadinya nggak enak. Jadi kami harus cepat mencari solusinya dengan inisiatif untuk balik menekan,” kata Praveen.

Di semifinal, Praveen/Debby akan berhadapan dengan unggulan pertama asal Tiongkok Zhang Nan/Zhao Yunlei. Tujuh kali bertemu, Praveen/Debby belum sekalipun meraih kemenangan. Namun di pertemuan terakhir mereka di Hongkong Super Series  2015, pasangan yang sama-sama berasal dari Djarum Kudus itu sempat menyulitkan lawan sebelum akhirnya kalah tipis 20-22, 21-17, 19-21.(*)

Latah Chen Long

HABIS: Chen Long sudah pulah lebih awal (foto;mi)
SEOLAH latah, Chen Long tersingkir lebih awal di All England 2016. Padahal, dia punya peluang besar untuk bisa mempertahankan gelar.

Ini disebabkan lawan terberatnya, Lee Chong Wei, sudah tersingkir di babak I turnamen yang menyediakan hadiah total USD 550 ribu tersebut. Unggulan kedua itu secara mengejutkan dipermalukan Sai Praneerth dari India.

Tapi, selang sehari kemudian, pada Kamis waktu setempat (10/3/2016), giliran Chen Long yang tumbang. Dia kalah oleh rekan senegaranya sendiri, Xue Song, dengan dua game langsung 19-21, 17-21.

Tahun lalu di ajang yang sama, kedua pebulu tangkis Tiongkok tersebut juga bertemu.Hanya, ketika itu, Chen Long menang rubber game 12-21, 21-18, 21-9.

Sebenarnya, secara rangking, Chen Long ungguh jauh. Dia ada di posisi teratas sementara Xue di posisi 30 dunia.

Chen Long sendiri sudah dua kali  merasakan manisnya menjadi juara turnamen paling bergengsi di dunia tersebut. Pada 2013, dia melakukan hal yang sama dengan 2015.

Dengan takluknya Chen Long dan Lee Chong Wei, kini tinggal Lin Dan, peserta yang pernah merasakan manisnya gelar juara. Lelaki berjuluk Super Dan tersebut naik podium terhormat pada 2004, 2006, 2007, 2009, dan  2012.

Kini, perjalanannya pun sudah sampai perempat final. Dia akan ditantang Jan O Jorgensen dari Denmark. (*)

Tinggal Berharap dari Ganda Campuran

Praveen/Debby tembus perempat final
NOMOR ganda campuran menjadi satu-satunya tumpuan menyelamatkan muka Indonesia di All England 2016. Bahkan, ada dua wakil yang masih tersisa dalam turnamen yang masuk kategori super series premier tersebut.

Mereka adalah pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto yang masih bertahan hingga babak perempat final. Tiket itu diperoleh Tontowi/Liliyana, yang diunggulkan di posisi kedua, usai menang lawan rekannya sesama Indonesia, Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja dengan  dua game langsung 21-17, 21-18 dalam pertandingan babak II yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, pada Kamis waktu setempat (10/3/2016).

“Ketemu temen sendiri itu gampang-gampang susah. Kami sudah sering latihan bareng dan sama-sama tahu permainan. Walaupun peringkat mereka di bawah kami, tapi mereka juga sudah tau permainan kami, jadi nggak gampang juga buat mengalahkan mereka. Dari awal kami harus fokus terus, jangan sampai lengah sedikit,” kata Liliyana seperti dikutip situs PBSI.

Selanjutnya Tontowi/Liliyana akan berhadapan dengan pasangan tuan rumah, Chriss Adcock/Gabrielle Adcock.

Rekor pertemuan mencatat, Tontowi/Liliyana unggul dengan 7-3 atas pasangan suami istri tersebut. Meski begitu keduanya mengaku waspada. Apalagi di pertemuan terakhir, BWF World Super Series Finals 2015, Tontowi/Liliyana kalah 21-17, 11-21, 22-24.

“Tahun lalu di All England kami menang lawan mereka, tapi itu juga skornya tipis. Jadi kami harus evaluasi supaya bagus dan menang lawan mereka,” jelas Liliyana.
 Sedangkan Praveen /Debby, yang diunggulkan di posisi kedelapan, menundukkan Kento Kazuno/Ayane Kurihara (Jepang) dengan 13-21, 21-14, 21-18.  Praveen/Debby akan berhadapan dengan pasangan Tiongkok, Liu Cheng/Bao Yixin.

