WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Perjuangan Ikuti Jejak Prestasi sang Ayah

PENERUS: Misbun (kiri) memberikan kepada anaknya, Ramdan (dua dari kiri) (foto: thestar).
ADA nama Sugiarto di belakang nama pebulu tangkis Indonesia Tommy Sugiarto. Bayangan kita, tentu ada hubungan darah dengan juara dunia 1983 Icuk Sugiarto.
 Memang, Tommy yang kini berusia 24 tahun merupakan putra dari Icuk. Memang, untuk menyamai prestasi sang ayah masih jauh dari harapan.
 Paling tinggi raihan pemuda yang pernah digembleng di pelatnas Cipayung tersebut terjadi di era junior. Pada 2006, Tommy mampu menembus final dalam Kejuaraan Dunia Junior.
 Sayang, setelah berlaga di level senior, Tommy tampaknya mengalami kesulitan. Persaingan di kelompok tersebut demikian ketat. Untuk bersinar di turnamen super series sangat susah baginya. Hanya,  Tommy sempat tercatat beberapa kali memenangi turnamen di level challenge seperti di Laos (2010), Malaysia (2010), Bahrain (2010). Setahun kemudian, dia naik ke podium terhormat di Iran, Indonesia, dan Taiwan.
 Namanya sempat jadi pembicaraan saat menjadi pahlawan Indonesia lolos ke putaran final Piala Thomas 2012. Pada babak perempat final, dia mengalahkan Hong Ji-hoon dengan 21-7, 16-21, 21-8. Ini membuat Pasukan Merah Putih menang 3-2 atas Korsel dan memastikan lolos ke babak semifinal kualifikasi yang dilaksanakan di Makau sekaligus lolos ke putaran final di Wuhan, Tiongkok.  Sebelumnya, Indonesia sempat tertinggal 0-2. 
 Sama halnya dengan Misbun Ramdan Muhammed Misbun. Dia merupakan putra dari legenda bulu tangkis Malaysia, Misbun Sidek. Di akhir era 1970-an dan awal 1980-an, dia merupakan pebulu tangkis tunggal putra papan atas dunia.
 Memang, prestasi Misbun belum sampai ke level juara dunia. Namun, dia selalu menjadi pengganjal langkah para unggulan di berbagai turnamen. Kini, juga dikenal sebagai sosok pelatih yang melambungkan Lee Chong Wei sebagai tunggal putra terbaik dunia.
 Tentu, kehadiran Ramdan juga diharapkan mampu menjadi penerus trah Sidek yang disegani di bulu tangkis. Setelah Misbun, s empat lahir Rashid Sidek, yang merupakan adik Misbun. Tercatat, dia pernah menjadi runner-up Piala Dunia 1982.Selain itu ada juga pasangan Razif Sidek/Jalani Sidek. Prestasinya lebih mencorong dengan perunggu Olimpiade Barcelona 1992 serta juara All England 1982. Pada era 1990-an, pasangan ini termasuk empat besar terkuat di dunia selain Park Joo-bong/Kim Moon-soo (Korsel), Rudy Gunawan/Edy Hartono (Indonesia), serta Li Yong Bo/Tian Bingyi.
 Hanya, Ramdan masih perlu kerja keras untuk mengikuti jejak ayah dan paman-pamannya. Apalagi, peringkatnya sekarang tercecer di luar 30 besar dunia. Tapi, dengan usia yang masih muda, 20, dan dipoles sang ayah, tak menutup kemungkinan, negeri jiran itu akan mempunyai penerus dinasti Sidek yang bisa diandalkan.
Sementara, Derek Wong punya aliran darah bulu tangkis dari sang ayah, Wong Shoon Keat. Ayahnya pernah membuat kejutan dalam SEA Games 1983. Saat event olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara tersebut dilaksanaka  di Negeri Singa, julukan Singapura, dia meraih emas dengan mempermalukan para pebulu tangkis Indonesia yang tengah berada di puncak seperti Liem Swie King ataupun juga Icuk Sugiarto.
 Derek yang kini berusia 23 tahun dan bertengger di posisi 57 dunia semakin matang setelah ditangani pelatih Tiongkok  Luan Ching. Sang ayah menganggap permainan anaknya terus meningkat.
‘’Saya tak mengatakan Derek harus menjadi pebulu tangkis nomor 1 dunia. Tapi, hanya ingin dia mampu bermain dalam level papan atas dunia,’’ terang sang ayah, Shoon Keat, seperti dikutip dari sebuah media di Singapura. (*)

Perbandingan Bapak-Anak
Misbun Ramdan Muhammed Misbun (Malaysia)
Usia:
Prestasi 2012:
-Runner-up Prancis International 2012
-16 Besar Malaysia Grand Prix Gold 2012
-16 Bdsar Indonesia Grand Prix Gold 2012

Ayah : Misbun Sidek
Prestasi
-Runner-up Piala Dunia 1982
-Perunggu Piala Dunia 1983, 1985
-Runner-up Piala Thomas 1988



Ze Liang Derek Wong
Prestasi 2012:
-Juara Vietnam Challenge 2012
-Delapan besar India Challenge 2012
-16 Besar Tiongkok Masters

Ayah: Wong Shoon Keat
Prestasi:
-Emas SEA Games 1983 


Tommy Sugiarto
Prestasi 2012:
-Semifinalis India Grand Prix Gold 2012
-Semifinalis Hongkong Super Series 2012
-Perempat final Indonesia Grand Prix Gold 2012
-Semifinalis Malaysia Grand Prix Gold 2012
-Anggota Tim Thomas Indonesia 2012

Ayah: Icuk Sugiarto
Prestasi:
-Juara Dunia 1983
-Emas SEA Games 1985, 1987, 1989
-Juara Piala Thomas 1984

Lee Chong Wei Ukir Rekor di Kandang

JAGOAN: Lee Chong Wei juara Malaysia Super Series 2013 (foto: malaysianinsider)
LEE Chong Wei pamer kekuatan di kandang. Tanpa mengalami kesulitan pebulu tangkis terkuat di dunia saat ini tersebut menang mudah dua game 21-7, 21-8 atas wakil Indonesia Sony Dwi Kuncoro dalam final Malaysia Super Series 2013 yang  hanya berlangsung selama 32 menit di Kuala Lumpur pada Minggu (20/1).
 Kemenangan ini menyelamatkan muka tuan rumah. Ini setelah kegagalan pasangan ganda campuran Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying harus mengakui ketangguhan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen asal Denmark dengan dua game. Padahal, pasangan negeri jiran tersebut menempati unggulan pertama sedang lawannya unggulan kedua.
 Hasil manis Chong Wei juga membuat pebulu tangkis berusia 30 tahun tersebut mengukir rekor di Malaysia Terbuka. Untuk kali kali kesembilan dia naik ke podium terhormat dalam event yang tahun ini menyediakan hadiah USD 400 ribu tersebut. Tujuh gelar sebelumnya, diraih Chong Wei pada 2004,2005, 2006, 2008, 2009, 2010, 2011. Pada 2007, gelar juara jatuh ke tangan pebulu tangkis Denmark Peter Gade. Chong Wei memecahkan rekor yang sebelumnya dipegang Wong Peng Soon yang meraih delapan kali juara pada 1940, 1941, 1947, 1949, 1950, 1951, 1952, dan  1953.
 Capaian yang diraih Chong Wei tentu lebih berart. Era sekarang, persaingan bulu tangkis sudah sangat ketat. Bulu tangkis bukan hanya lagi di dominasi negara-negara koloni Inggris seperti era Peng Soon. Tiongkok yang tangguh di semua nomor pun mulai terusik oleh Jepang, Thailand, dan Korea Selatan serta Denmark. Faktor Indonesia juga tak bisa diabaikan begitu saja. Ini semakin dipertegas dengan empat gelar dari Malaysia Grand Prix Gold. Dia mengukirnya pada 2009, 2010, 2011, dan 2012.
 Chong Wei pun bukan hanya berjaya di rumah sendiri. Di luar pun, dia tetap menakutkan.
 Buktinya, di Indonesia Terbuka, Chong Wei empat kali meraih juara (2007, 2009, 2010, 2011). Tahun 2012, dia absen karena cedera yang dialami pada final All England. Begitu juga pada Korea Terbuka yang digapainya tiga kali (2010, 2012, 2013). Sayang, dua gelar bergengsi belum pernah diraihnya yakni juara dunia dan emas olimpiade. Padahal, keduanya sudah berada di depan mata saat dia mampu menembus babak final. Menariknya,  dalam final, dia kalah dari lawan yang sama, Lin Dan asal Tiongkok.
 Dalam Kejuaraan Dunia 2011, Chong Wei takluk 22-20, 14-21, 21-23. Sedang di olimpiade, suami dari mantan pebulu tangkis Malaysia Wong Mew Choo tersebut dua kali takluk. Pada Olimpiade Beijing 2008, Chong Wei menyerah 12-21, 8-21 dan di London 2012 menyerah 21-15, 10-21, 19-21. (*)