Wakil Indonesia di empat nomor lain sudah bertumbangan. Termasuk pebulu tangkis tunggal putra Tommy Sugiarto. (*)

Pasangan Gaek Permalukan Hendra/Ahsan

Hendra/Ahsan menyalami Kien Keat/Boon Heong (foto;PBSI)
SEJAK undian All England Super Seriesn Premier 2016 keluar, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan diprediksi bakal melaju mulus ke final.

Jalan paling terjal sudah menembus semifinal. Di sana, Hendra/Ahsan akan ketemu seteru berat asal Tiongkok Zhang Nan/Fu Haifeng yang diunggulkann di posisi ketiga.

Meski sebenarnya, di babak kedua, ada pasangan yang sempat disegani di dunia yakni Koo Kien Keat/Tan Boon Heong. Sayang, pasangan ini sempat memudar prestasinya dan dipisahkan.

Padahal, Kien Keat/Boon Heong tetap tak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi, All England punya kenangan manis bagi keduanya.

Mereka pernah menjadi juara pada 2007.Ketika itu di final, Kien Keat/Boon Heong menundukkan Fu Haifeng/Cai Yun dengan 21-15, 21-18.

Nah, seolah ingin membuktikan belum habis, pasangan negeri jiran ini pun tampil tak kenal menyerah saat menghadapi Hendra/Ahsan. Hasilnya, pasangan Indonesia itu dipermalukan dengan 21-15,15-21,21-17 dalam pertandingan babak II yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, pada Kamis waktu setempat (10/3/2015).


“Hari ini memang musuhnya bagus, nggak gampang mati, mereka mainnya rapi. Kami tidak kaget dengan hasil ini, karena dari awal juga sudah siap, mereka pemain yang bagus,” kata Hendra seperti dikutip dari situs PBSI.

Pertemuan di All England 2016 merupakan kali kedua bagi kedua pasangan. Sebelumnya, tiga tahun lalu, di Australia Open, Hendra/Ahsan menang mudah dua game langsung 21-18,21-15.

“Mereka tampil pantang menyerah dan mungkin tanpa beban. Kami sudah berusaha maksimal, tapi akhirnya harus kalah. Kami akui mereka lebih baik,” tambah Ahsan.

Hasil ini tentu berada jauh dari target awal pelatih. Sebelumnya Herry Iman Pierngadi, pelatih ganda putra mengatakan bahwa target Hendra/Ahsan ialah merebut gelar juara. Meski begitu, Hendra/Ahsan mengaku tak ingin larut dalam kekalahan kali ini. Keduanya mengatakan ingin kembali fokus untuk mengejar target utama di Olimpiade Rio di Brazil.

 “Hasil ini tidak mempengaruhi kami. Kami tetap fokus karena target utama ada di Olimpiade nanti,” ujar Hendra.

Dengan kalahnya Hendra/Ahsan di pertandingan ini, maka dipastikan ganda putra tanpa wakil Indonesia di perempat final. Sebelumnya Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi juga harus terhenti. Angga/Ricky kalah dari pasangan Jepang, Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa, 21-14, 15-21 dan 14-21.(*)

Chong Wei Tak Percaya Kalah

YESS: Sai Praneeth usai mengalahan Chong Wei
ENTAH sedang apa dengan Lee Chong Wei. Datang dengan status unggulan kedua, tunggal putra terbaik Malaysia tersebut langsung tersingkir di babak I All England Super Series Premier 2016.

Juara tiga kali All England tersebut dipermalukan pebulu tangkis peringkat 37 dunia asal India B. Sai Praneeth dengan 22-14, 20-22 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, pada Rabu waktu setempat (9/3/2016). Tahun lalu, Chong Wei absen karena masih menjalani sanksi doping dari BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia).

Sebenarnya, dia juga pernah kalah di babak I turnamen paling bergengsi di dunia tersebut, Hanya, itu terjadi saat Chong Wei menjalani debut pada 2003. Setelah itu, minimal mantan tunggal putra nomor satu dunia tersebut terhenti di perempat

Praneeth sendiri bukan atlet olahraga tepok bulu terkuat di India. Dia hanya di posisi kelima.
Kekalahan ini membuat Chong Wei  terhenti rekornya yang 21 kemenangan beruntun. Hasil itu pula yang membuatnya menjadi juara Prancis Super Series 2015, Tiongkok Super Series Premier 2015, Hongkong Super Series 2015, dan Malaysia Grand Prix Gold 2016.