Gelar Lee Chong Wei di Malaysia Terbuka
2004: v Park Sung-hwan (Korsel) 15-13, 15-12
2005: v Lin Dan (Tiongkok) 17-15, 9-15, 15-9
2006: v Lin Dan (Tiongkok) 21-18, 18-21, 23-21
2008: v Lee Hyun-il (Korsel) 21-15, 11-21, 21-17
2009: v Park Sung-hwan (Malaysia) 21-14, 21-13
2010: v Boonsak Ponsana (Thailand) 21-13, 21-7
2011: v Taufik Hidayat (Indonesia) 21-8, 21-17
2012: v Sony Dwi Kuncoro (Indonesia) 21-7, 21-8

Ahsan/Hendra Obati Rindu Gelar Super Series

JUARA: M. Ahsan/Hendra Setiawan (foto: pbsi.org)
PB PBSI dapat kado manis. Di awal 2013, pebulu tangkis Indonesia sudah mampu mempersembahkan gelar. Wakil merah putih pun meraihnya dari turnamen bergengsi, Malaysia Super Series.
 Itu setelah pasangan ganda putra yang baru dipasangkan tahun lalu, M. Ahsan.Hendra Setiawan mengalahkan wakil Korea Selatan Ko Sung-hyun/Lee Yong-dae dua game langsung 21-15, 21-13 dalam pertandingan final yang dilaksanakan di Stadium Putra, Kuala Lumpur, Minggu (20/1).
 Kemenangan yang diraih Ahsan/Hendra tersebut juga termasuk mengejutkan. Dalam turnamen berhadiah total USD 400 ribu itu, mereka tak diunggulkan menjadi juara. Wajar saja karena peringkat Ahsan/Hendra memang masih di luar 10 besar. Apalagi, mereka baru dipasangkan.
 Sebelumnya, Ahsan berpasangan dengan Bona Septano. Capaian keduanya juga tak terlalu mengecewakan. Keduanya sempat masuk ranking 10 besar dunia dan  juara pada Indonesia Grand Prix Gold 2011.
 Yang lebih spektakuler lagi tentu Hendra Setiawan. Saat bertandem dengan pasangan sebelumnya, Markis Kido, mereka pernah menyandang status sebagai ganda terkuat di dunia. Bahkan, Kido/Hendra mampu menyumbangkan emas bagi Indonesia pada Olimpiade Beijing 2008. Ini merupakan emas terakhir bagi Indonesia di pesta olahraga empat tahunan tersebut. Sebab, pada Olimpiade London 2012 lalu,  lagu Indonesia Raya, tanda peraih emas, gagal berkumandang.
 Pasangan yang jadi lawan Ahsan/Hendra di final Malaysia Super Series, Sung-hyun/Yong-dae, memang lebih diunggulkan. Keduanya menjadi favorit keenam. Meski berada di unggulan keenam, tapi kondisi mereka tengah on fire. Pekan lalu, Sung-hyun/Yong-dae baru saja menjadi juara di kandang sendiri dalam Korea Super Series Premier dengan menundukkan unggulan teratas Mathias Boe/Carsten Mogensen.
 Kali terakhir pasangan Indonesia yang menjadi juara di level super series adalah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di arena All England 2012 dan Kido/Hendra di Singapura.
 Sayang, sukses yang diraih Ahsan/Hendra ini gagal diikuti Sony Dwi Kuncoro di nomor tunggal putra. Pebulu tangkis yang baru saja menembus posisi lima besar tersebut dengan mudah dikalahkan tunggal terbaik dunia saat ini sekaligus andalan tuan rumah Lee Chong Wei dua game langsung 7-21, 8-21. Pertarungan final ini seakan menjadi antiklimaks bagi Sony setelah sebelumnya menjungkalkan beberapa unggulan.
 Kekalahan ini membuat rekor pertemuan Sony  dengan pebulu tangkis negeri jiran tersebut menjadi 5-8. bagi Chong Wei sendiri, gelar ini melanjutkan dominasinya setelah pekan lalu juga menjadi juara di Korea. (*)

Hasil Final Malaysia Super Series 2013
Tunggal putra: Lee Chong Wei (Malaysia) v Sony Dwi Kuncoro 21-7, 21-8
Tunggal putri: Tai Tzu Ying (Taiwan) v Yao Xue (Tiongkok) 21-17, 21-14
Ganda putra: M. Ahsan/Hendra Setiawan (Indonesia) v Ko Sung-hyun/Lee Yong-dae (Korsel ) 21-15, 21-13
Ganda putri: Bao Yixin/Tian Qing (Tiongkok) v Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang) 21-16, 21-14
Ganda campuran: Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark) v Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) 21-13, 21-18

Kota Pencetak Juara Dunia

MENYALA:Ikon  olahraga Solo di dekat Stadion Manahan (foto: sidiq)
SOLO dikenal sebagai Kota Olahraga. Ini dikarenakan kota yang berada di provinsi Jawa Tengah tersebut menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) I pada 1948.
 Sampai sekarang, Stadion Sriwedari, yang menjadi tempat penyelenggaraan event empat tahunan tersebut, pun masih tegak berdiri. Dengan julukan itu, Solo pun juga mampu melahirkan atlet-atlet berbakat.
 Di nomor atletik, Kota Bengawan, julukan Solo, menjadi tempat kelahiran pelari tercepat Asia Tenggara Suryo Agung Wibowo. Mantan kapten timnas PSSI Agung Setyabudi pun berasal dari kota kedua terbesar di Jawa Tengah itu. Untuk cabang bulu tangkis, Solo lebih spekatakuler lagi. Dua juaranya berasal dari kota yang mempunyai dua keraton itu. 
  Siapa yang tak kenal dengan Icuk Sugiarto dan Joko Supriyanto? Keduanya termasuk maestro di cabang olahraga tepok bulu tersebut.
 Sampai sekarang, keduanya pun masih terlibat dalam olahraga yang telah membesarkan namanya itu. Icuk menjadi ketua umum Pengprov PBSI Jakarta. Sedangkan Joko mulai awal 2013 kembali ke jajaran pelatih di pelatnas PB PBSI.
 Icuk sendiri sempat masuk dalam jajaran kepengurusan PB PBSI.
 Suara vokalnya dalam mengkritisi PB PBSI masih terus ditunggu insan bulu tangkis Indonesia. Ini wajar karena semasa menjadi atlet, prestasi ayah dari pebulu tangkis Tommy Sugiarto, sudah mengharumkan nama bangsa dan negara.
 Juara dunia diraihnya pada 1983 setelah di final mengalahkan kompatriotnya (rekan satu negara) Liem Swie King.  Padahal, saat itu, merupakan  era kejayaan  King, sapaan karib Liem Swie King. Selain itu, Icuk menjadi juara Piala Dunia 1983. Setahun kemudian, Icuk juga menjadi bagian tim Indonesia saat merebut Piala Thomas 1984 yang  dua tahun sebelumnya direbut Tiongkok.
 Sedangkan Joko, mengulangi sukes Icuk sepuluh tahun kemudian. Pada pertandingan final yang dilaksanakan di Birmingham, Inggris, tersebut, dia mengalahkan rekannya sendiri Ardy B. Wiranata. Hebatnya lagi, tiga kali Joko mengantarkan Indonesia merebut Piala Thomas yakni pada 1994, 1996, dan 1998.
 Sayang, pada 1996, Joko gagal mempersembahkan emas bagi Indonesia. Padahal, saat itu, dia menjadi unggulan pertama dalam pesta olahraga empat tahunan yang dilaksanakan di Atlanta tersebut. Sayang, langkahnya dihentikan pada babak perempat final oleh musuh bebuyatannya asal Malaysia Rashid Sidek.
 Selain Icuk dan Joko, masih ada satu lagi  pebulu tangkis andalan merah putih yang lahir di Solo. Siapa? Bambang Supriyanto. Memang, dari nama belakangnya, Joko dan Bambang sama. Tapi, keduanya bukan kakak beradik atau juga punya hubungan darah.
 Bambang di bulu tangkis lebih dikenal di nomor ganda. Prestasinya, dia pernah menjadi juara Asia dan beberapa turnamen besar termasuk All England. Pada 1994 dan 1996, Bambang juga mampu mengantarkan Indonesia  menjadi juara Piala Thomas.
 Tak menutup kemungkinan, di masa mendatang, akan banyak lahir pebulu tangkis papan atas dunia dari Solo. Alasannya, banyak bibit muda Kota Bengawan yang digembleng di klub-klub besar di tanah air. (*)



Juara-Juara dari Solo

Icuk Sugiarto
Prestasi:
Juara dunia 1983
Juara Piala Thomas 1984
Juara Indonesia Terbuka 1982, 1986, 1988
Juara Malaysia Terbuka 1984
Juara Piala Dunia 1985, 1986
Emas SEA Games 1985, 1987, 1989
Emas ganda Asian Games 1982 (berpasangan dengan Christian Hadinata)
Runner-up Kejuaraan Dunia 1987, 1989


Joko Supriyanto
Prestasi:
Juara Dunia 1993
Juara Piala Dunia 1992, 1995
Juara Indonesia Terbuka 1996
Juara Malaysia Terbuka 1994
Juara Thailand Terbuka 1992, 1993, 1994
Juara Grand Prix Dunia 1993, 1995

Bambang Supriyanto
Juara Piala Thomas 1994, 1996
Juara ganda putra All England 1994 (berpasangan dengan Rudy Gunawan)
Juara ganda putra Asia 2001 (berpasangan dengan Tri Kusharjanto)
Juara ganda campuran Asia 2000 (berpasangan dengan Minarti Timur)
Juara Indonesia Terbuka 1995 (ganda putra dengan Rudy Gunawan), 2002 (ganda campuran dengan Emma Ermawati)

Sony Terus Tebar Bahaya

GABUNG LAGI: Joko Supriyanto dan  Sony (foto: fotographer.net)
LOMPATAN berarti terus dilakukan Sony Dwi Kuncoro. Dalam satu tahun, dia mampu menembus posisi lima besar.
 Padahal, tahun lalu, arek Suroboyo tersebut masih tercecer di luar 50 besar atau tepatnya 66 besar. Bahkan, pada 2011, Sony sempat merasakan duduk 117 yakni pada 8 November 2011.
 Sempat melorototnya posisi Sony itu dikarenakan dia kehilangan performa setelah mengalami cedera lutut dan punggung.Untung, berlahan tapi Sony mulai pulih dari cederanya.
 Imbasnya, Sony kembali ke puncak penampilan terbaik. Juara Indonesia Gold Grand Prix 2012 pun berada di tangan. Kali terakhir, pada pembuka 2013, peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 tersebut mampu menembus babak semifinal Korea Super Series Premier.
 Ambisinya menembus final dihentikan pebulu tangkis Tiongkok Du Pengyu. Sebenarnya, kalau melihat rekor pertemuan keduanya, Sony seharusnya yang menang. Dalam empat kali bersua, Sony menang tiga kali.
 Tentu, kembalinya Sony ke lima besar menempatkan dia menjadi tunggal putra Indonesia terbaik. Simon Santoso yang sebelumnya berada di posisi ketujuh harus rela turun dua setrip.
 Ini disebabkan pebulu tangkis asal Tegal, Jawa Tengah, tersebut absen di beberapa turnamen termasuk di Korea Super Series Premier dan Malaysia Super Series yang tengah berlangsung pekan ini.
 Tentu, menjadi peringkat pertama bakal menjadi tantangan tersendiri bagi Sony. Setelah ini, dia akan selalu menjadi incaran para lawan untuk dikalahkan. Bagaimanapun, mengalahkan unggulan tentu mempunyai poin tersendiri.
 Selain itu, jika terus bertahan, Sony bakal menjadi andalan tunggal putra Indonesia dalam kejuaraan beregu Piala Sudirman, pebulu tangkis yang dibesarkan di klub Wima, Surabaya, itu akan menjadi tunggal teratas.
 Seiring dengan kembalinya Joko Supriyanto di pelatnas, harapan melihat Sony bersinar lagi bukan sebuah hal mustahil, Kolaborasi keduanya terbukti sukses dengan salah satunya Sony meraih perunggu olimpiade.
Pekan ini, Lee Chong Wei asal Malaysia semakin kukuh di posisi pertama berkat gelar juara dari Korea Super Sereies Premier. (*)

Peringkat BWF Tunggal Putra Indonesia    (5 Besar)
Sony Dwi Kuncoro          5
Simon Santoso           9
Taufik Hidayat          21
Tommy Sugiarto             24
Dionysius Hayom Rumbaka     26