 “Saya tak percaya kalah di babak I,’’ kata Chong Wei seperti dikutip sebuah media Malaysia.
Dia mengakui rekor 21 kemenangan itu ikut membebani di All England. Itu pula yang membuatnya ingin segera menang cepat.

‘’Tapi, saya memberikan kredit kepada Pranneth. Dia bermain bagus,’’ ucap Chong Wei.
Pil pahit tersebut diakuinya menjadikan mendapat pelajaran berharga. Apalagi, dia masih ingin mengejar mimpi menjadi juara Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro. (*)

Walah, Greysia/Nitya Langsung Tersingkir

JEBLOK: Greysia/Nitya harus tersingkir awal (foto;PBSI)
GREYSIA Polii/Nitya Krishinda Maheswari datang ke All England Super Series Premier 2016 dengan ekspektasi tinggi. Keduanya diunggulkan di posisi kedua di nomor ganda putri.

Tentu, dengan status tersebut, Greysia/Nitya harus mampu menembus babak final. Tapi olah alih bisa berlaga di babak pemungkas, keduanya harus pulang terlalu dini.

Secara mengejutkan Greysia/Nitya harus tersingkir di babak I. Keduanya dipermalukan pasangan Jepang
Naoko Fukuman/Kurumi Yonao dengan dua game langsung 18-21, 21-21 dalam pertandingan yang memakan waktu 70 menit di Birmingham, Inggris, pada Rabu waktu setempat (9/3/2016).

“Mereka kali ini main lebih baik dari kami,” kata Greysia singkat seperti dikutip situs PBSI.

Ini merupakan kekalahan pertama Greysia/Nitya dari Naoko/Kurumi. Sebelumnya empat kali berhadapan, pasangan yang digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut selalu menang. Terakhir di Jepang Super Series 2015, Greysia/Nitya menang 16-21, 21-12, 21-11.

Greysia/Nitya tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Hasil pertandingan kali ini pun mereka catat baik-baik sebagai bahan evaluasi kedepannya.

Hasil Greysia/Nitya di turnamen ini menurun dari tahun sebelumnya. Di All England 2015 , pasangan yang sama-sama berasal dari Jaya Raya Jakarta itu terhenti di perempat final usai berhadapan dengan Tang Jinhua/Zhong Qiaxin (Tiongkok) dengan 19-21, 21-13 dan 11-21.

Pekan lalu di Jerman Grand Prix Gold, mereka juga mencatat hasil mengecewakan. Turun sebagai unggulan teratas, Greysia/Nitya terhenti di semifinal.

 Dengan demikian, di sektor ganda putri, baru Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi yang memastikan posisinya di babak dua. Anggia/Ketut melaju usai mengalahkan Gabriela Stoeva/Stefani Stoeva (Bulgaria) dengan 21-23, 21-18, 21-15. (*)

Bertemu Junior di Babak II

LEWAT:Penampilan Tontowi/Liliyana (Foto:PBSI)
 ASA tinggi masih dibebankan ke pundak Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dalam All England Super Series Premier 2016. Meski, keduanya tengah dalam sorotan karena berada di tren menurun.

Indikasinya terlihat dalam Thailand Grand Prix Gold 2016 pada Februari lalu. Dalam ajang level III turnamen BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) tersebut, Tontowi/Liliyana langsung tersungkur dalam penampilan perdana. Padahal, keduanya menduduki unggulan teratas ajang berhadiah total USD 120 ribu tersebut.

Tentu, hasil tersebut membuat kegamangan bagi Tontowi/Liliyana menuju All England. Apalagi,event tersebut diikuti para pasangan ganda campuran terkuat di dunia.

Untung,trauma di Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, terkubur. Di babak I All England 2016 yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, pada Rabu waktu setempat, Tontowi/Liliyana menang dua game langsung  21-15, 21-16 atas pasangan Taiwan Lee Yang/Chen Hsieh Pei. Pertandingan tersebut memakan waktu selama 30 menit penuh

“Hari ini kami tampil belum terlalu maksimal. Belum terlalu in, mungkin juga masih penyesuaian karena udaranya jauh lebih dingin. Kami harus lebih siap, karena lawan Taiwan barusan kalau lengah juga bisa bahaya,” kata Liliyana usai bertanding seperti dikutip situs PBSI.