Rindu Lahirnya King Baru

KING. Jika kita menyebut kata tersebut orang akan mengatakan bahwa itu dalam bahasa Indonesia artinya raja.
 Tapi, jika menyebut King dalam masyarakat bulu tangkis, pikiran mereka akan langsung tertuju pada sosok pebulu tangkis top di era 1970-an dan 1980-an Liem Swie King.
 Ya, Liem Swie King atau yang akrab disapa King memang raja dan legenda bulu tangkis Indonesia dan dunia. Kisahnya bisa dibaca dalam buku Panggil Aku King.
 Buku karangan Robert Adhi Ksp, wartawan Kompas, ini diterbitkan pada 2009. Buku setebal setebal 456 halaman + xxiv ini diterbitkan oleh Penerbut Buku Kompas.
 Buku ini seakan membawa kita pada era 1970-an dan 1980-an. Apalagi beberapa fotonya pun masih hitam putih. Kita diajak mengikuti jejak perjalanan King dari kecil. Bocah asal Kudus, Jawa Tengah, ini memang sudah mengenal olahraga tepok bulu sejak kecil atas bimbingan orang tuanya khususnya sang ayah.
 Kemudian, bagaimana dia ditemukan oleh pemilik klub legendaris Djarum Robert Budi Hartono. Bagaimana King berlatih di gedung yang siang dipakai untuk membuat rokok pun digambarkan dengan pas.
Setelah itu, juga perjuangan King yang terus menanjak di level daerah hingga nasional. Kepiawaiannya melakukan smash membuat dia pun mendapat kepercayaan masuk pelatnas.
 Hal lain yang menarik adalah tentang misteri kekalahannya dari Rudy Hartono pada 1976. Padahal, saat itu merupakan masa keemasan King. Hanyha sayang, King tak mau menyebutkan secara detail tentang kekalahan dari seniornya tersebut. Dia hanya mengku tak tampil berdarah-darah.  Untung, lelaki kelahiran 26 Februari 1966 tersebut kemudian mampu menjadi juara All England 1978, 1979, dan 1981.
 King pun juga pernah merasakan pahitnya diskorsing PB PBSI karena terlambat bangun sehingga kalah WO di SEA Games 1979. Ini membuat dia absen tiga bulan. Nah, selama tak berlaga di matras bulu tangkis, King bermain di layar lebar dalam film Sakura dalam Pelukan.
 Di akhir karirnya, King beralih ke nomor ganda dan tetap bisa berprestasi termasuk membawa Indonesia meraih Piala Thomas. Kini. King hidup bahagia bersama istri dan tiga anaknya Alex, Stephanie, dan Michelle.
 Kita tentu rindu lahirnya King-King baru yang akan kembali membawa Indonesia berjaya di kancah bulu tangkis internasional. Ini dikarenakan prestasi Negeri Jamrud Khatulistiwa, julukan Indonesia, tengah terpuruk. Buktinya, Piala Thomas-Piala Uber-dan Piala Sudirman tak lagi bersemayam di tanah air. Selain itu, tradisi emas Indonesia di olimpiade juga telah patah dengan kegagalan menjadi juara di London 2012. (*)

Menanti Bulu Tangkis di Olimpiade 2020

SKANDAL: Gresyia Meiliana bersua Ha Jung-eun/Kim Min-jung  (foto: slate)
TAUFIK Hidayat kembali melontarkan statemen berani. Mantan juara dunia bulu tangkis asal Indonesia tersebut mengatakan bahwa olahraga tepok bulu angsa itu bisa tergusur dari Olimpiade 2020.
 Sebenarnya, kekhawatiran ini sangat wajar. Alasannya, Tiongkok sudah terlalu dominan. Negeri Panda, julukan Tiongkok, tak memberi tempat kepada negara lain untuk berjaya.
 Tentu ini sangat mengkhawatirkan. Beda dengan bola basket. Orang pasti beranggapan Amerika Serikat (AS) bakal mendominasi. Pertimbangannya, Negeri Paman Sam tersebut memiliki kompetisi bola basket yang terbaik di dunia, NBA.
 Para pemain bintangnya pun mayoritas dari AS. Meski, ada juga beberapa pemain bintang berasal dari negeri lain.
 Tapi ternyata, dominasi AS tak sekuat bayangan kita. Argentina dan Spanyol pun bisa menjegal ambisi Negeri Super Power tersebut.
 Begitu juga dengan sepak bola. Olahraga menendang si kulit bundar tersebut tak lagi milik negara-negara Eropa. Asia pun juga mulai diperhitungkan.
 Buktinya pada Olimpiade London 2012. Saat itu, Jepang menjadi negara Asia pertama yang mampu lolos ke semifinal.
 Beda jauh dengan bulu tangkis. Tiongkok benar-benar mendominasi.
Hasil terakhir di London, negara terpadat penduduknya di dunia itu tak menyisakan emas bagi negara lain alias sapu bersih.
 Keraguan akan kelangsungan bulu tangkis di pesta olahraga paling akbar di dunia yang digelar empat tahun sekali itu pun semakin kuat. Ini tambah diperparah dengan adanya skandal permainan di ganda putri.
Skandal ini telah mengakibatkan delapan pebulu tangkis asal Tiongkok, Korea Selatan, dan Indonesia. Mereka pun akhirnya didiskualifikasi dari olimpiade.
Sikap ini dipicu dari strategi Tiongkok  yang menurunkan dua pasangan yakni  Wang Xiaoli/Yu Yang di grup A serta Tian Qing/Zhao Yunlei di grup D.
 Skenarionya, mereka bisa bertemu di final. Namun strategi ini berantakan ketika pasangan Tian/Zhao kalah oleh pasangan Denmark Kamilla Rytter-Juhl/ Christinna Pedersen.
Imbasnya, negeri yang mempunyai Tembok Raksasa tersebut merombak strategi agar tidal bertemu di babak perempat final. Caranya, Wang Xiaoli/Yu Yang, sengaja mengalah dari ganda putri non-unggulan Korea Selatan Jung Kyung-eun dan Kim Ha-na.
Sayangnya, skenario ini membawa efek pada pertandingan lain. Pasangan Indonesia Greysia Polii/Meiliana Jauhari bertemu pasangan Ha Jung-Eun/Kim Min-Jung. Kedua pasangan ini berusaha kalah agar dapat menghindari pertemuan dengan Wang Xiaoli/Yu Yang.
Aksi ini mendapat kartu hitam dari wasit dan ofisial olimpiade. Mereka dianggap melanggar code of conduct pasal 4.5 dan 4.16 yaitu ‘tidak bersungguh-sungguh untuk berusaha memenangkan pertandingan’ dan ‘bertingkah-laku menghina dan merusak reputasi bulu tangkis’.
 Tentu, kita semua harap-harap cemas menunggu kiprah bulu tangkis di Olimpiade 2020. Harapan emas Indonesia masih diletakan di pundak cabor ini. Meski di London 2012, tradisi emas itu patah dengan tak berkumandangnya lagu Indonesia Raya dalam acara pengalungan medali juara. (*)


Para peraih emas di Olimpiade
Olimpiade Barcelona 1992
Tunggal Putra: Alan Budikusuma (Indonesia)
Tunggal Putri: Susi Susanti (Indonesia)
Ganda Putra: Park Joo-bong/Kim Mon-soo (Korsel)
Ganda Putri: Hwang Hye-young/Schung So-young (Korsel)

Olimpiade Atlanta 1996
Tunggal Putra: Poul-Erick Hoyer Larsen (Denmark)
Tunggal Putri: Bang Soo-hyun
Ganda Putra: Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky (Indonesia)
Ganda Putri: Ge Fei/Gu Jun (Tiongkok)
Ganda Campuran: Kim Dong-moon/Gil Young-ah (Korsel)

Olimpiade Sydney 2000
Tunggal Putra: Ji Xinpeng (Tiongkok)
Tunggal Putri: Gong Zhichao (Tiongkok)
Ganda Putra: Tony Gunawan/Candra Wijaya (Indonesia)
Ganda Putri: Gei Fei/Gu Jun (Tiongkok)
Ganda Campuran: Zhang Jun/Gao Ling (Tiongkok)


Olimpiade Athena 2004
Tunggal Putra: Taufik Hidayat (Indonesia)
Tunggal Putri: Zhang Ning (Tiongkok)
Ganda Putra: Kim Dong-moon/Ha Tae-kwon (Korsel)
Ganda Putri: Zhang Jiewen/Yang Wei (Tiongkok)
Ganda Campuran: Zhang Jun/Gao Ling (Tiongkok)

Olimpiade Beijing 2008
Tunggal Putra: Lin Dan (Tiongkok)
Tunggal Putri: Zhang Ning (Tiongkok)
Ganda Putra: Markis Kido/Hendra Setiawan (Korsel)
Ganda Putri: Du Jing/Yu Yang (Tiongkok)
Ganda Campuran: Lee Yong-dae/Lee Hyo-jung (Korsel)

Olimpiade London 2012
Tunggal Putra: Lin Dan (Tiongkok)
Tunggal Putri: Li Xuerui (Tiongkok) 
Ganda Putra: Cai Yun/Fu Haifeng (Tiongkok)
Ganda Putri: Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok)
Ganda Campuran: Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok)

Distribusi Emas Bulu Tangkis di Olimpiade
Tiongkok: 16
Korsel: 6
Indonesia: 6
Denmark: 1 

Malaysia, Masih Jadi Kandang Macan

TUAN RUMAH: Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (foto: badminton freak)
MALAYSIA masih kandang macan bagi pebulu tangkis Indonesia. Ini pula bisa membuat wakil merah putih gigit jari dalam Malaysia Super Series yang dilaksanakan 15-20 Januari 2013.
 Apalagi, Indonesia baru saja gagal total dalam Korea Super Series Premier pekan lalu. Dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 1 juta tersebut, tak ada satu pun pebulu tangkis Indonesia menembus final. Capaian terbaik dibukukan Sony Dwi Kuncoro yang mampu menembus babak semifinal sebelum dihentikan Du Pengyu.
 Pada Malaysia Super Series kali ini, Indonesia mereduksi kekuatan. Pasangan ganda campuran terkuat tanah air, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, absen.  Namun, nomor ini tetap masih menjadi andalan melalui pasangan M. Rijal/Debby Susanto. Keduanya diunggulkan di posisi ketiga.
 Untuk tunggal putra, terlalu tinggi berharap bisa mencuri gelar. Saat ini, ketangguhan jagoan tuan rumah Lee Chong Wei masih susah diruntuhkan. Buktinya, pekan lalu, dia mampu menjadi juara di Korea. Selain itu, peraih medali perak Olimpiade London itu juga menyandang status juara bertahan.
 Paling banter, kita hanya berharap Sony Dwi Kuncoro bisa menembus final. Kehadiran Taufik Hidayat juga tak terlalu banyak membantu.
 Dengan usia yang semakin bertambah, 32, menantu mantan ketua umum KONI Pusat Agum Gumelar tersebut sudah kehilangan momen emasnya.
 Jadi, kita siap-siap menerima kabar sedih dari Kuala Lumpur. Indonesia lagi-lagi pulang tanpa gelar. (*)



Unggulan Malaysia Super Series 2012

Tunggal Putra:
1.Lee Chong Wei (Malaysia)
2. Kenichi Tago (Jepang)\
3. Nguyen Tien Minh (Vietnam)
4. Sho Sasaki (Jepang)

Tunggal Putri:
1.Saina Nehwal (India)
2. Juliane Schenk (Jerman)
3. Tine Baun (Denmark)
4. Sung Ji-hyun (Korsel)

Ganda Putra :
1.Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (Malaysia)
2. Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang)
3. Kim Ki-jung/Kim Sa-rang (Korsel)
4. Hirokatsu Hashimoto/Noriyasu Hirata (Jepang)


Ganda Putri:
1.Christina Pedersen/Kamilla Rytter Juhl (Denmark)
2. Misaki Matsumoto/Ayaka Takahashi (Jepang)
3.Duanganong Aroonkesorn/Kunchala Voravichitchaikul (Thailand)
4. Shinta Mulia Sari/Yao Lei (Singapura)

Ganda Campuran:
1.Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia)
2. Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark)
3. Muhammad Rijal/Debbby Susanto (Indonesia)
4. Robert Mateusiak/Nadiezka  Zieba (Polandia)

Juara Malaysia Super Series 2012
Tunggal Putra: Lee Chong Wei (Malaysia)
Tunggal Putri: Wang Yihan (Tiongkok)
Ganda putra: Fang Chieh Min/Lee Sheng Mu (Taiwan)
Ganda putri: Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl (Denmark)
Ganda campuran: Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok) 

Febriyan Irvanaldy, Ogah Balik Pelatnas

SIAPA yang tak bangga masuk pelatnas PB PBSI. Tapi, itu tak berlaku bagi Febriyan Irvanaldy.
 Dua tahun berada di kawasan candradimuka bulu tangkis tersebut sudah membuat Febri, sapaan karib  Febriyan Irvanaldy, sudah cukup. Dia pun tak ingin kembali ke sana lagi.
 Alasannya, dia tak ingin karirnya berhenti dan mentok. Kesempatan yang diterimanya pun sangat sedikit.
 Beda dengan dia waktu masih membela Singapura. Febri membela Negeri Singa, julukan Singapura? Ya, sejak 2005 hingga 2009, dia memang berada di sana. ‘’Kesempatan tampil di berbagai turnamen ada.’’
 Bahkan, saat di Singapura, Febri ditangani pelatih papan atas. Nama-nama Asep Suharno dan Jeffer Rosobin pernah memolesnya.
 Hasilnya,dia mampu menjadi juara di berbagai level junior.  Nah, itu pula yang membuat PB PBSI pun kepincut memanggilnya.
 Sayang, semua di luar perkiraan. Selama di pelatnas, dia gagal bersinar. Sebaliknya, rekan-rekannya di Singapura, kini mulai moncer dan bisa tampil di berbagai turnamen baik yang berlabel grand prix ataupun super series. Sebut saja Derek Wong yang dalam peringkat terakhir BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 10 Januari ada di posisi 43 juga Ashton Chen (57).
 ‘’Saya kini hanya ingin berlatih di klub dan memberikan yang terbaik,’’ tegas Febri.
 Ya, selama ini, Febri memang setia dengan klub lamanya, Wima. Di klub binaan Ferry Stewart tersebut, dia memulai karirnya.
Bahkan, saat ini, Febri pun diharapkan mampu menjadi panutan bagi para juniornya di Wima.
 Enak mana antara Singapura dan pelatnas? Dengan enteng Febri menjawab. ‘’Lebih enak di Wima,’’
ujarnya sambil terkekeh. (*)
SINGAPURA:Febriyan Irvanaldy (foto: sidiq)