 Selanjutnya di babak dua, Tontowi/Liliyana akan berhadapan dengan pasangan Indonesia lainnya, Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja. Keduanya tercatat belum pernah berhadapan di lapangan pertandingan. Pasangan muda itu di babak I menekuk wakil Taiwan lainnya, Liao Min Chun/Chen Hsiao Huan, dengan rubber game 14-21, 21-17, 21-15.

Hasil lain dari sektor ganda campuran, pasangan merah putih lainnya Praveen Jordan/Debby Susanto, yang diunggulkan di posisi kedelapan,  meluat Danny Bawa Chrisnanta/Yu Yan Vanessa Neo (Singapura) 21-14, 21-17.

Sayang, Ronald Alexander/Melati Daeva Oktavianti menyerah kepada pasangan tuan rumah Chris Adcock/Gabrielle Adcock dengan 22-24, 12-21. (*)

Harus Absen dari All England

DI RUMAH: Riky Widianto/Richi Dili tak berangkat (foto;PBSI)
TIGA tahun beruntun Riky Widianto berlaga di All England. Dia selalu berpasangan dengan Richi Dili Puspita.

Sayang, hasilnya selalu tak sesuai harapan. Riky/Richi selalu kandas di babak pertama dalam turnamen paling bergengsi di dunia tersebut. Dalam debutnya, mereka dikalahkan wakil Korea Selatan Shin Baek-choel/JangYe-na 15-21, 14-21.

Setahun kemudian, pada 2014, giliran Lu Kai/Huang Yaqiong yang melibas Riky/Richi dengan 21-14, 21-14. Sementara, tahun lalu, pasangan gemblengan Pelatnas Cipayung tersebut tumbang di tangan Kenichi Hayakawa/Misaki Matsutomo (Jepang) 11-21, 9-21.

Kekalahan di 2015 tersebut terasa menyakitkan. Ini disebabkan Riky/Richi menempati unggulan kedelapan.

Sayang, tahun ini, mereka tak bisa lagi berlaga dalam All England. Alasannya, keduanya tak dikirim oleh PP PBSI untuk berlaga dalam turnamen yang masuk dalam kategori super series premier.

''Saya nggak diberangkatkan ke All England,'' tulis Riky dalam pesan di media sosial.

Meski, tambahnya, secara ranking, dia bersama Richi masih bisa berlaga dalam turnamen yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, pada 8-13 Maret tersebut. Saat batas akhir penutupan turnamen, Riky/Richi masih berada di pusaran 20 besar dunia.

Penampilan Riky/Richi memang tengah dalam sorotan. Keduanya sering tumbang di babak awal dan oleh lawan yang secara ranking dan kualitas masih di bawah mereka.

Di 2016, mereka baru sekali tampil yakni di Thailand Grand Prix Gold. Hasilnya pun kembali mengecewakan.

Keduanya kalah di babak pertama oleh pasangan gaek tuan rumah Sudket Prapakamol/Saralee Thoungthongkam. (*)

Jonatan Susul Tommy Sugiarto

Jonatan berlaga di babak utama (foto;PBSI)
INDONESIA menambah satu wakil di babak utama tunggal putra All England Super Series Premier 2016. Bukan melalui Anthony Ginting yang tengah naik penampilannya selama Kejuaraa Beregu Asia 2016.

Juga bukan Ihsan Maulana Mustofa, yang menjadi unggulan kedua di babak kualifikasi. Tapi, tiket tesebut diperoleh Jonatan Christie.

Dalam final kualifikasi yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris,pada Selasa waktu setempat (8/3/2016), Jonatan menundukkan Ihsan dengan dua game langsung 21-12, 21-17. Kemenangan tersebut membuatnya memperlebar rekor kemenangan atas Ihsan.

Kini, Jonatan, yang duduk di peringkat 35, unggul tiga kali dalam empat kali pertemuan dengan rekan berlatihnya di Pelatnas Cipayung tersebut.

Sebelumnya, di babak I, Jonatan menundukkan wakil Inggris Ryan Jing Quek dengan 21-7, 21-10. Sedangkan Ihsan mempermalukan mantan tunggal terbaik Jepang Kenichi Tago dengan 21-14 21-14.

Sayang, langkah Jonatan gagal diikuti rekannya di Cipayung lainnya, Anthony Ginting. Dia menyerah di babak I kepada wakil India Sameer Verma dengan 17-21, 13-21.

Tapi, langkah terjal langsung menghadang Jonatan di babak utama. Lelaki 19 tahun tersebut menantang unggulan keemoat asal Jepang Kento Momota.

Jonatan belum pernah berjumpa dengan tunggal putra terbaik Negeri Sakura, julukan Jepang, tersebut. Hanya, di atas kertas, dia tak diunggulkan.

Selain Jonatan, wakil Indonesia di babak elite juga ada Tommy Sugiarto. Sama halnya dengan Jonatan, Tommy pun langsung menantang unggulan ketujuh Chou Tien Chen.

Pertandingan diprediksi bakal berlangsung ketat. Dari lima kali pertemuan, Tommy menang dua kali.

Hanya, modal beharga ada di tangan. Dalam perjumpaan terakhir di Denmark Super Series Premier 2015, Tommy menang dua game langsung. (*)

Mantap Menatap All England

Lin Dan usai memenangi laga final
ANCAMAN sudah ditebar Lin Dan. Tunggal putra legendaris asal Tiongkok tersebut menjadi juara Jerman Grand Prix Gold 2016.

Lelaki 33 tahun tersebut dipaksa tampil tiga game (rubber game) 15-21, 21-17, 21-17 atas Chou Tien Chen (Taiwan) di babak final yang dilaksanakan di Mulheim an der Ruhr pada Minggu waktu setempat (6/3/2016). Ini menjadi gelar pembuka bagi Lin Dan. Jerman Grand Prix 2016 merupakan penampilan perdananya tahun ini.

Kemenangan ini membalas pil pahit yang ditelannya dalam pertemuan terakhir di Taiwan Grand Prix Gold 2015. Padahal, dalam tiga kali perjumpaan sebelumnya yakni di Kejuaraan Asia 2010, Denmark Super Series Premier 2014, dan Tiongkok Super Series Premier 2014.

Pertarungan kedua pebulu tangkis berjalan sengit. Bahkan, duel Lin Dan versus Chou Tien Chen itu paling lama selama turnamen karena memakan waktu 1 jam 17 menit. Durasi ini tiga menit lebih lama dibandingkan babak pemungkas ganda putra yang mempertemukan sesama pasangan Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong melawan Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel.

Bagi Lin Dan, hasil di Jerman Grand Prix 2016 membuatnya mantap menyongsong turnamen paling bergengsi di dunia All England yang mulai bergulir besok (8/3/2016) hingga 13 Maret mendatang.  Ajang tersebut punya arti penting bagi Lin Dan.

Mantan tunggal putra nomor satu dunia tersebut sudah lima kali menjadi juara yakni pada 2004,2006, 2007,2009, dan 2012.

Tahun lalu, Lin Dan terhenti di babak semifinal All England. Dia kalah dari rekan senegaranya sendiri Chen Long dengan 13-21, 12-21. (*)

Distribusi gelar Jerman Grand Prix Gold 2015

Tunggal putra: Lin Dan (Tiongkok x2) v Chou Tien Chen (Taiwan x4) 15-21, 21-17, 21-17

Tunggal putri: Li Xuerui (Tiongkok x2) Wang Shixian (Tiongkok x4) 21-14, 21-17

Ganda putra: Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel (Korsel x6) v Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel x1) 20-22, 21-18, 21-17

Ganda campuran: Ko Sung-hyun/Kim Ha-na (Korsel x1) v Shin Baek-choel/Chae Yoo-jung (Korsel x5) 21-19, 21-12

x=unggulan

Indra Bagus Gagal Lanjutkan Tren Positif

KALAH: Indra Bagus Ade Candra
HARAPAN Indra Bagus Ade Candra menjadi juara di Peru International 2016 kandas. Dia harus mengakui ketangguhan Yusuke Onodera dari Jepang dengan straight game 9-21, 10-21 dalam pertandingan fnal tunggal putra yang dilaksanakan di Lima pada Minggu waktu setempat (6/3/2016).

Indra yang pernah digembleng di Pelatnas Cupayung tersebut memang belum pernah bersua dengan lawannya tersebut. Meski, secara ranking, dia unggul jauh.

Saat ini, pebulu tangkis yang tampil dengan bendera Italia tersebut berada di ranking 112. Sementara, Yusuke belum mempunyai ranking karena Peru International merupakan debut karirnya di ajang senior.