Ferry Stewart, Setia tanpa Batas

USIANYA sudah tak muda lagi. Tahun ini, lelaki berpostur tinggi besar tersebut sudah menginjak 59 tahun.
 Tapi, dia masih terlihat segar. Teriakan dan instruksinya kepada anak asuhnya masih terdengar nyaring. Lelaki itu adalah Ferry Stewart.
TANGAN DINGIN: Ferry Setiawan tunggu anak didik. (foto: sidiq)
 Bagi pecinta bulu tangkis, khususnya di Jawa Timur, nama tersebut sudah tak asing di telinga. Lebih dari separo hidupnya didedikasikan bagi olahraga tepok bulu itu.
 ‘’Saya mulai berlatih bulu tangkis sejak usia 10 tahun. Setahun kemudian, saya bergabung Suryanaga,’’ kata Ferry saat ditemui di Lapangan KONI Jatim, kawasan Kertajaya, Surabaya, Sabtu (12/1).
 Tapi, di klub bulu tangkis tertua di Indonesia itu, dia hanya bertahan empat tahun. Setelah itu, dia pindah ke klub gereja tempat dia biasa beribadah.
 ‘Lokasi latihan Suryanaga dulu jauh dari rumah. Kalau setiap hari, saya enggak kuat,’’ kenang lelaki yang masih suka membujang itu.
 Di klub itu, Ferry bertahan lama. Selama 14 tahun dia bertahan. Bahkan, di klub gereja itu pula, lelaki campuran Belanda-Manado tersebut mulai merasakan jadi pelatih.
 Hingga akhirnya pada 1982, dia pun memutuskan keluar dan mendirikan klub sendiri dengan nama Wima.  Selain melatih, Ferry pun mulai terlibat aktif di organisasi dengan bergabung dengan Pengkot PBSI Surabaya.
 Perjuangan Ferry bersama Wima pun lambat laun mulai mendapat apresiasi. Namanya mencuat saat sukses memoles Hendrawan menjadi pebulu tangkis top.
 ‘’Padahal, dia baru saja dianggap tak bisa berkembang di klub besar di Jawa Tengah. Saya melatihnya karena saya yakin dia punya potensi besar,’’ kenangnya.
 Hendrawan merupakan pebulu tangkis papan atas dunia di awal dekade 2000-an. Gelar juara dunia pernah diraihnya di Sevilla, Spanyol, pada 2001. Bahkan, setahun sebelumnya, Hendrawan mampu lolos ke final Olimpiade Sydney. Sayang, dia harus puas meraih medali perak setelah dikalahkan Ji Xinpeng (Tiongkok) 15-4, 15-13.
 Selain Hendrawan, Ferry juga sukses menangani Sony Dwi Kuncoro. Dia datang ke Wima dengan diantarkan oleh sang ayah.
 ‘’Dari kecil, Sony memang sudah terlihat bakatnya. Wajar kalau akhirnya dia menjadi andalan Indonesia,’’ ungkapnya.
 Sony merupakan pebulu tangkis Indonesia yang menjadi juara Asia tiga kali 2002, 2003, dan 2005. Dia juga meraih posisi kedua pada Kejuaraan Dunia di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 2007.
 ‘’Saya masih yakin bakal ada pebulu tangkis top yang lahir dari Wima,’’ ucapnya.
 Dari awal berdiri, Wima pun hidup dari iuran anggota. Tentunya, peranan Ferry tetap besar. Dia mampu mengolahnya menjadi napas yang menghidupi klub.
 ‘’Saya akan tetap di bulu tangkis dan Wima selamanya. Saya tidak bisa hidup tanpa bulu tangkis,’’ tegasnya. (*)

Kejutan Pemungkas Sung Ji-hyun

JUARA: Selebrasi Sun Ji-hyun (foto:feature.rr)
Kejutan terjadi Korea Super Series Premier 2013. Tunggal putri tuan rumah yang tak diunggulkan menjadi juara Sung Ji-hyun meraih posisi terhormat.
 Dalam final yang dilaksanakan d Seoul pada Minggu (13/1), dia menghentikan ambisi pebulu tangkis Tiongkok Wang Shixian dengan dua game langsung 21-12. 22-20. Langkah Ji-hyun menjadi juara memang perlu dapat apresiasi. Meski cederanya unggulan pertama asal Negeri Panda, julukan Tiongkok, Li Xuerui, juga punya peranan.
 Pada babak pertama, dia sudah tersingkir saat menghadapi wakil Thailand Porntip Buranaprasertsuk. Pada game pertama saat kedudukan 7-7, dia gagal melanjutkan pertandingan.  Porntip akhirnya bisa ditumbangkan Ji-hyun di babak perempat final.
 Dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 1 juta tersebut, Negeri Ginseng, julukan Korsel, meraih dua gelar. Satu gelar lagi disabet dari nomor ganda putra. Unggulan keenam Lee Yong-dae/Ko Sung-hyun mempermalukan unggulan pertama asal Denmark Mathias Boe/Carsten Mogensen 19-21, 21-13, 21-10.
 Tiongkok pun masih bisa tersenyum dari Korea Super Series Premier 2003 ini. Mereka memperoleh dua gelar melalui nomor ganda putri dan ganda campuran.
 Pada nomor ganda putri, pasangan unggulan teratas Wang Xiaoli/Yu Yang mengalahkan kompatriot (rekan satu negara) Ma Jin/Tang Jin Hua straight game 21-17, 21-13. Pada nomor ganda campuran, Zhang Nan/Zhao Yunlei melibas rekannya sendiri 13-21, 21-16, 21-13.
 Sayang, di nomor bergengsi tunggal putri, Tiongkok harus gigit jari. Andalannya di final, Du Pengyu takluk dengan mudah 12-21, 15-21 oleh unggulan teratas asal Malaysia Lee Chong Wei 12-21, 15-21.
 Bagi Chong Wei, ini mengulangi capaiannya tahun lalu. Selain itu, gelar dari Korea juga menandakan bahwa pebulu tangkis peringkat pertama dunia tersebut sudah siap menemar ancaman di berbagai turnamen yang diikuti pada tahun ini.
 Indonesia sendiri kembali dipaksa pulang dengan tertunduk.Tak ada satupun gelar yang bisa dibawa pulang ke tanah air.
 Capaian terbaik diraih Sony Dwi Kuncoro. Tunggal putra Indonesia yang kini masuk peringkat 10 besar dunia itu terhenti langkahnya pada babak semifinal oleh Du Pengyu. (*)

Taufik Hidayat, Magnet di Bulutangkis

TAUFIK Hidayat bakal pensiun sebagai pebulu tangkis. Jika tak ada aral melintang, tahun ini merupakan tahun terakhirnya.
 Tentu banyak kenangan yang ditinggalkan lelaki 10 Agustus 1981 . Sebagian besar bisa dibaca dari buku karangan Broto Happy W. dan Erly Bahtiar. Kedua jurnalis wartawan tabloid BOLA tersebut menceritakan perjalanan Taufik Hidayat dari awal hingga 2003, tahun buku tersebut diterbitkan.
 Dari sampulnya, kita juga sudah tertarik. Taufik begitu serius hendak melakukan serve. Dengan sampul hitam dan di atasnya terdapat tulisan Biografi Taufik Hidayat dan judulnya MAGNET DI BULUTANGKIS. Buku setebal 93 halaman tersebut juga diisi foto-foto berwarna tentang Taufik sejak kecil hingga 2003.
 Buku terbitan Bhakti Gemilang itu menulis semua aspek Taufik. Mulai awal karir dia, pencapaian di masa junior, hingga masuk pelatnas dan panen prestasi yang digapai. Tentu tak lupa juga dengan bumu asmara lelaki asal kelahiran Bandung itu.
 Sejak terjun di bulu tangkis dengan bergabung klub SGS (Sangkuriang Graha Sarana), anak pasangan Aris Haris dan Enok Dartilah tersebut sudah merasakan susah. Dia harus rela berlatih mulai pulang sekolah jam 12.00 WIB dan baru masuk rumah lagi pukul 20.00. Ini wajar karena Taufik harus menempuh jarak 80 kilometer pulang pergi.
 Di klub yang dibina pengurus PB PBSI Lutfi Hamid tersebut, dia kali pertama ditangani Iie Sumirat. Nama ini bukan sembarangan pelatih. Semasa aktif menjadi pebulu tangkis, dia menjadi andalan Indonesia di era 1970-an.
 Iie pun sudah mencium bakal Taufik. Untuk itu, dia pun tak segan berbagi ilmu. Hasilnya, Taufik pun mulai menjuari berbagai turnamen  dengan dimulai di Solo pada 1993. Dia pun hanya butuh tiga tahun untuk bisa masuk pelatnas.
 Di buku MAGNET DI BULUTANGKIS ini, juga dibahas naik turunnya prestasi Taufik. Bagaimana dia bisa berjaya di Indonesia Terbuka hingga lima kali dan mengejar ambisi menyamai rekor Ardy B. Wiranata yang kampiun enam kali. Serta bagaimana tangguhnya Taufik yang sukses kali pertama mengantarkan Indonesia menjadi juara Piala Thomas 2000.
 Tapi, di sisi lain, ada juga kepedihan Taufik dengan kegagalan menjadi juara All England 2000 dan 2001. Selain itu, ada tangis Taufik saat kalah di final Piala Thomas 2002. Sudah? Belum, emosi Taufik kalah di final beregu Asian Games 2002 juga ditulis dengan menarik.
 Sanksi PBI PBSI atas Taufik juga disajikan dengan  detail. Kritikan Taufik kepada PBSI agar tak dipimpin dengan gaya militer. Imbasnya, palu sanksi dari PB PBSI yang dipimpin Soebagyo H.S. pun diterima. Kesedihan Taufik juga tergambar saat pelatih kesayangannya, Mulyo Handoyo, doputus kontrak oleh PB PBSI. Taufik pun berontak dan mengaku tak cocok ditangani pelatih lain selain Mulyo. 
 Yang tak kalah menariknya, tentu saja bumbu asmara Taufik dengan beberapa wanita. Nama petenis Wynne Prakusya, artis Nola AB Three, serta Deswita Maharani pun pernah dekat dengan lelaki yang diberi anugrah ganteng tersebut.
 Karena diterbitkan 2003, tentu cinta Taufik ditulis sangat serius saat dekat dengan Deswita. Bahkan, keduanya sempat tunangan. Deswita pula yang mendampingi Taufik saat mau hijrah ke Singapura. 
 Tapi, seiring perjalanan waktu, hubungan asmara Taufik dan Deswita, yang sebenarnya sudah masuk tahapan tunangan, pun kandas.
 Kini, Taufik pun menjadi suami dari mantan ketua KONI Pusat Agum Gumelar, Ami Gumelar dan menjadi bapak dua anak. Taufik pun sudah punya gedung latihan yang menempa para pebulu tangkis muda. (*)

Apa itu buku Magnet di Bulutangkis
Diterbitkan: 2003
Tebal: 93 halaman
Penulis: Broto Happy dan Erly Bahtiar
Buku ini ditulis sebelum Taufik meraih emas Olimpiade Athena 2004. Setelah ini, belum ada lagi buku yang mengupas tentang perjalanan karirnya.

Duh, Langsung Telan Pil Pahit

MUSUH BERAT: Du Pengyu, penakluk Sony (foto: sportskeeda)
PREDIKSI Indonesia pulang tanpa gelar dari Korea Super Series Premier terbukti. Satu-satunya wakil Indonesia yang tersisa Sony Dwi Kuncoro terhenti langkahnya dalam babak semifinal.
 Pada turnamen yang menyediakan hadiah total USD 1.000.000 di Seoul Olympic Park, Olympic Gymnasium tersebut, Sony harus mengakui ketangguhan unggulan keempat asal Tiongkok Du Pengyu dengan rubber game 21-12, 21-17.
 Sebenarnya, kekalahan ini cukup mengejutkan. Ini disebabkan Sony  menang tiga kali dalam empat kali pertemuan.  Tiga kemenangan itu dipetik peraih perunggu Olimpiada Athena tersebut di All England 2010, Singapura Terbuka 2012, dan Tiongkok Terbuka 2012.  Satu-satunya kekalahan Sony dialami di kandang sendiri dalam Indonesia Terbuka tahun lalu.
 Meski gagal, lolosnya Sony ke babak semifinal sudah merupakan lompatan berarti. Dia tak diunggulkan dalam turnamen super series pembuka tahun itu.  Bahkan, tambahan poin dari Seoul ini bisa mengangkat kembali peringkatnya.
 Dalam peringkat terakhir BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Sony sudah masuk kembali ke posisi 10 besar. Tentu, hal tersebut memberi bukti bahwa Sony telah mendekati penampilan terbaiknya.
 Selain Sony, tak ada wakil Merah Putih yang lolos hingga babak semifinal. Bahkan, salah satu asa meraih posisi terhormat, pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, sudah tersungkur di babak perempat final setelah dipermalukan unggulan keenam asal Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen dua game langsung 19-21, 20-22.
 Kegagalan ini mengulangi capaian tahun lalu. Saat itu, tak ada wakil Indonesia mampu membawa pulang posisi terhormat. Harapannya, tentu turnamen awal tahun tersebut tak melunturkan semangat pebulu tangkis Indonesia untuk terus mengejar prestasi.
 Apalagi, kini, PB PBSI punya nakhoda baru, Gita Wirjawan. Gebarakan-gebarakan serta inovasinya diharapkan bisa mengangkat kembali prestasi Indonesia yang tengah terpuruk dengan puncaknya gagal mempertahankan tradisi emas olimpiade. Padahal, sejak bulu tangkis dipertandingan di Olimpiade Barcelona 1992, lagu Indonesia Raya selalu berkumandang. Tapi, pada 2012 di London, hal itu patah. Tontowi/Liliyana yang diharapkan menjadi penerus tradisi emas, terhenti langkahnya di babak semifinal. (*)

Perjalanan Wakil Indonesia di Korea Super Series Premier
Babak I: Tommy Sugiarto (tunggal putra), Andriyanti Firdasari (tunggal putri), Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, Alvent Yulianto/Markis Kido  (ganda putra), Pia Zebadiah/Rizki Amelia Pradipta, Suci Rizky Andini/Della Destiara Haris (ganda putri)

Babak II: Aprilsasi Putri/Vita Marissa, Meiliana Jauhari/Gresyia Polii  (ganda putri), Muhammad Rijal/Debby Susanto (ganda campuran)

Perempat final: Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Markis Kido/Pia Zebadiah  (ganda campuran)

Semifinal : Sony Dwi Kuncoro (tunggal putra)