Hanya, dalam situs BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Yusuke merupakan mantan pebulu tangkis nasional junior Jepang. Tercatat lelaki 21 tahun tersebut tampil membela negaranya dalam Kejuaraan Dunia Junior 2013 di Bangkok, Thailand.

Sementara, bagi Indra, kekalahan ini membuatnya gagal menjadi juara beruntun dalam dua turnamen. Pada Amerika Serikat (US) International 4-7 Februari lalu, lelaki asal Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, tersebut mampu naik ke podium terhormat.

Usai dari Peru, Indra akan berlaga dalam turnamen yang levelnya lebih tinggi, Swiss Grand Prix Gold, di Basel pada 15-20 Maret 2016. (*)

Hasil Final Peru International

Tunggal putra: Yusuke Onodera(Jepang) v Indra Bagus Ade Candra (Italia) 21-9, 21-10

Tunggal putri: Airi Mikkela (Finlandia x3) v Nanna Vainio (Finlandia x4) 21-13, 21-17

Ganda putra: Alwin Francis/Kona Tarun (India x2) v Job Castillo/Lino Munoz (Meksiko x1) 21-8, 21-12

Ganda putri: Chisato Francis/Naru Shinoya (Jepang) v Cemre Fere/Ebru Yazgan (Turki x1) 21-5, 21-7

Ganda campuran: Mario Cuba/Katherine Winder (Peru x1) v Diego Mini/Luz Maria (Peru) 23-21, 21-12

x=unggulan

Pasangan Thailand, Status Tetap Djarum

MASA JAYA:Lukhi Aprin Nugroho/Ririn Amelia (foto:djarum)
DALAM beberapa turnamen terakhir Lukhi Apri Nugroho punya pasangan baru. Bahkan, tandemnya tersebut beda negara.

Ya, sejak Thailand Grand Prix Gold 2016 pada Februari lalu, Lukhi digandeng pebulu tangkis Thailand. Bukan hanya di nomor ganda putra tapi juga di ganda campuran.

Di ganda putra, lelaki 23 tahun tersebut berpasangan dengan Pakkawat Vilailak dan di ganda campuran bersama Kornkamon Sukklad.

Hasilnya, di ganda putra, langkah pasangan gado-gado tersebut mampu menembus babak kedua. Padahal, Lukhi/Pakkawat harus merangkak dari babak kualifikasi.

Yang menghentikan lajunya pun bukan pasangan sembarangan. Lukhi/Pakkawat dikalahkan juara dunia 2015 asal Indonesia Hendra Setiawan.Mohammad Ahsan.

Sayang, di ganda campuran, Lukhi/Kornkamon menyerah di kualifikasi. Tapi, itu tak membuat pebulu tangkis Thailand kapok mengajak Lukhi.

Buktinya, pebulu tangkis binaan Djarum Kudus tersebut kembali turun di Swiss Grand Prix Gold 2016. Dia tetap berpasangan dengan Pakkawat. Sementara di ganda campuran, Lukhi digandengkan dengan Yulfira Barkah.

''Lukhi statusnya tetap pebulu tangkis Djarum. Dia ke Thailand karena menjadi lawan tanding tapi dia sudah kembali ke klub,'' terang Manajer PB Djarum Fung Permadi.

Sebenarnya, harapan tinggi sempat disematkan ke Lukhi. Di masa junior, dia pernah menyandang status juara Asia junior ganda campuran berpasangan dengan Ririn Amelia.

Tapi, ekspektasi tersebut urung terlaksana. Bahkan, Lukhi pun harus kembali ke klub asalnya. (*)

Kejar Gelar Kedua di Kota Lima

PERU merupakan negara yang jauh dari Indonesia. Negara tersebut berada di belahan Amerika Selatan yang jika ditempuh dari Indonesia dengan pesawat terbang bisa lebih 24 jam atau sehari semalam.

Tapi, saat ada ajang bulu tangkis di sana, Peru International Series 2016,  Indonesia pun masuk dalam peserta. Bahkan, langkah wakil yang bernama Indra Bagus Ade Candra pun mampu menembus babak final.

Di babak semifinal yang dilaksanakan di Kota Lima, yang merupakan ibu kota Peru,pada Sabtu waktu setempat (5/3/2016) mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut menundukkan unggulan ketiga Luka Wraber dari Austria dengan 21-15, 21-17.

''Lumayan alot juga Wraber,'' tulis Indra melalui media sosial.

Di final, lelaki asal Prambahan, Klaten, Jawa Tengah, tersebut bersua dengan Yusuke Onodera dari Jepang. Di empat besar, dia menundukkan Bjorn Seguin (Amerika Serikat) dengan straight game 21-13 21-15.

''Saya belum pernah bertemu dengan Yusuke,'' terang Indra.

Dari situs BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), lawannya tersebut belum mempunyai ranking dunia. Hanya, Indra tetap tak mau menganggap remeh lawannya tersebut.

Turnamen di Peru merupakan ajang kedua bagi lelaki yang tercatat membela bendera Italia tersebut. Meski, sebenarnya, Indra masih berstatus warga negara Indonesia (WNI).

Sebelumnya, bulan lalu, Indra berlaga di Amerika Serikat (USA) International. Hasilnya, dia mampu menjadi juara.(*)

Belum Bisa Ikuti Jejak sang Pelatih

PENAKLUK:Sapsiree/Puttit
PUPUS sudah membawa pulang gelar dari turnamen Jerman Grand Prix Gold 2016. Satu-satunya wakil Indonesia yang masih bertahan di ajang berhadiah total USD 120 ribu tersebut. Greysia Polii/Nitya Krishinda secara mengejutkan tumbang di semifinal.

Mengejutkan? Ya, karena sebagai unggulan teratas, Greysia/Nitya kalah oleh pasangan nonunggulan Sapsiree Taerattanachai/Puttita Supajirakul dengan rubber game 16-21, 22-24, 19-21 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Mulheim an der Ruhr pada Sabtu waktu setempat (5/3/2016) atau Minggu dini hari WIB. Selain itu, dalam tiga kali pertemuan sebelumnya, Greysia/Nitya selalu menang.

Kegagalan ini membuat pasangan gemblengan Pelatnas Cipayung tersebut memenuhi ekspektasi yang diberikan PB PBSI. Selain itu, ini bisa menjadi catatan tersendiri sebelum terjun ke turnamen yang lebih bergengsi, All England, yang dilaksanakan pekan depan.

Selain itu, kegagalan tersebut membuat Indonesia sejak 2003 belum pernah menempatkan wakilnya di posisi juara. Kali terakhir, wakil merah putih yang naik ke podium terhormat melalui pasangan ganda putra Flandy Limpele/Eng Hian. Ironisnya, gelar itu merupakan satu-satunya yang pernah diperoleh wakil Indonesia di negeri yang pernah terbelah menjadi dua, barat dan timur, tersebut.

Eng Hian sendiri datang Mulheim an der Ruhr. Hanya, kini statusnya bukan sebagai atlet tapi pelatih bagi Greysia/Nitya.(*)

Wisnu Bawa Klub Milan Pimpin Klasemen

Wisnu Haryo Putro berlaga di Italia (foto:badmintonfoto)
ITALIA terkenal dengan sepak bolanya. Juara dunia olahraga terpopuler di muka bumi tersebut sudah tiga kali mampu diraih.

Semua itu salah satunya tak lepas dari kompetisi yang dilaksanakan di negeri beribu kota Roma tersebut. Kompetisinya yang berjalan ketat dan seru mampu melahirkan pesepak bola lokal yang jempolan.

Nah, ternyata di Italia juga mempunyai kompetisi bulu tangkis. Saat ini, ajang itu pun tengan bergulir.

Bahkan, ajang yang dibagi menjadi dua serie, A dan B, tersebut sudah memasuki babak semifinal.

Serie A yang merupakan kompetisi tertinggi meloloskan empat tim yakni Calvi Network di posisi teratas klasemen diikuti SSV Bozen, ASV Maless, dan SV Kaltren.

Menaiknya, salah satu pilar Calvin berasal dari Indonesia. Dia adalah Wisnu Haryo Putro. Cah Solo ini memang sudah lama berada di Italia.

''Wisnu menjadi satu-satunya pebulu tangkis Indonesia yang kini bermain di Italia,'' ungkap Indra Bagus Ade Candra, pebulu tangkis Indonesia yang menjadi rekan Wisnu.

Indra, yang pernah digembleng di Pelatnas Cipayung, absen di Liga Italia. Dia bermain di Liga Prancis dengan bergabung Aix en Provence.

Babak semifinal atau playoff memperebutkan tiket final akan dilaksanakan 12 Maret mendatang. Laga itu mempertemukan Calvi dengan Kaltren dan Maless menghadapi Bozen. (*)