Selamat Jalan sang Legenda


PENSIUN: Peter Gade (foto: politiken.dk)
SAYA tak bisa menyembunyikan kecewa. File foto saya dengan Peter Gade di Istora Senayan, Jakarta, pada 2004 tak bisa ditemukan.
 Padahal, saya sangat membutuhkannya ketika mendengar pebulu tangkis Denmar kelahiran 14 Desember 1976 tersebut bakal memutuskan pensiun pada akhir 2012. Foto tersebut tentu akan menjadi kenangan indah bersama atlet yang disebut-sebut sudah masuk dalam legenda olahraga tepok bulu tersebut.
Untung, laga terakhirnya melawan pebulu tangkis Tiongkok Lin Dan di final Copenhagen Masters berakhir manis. Dia mampu mengalahkan peraih emas Olimpiade Beijing dan London tersebut dengan rubber game 20-22, 21-16, 21-14 Falconer Hall, Frederiksber pada 27 Desember waktu setempat.
 Setelah era Sven Pri di era 1970-an dan Morten Frost Hansen di era 1980-an, Denmark mempunyai Peter Gade di era 1990-an dan 2000-an. Kehadirannya membuat Negeri Skandinavia tersebut tetap disegani di jagad bulu tangkis internasional.
 Pada 1994, Peter Gade mencatatkan dirinya sebagai juara dunia junior. Bahkan, turnamen bergengi All England pernah disabetnya pada 1999. Selain itu, Peter Gade membuat Eropa masih punya jago di nomor tunggal putra di tengah dominasinya wakil Asia seperti Lin Dan, Lee Chong Wei (Malaysia), dan Taufik Hidayat (Indonesia).
 Sayang, selama kiprahnya, Peter Gade gagal mempersembahkan juara bagi negaranya di ajang Piala Thomas. Prestasi terbaik Denmark di bawah pimpinan Peter Gade terjadi pada Piala Thomas 2012 dengan sukses meraih perunggu. Setahun sebelumnya,  dia juga mampu mengantarkan negaranya ke final Piala Sudirman yang dilaksanakan di Qingdao (Tiongkok).
 Sementara di nomor perorangan, dia lima kali menjadi juara tunggal putra Eropa yakni pada 1998 di Sofia (Bulgaria), 2000 di Glasgow (Skotlandia), 2004 di Jenewa (Swiss), 2006 di Den Bosch (Belanda), serta terakhir 2010 di Manchester (Inggris). Begitu juga di nomor beregu di Benua Eropa, Peter Gade cukup bersinar.
 Setelah pensiun, Peter Gade bakal terjun sebagai pelatih. Harapannya, Denmark tetap mampu menjadi salah satu kekuatan bulu tangkis dunia. Selamat jalan Peter Gade, Selamat jalan sang Legenda. (*)

Sony Dwi Kuncoro Kembali ke 10 Besar

PULIH: Sony Dwi Kuncoro (foto: zombio)

SONY Dwi Kuncoro kembali ke habitat. Dalam peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Internasional), Arek Suroboyo tersebut sudah masuk peringkat 10 besar.
Ini tentu lompatan yang sangat berarti. Sebab, hampir dua tahun terakhir, peringkatnya jeblok. Jangankan 10 besar, 20 besar pun susah dalam jangkauan.
Menurunnya performa peraih medali perunggu Olimpiade Athena 2004 tersebut dikarenakan cedera yang terus menyerangnya. Mulai dari cedera lutut hingga punggung. Imbasnya, Sony pernah merasakan berada di luar 100 besar.
Posisi tersebut membuat Sony harus berjuang melalui babak kualifikasi untuk bisa berlaga di turnamen super series. Satu hal yang sebelumnya tak pernah terbayangkan.
 Untung, Sony tak mengenal putus asa. Seiring cederanya yang mulai pulih, babak kualifikasi pun mampu dilewati. Berlahan tapi pasti peringkatnya pun mulai menanjak.
 Hebatnya lagi, pada 2012, Sony pun ikut mengecap manisnya menjadi juara meski hanya di turnamen grand prix. Kalungan medali sambil berdiri di podium terhormat dilakukannya Thailand dan Indonesia.
Masuknya Sony di posisi sepuluh besar membuat Indonesia menempatkan dua wakilnya. Dalam peringkat terbaru, Simon Santoso bertahan di posisi ketujuh. Yang mengejutkan, dalam peringkat terbaru, pebulu tangkis terkuat dunia saat ini asal Tiongkok Lin Dan melorot peringkatnya hingga posisi delapan. Untuk posisi teratas masih bertengger Lee Chong Wei asal Malaysia.

Peringkat BWF (per 10 Januari 2012)
Tunggal Putra (5 Besar)
Peringkat BWF per 3 Januari 2013
Tunggal Putra (5 Besar)
1.Lee Chong Wei (Malaysia)  86168, 7300 poin
2. Chen Long (Tiongkok) 83720.3161
3. Chen Jin (Tiongkok) 62452,9100
4. Kenichi Tago (Jepang) 57759,9075
5. Du Pengyu (Tiongkok) 56286,3100

Tunggal Putri (5 Besar):
1.Li Xuerui (Tiongkok) 94626,7153
2. Wang Yihan (Tiongkok) 83332,7491
3. Saina Nehwal (India) 80461.7444
4. Juliane Schenk (Jerman) 72328,9829
5. Wang Shixian (Tiongkok) 63722,1240

Ganda Putra (5 Besar)
1.Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark) 76993,6999
2. Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (Malaysia) 72311,6667
3. Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang) 65953,0683
4. Kim Ki-jung/Kim Sa-rang (Korsel) 60695,1988
5.Hong Wei/Shen Ye (Tiongkok) 59176,0000

Ganda Putri (5 Besar)
1.Tian Qing/Zhou Yunlei (Tiongkok) 73357,1916
2. Bao Yixin/Zhong Qianxin (Tiongkok) 72311.6667
3. Kamilla Rytter Juhl/Christinna Pedersen (Denmark) 65767,3355
4. Shizuka Matsuo/Mami Naito (Jepang) 65023,9000
5.Wang Xiaoli/Yu Yang (Tiongkok) 60985,8944

Ganda Campuran (5 Besar)
1.Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok) 89300,0000
2. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia) 82420.0000
3. Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) 72580.0000
4. Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok) 68200,0000
5.Sudket Prapakamol/Saralee Thoungthongkam (Thailand) 64490,0000

*Sumber badminton.org

Promodeg Cipayung Tuai Kontroversi

BALIK: Pasangan Christpoher/Andrei(foto: badmintoncentral)
PRO kontra mewarnai promosi-degradasi di Pelatnas Cipayung. Pasangan muda yang tengah menanjak penampilannya, Christopher Rusdianto/Andrei Adistia, harus angkat koper dari kawah candradimuka pebulu tangkis Indonesia tersebut.
 ‘’Kami mempertanyakan mengapa Christopher bisa dipulangkan. Secara peringkat, keduanya masih berada di posisi 50 besar dunia,’’ kata pengamat bulu tangkis asal Surabaya, Jawa Timur, Ferry Stewart.
 Dia menganggap keduanya masih punya potensi untuk berkembang. Apalagi, capaian keduanya diberbagai turnamen tidak terlalu mengecewakan.
 Bahkan, selama 2012, Christopher/Andrei jarang tersungkur dalam penampilan perdana. Bahkan, pada Indonesia International Challenge, mereka menembus babak semifinal.
 ‘’Yang mengherankan, ada pasangan yang peringkatnya di bawah mereka malah dipertahankan. Kami bukan protes, tapi mempertanyakan,’’ tegas Ferry.
 Lelaki yang juga pembina PB Hi-Qua Wima  tak mengerti dengan sistem dan mekanisme yang dipakai dalam penentuan promdeg. Hanya, dia tak mau mengaitkan dipulangkannya Christopher ke klubnya, Suryanaga, Surabaya, karena sang ayah, Yacob Rusdianto, sudah tak lagi duduk sebagai Sekretaris Jendral PB PBSI.
 ‘’Nggak lah, nggak ada hubungannya. Secara kualitas dan peringkat, Christopher masih layak dipelatnas,’’ ucap Ferry.  Selain Christopher, pebulu tangkis Jatim yang dipulangkan adalah pebulu tangkis tunggal putra Siswanto.
 Selain itu, Ferry juga mengaku kecewa dengan tak dipanggilnya  wakil Jatm di kelompok taruna, Roy Danu. Secara peringkat, pebulu tangkis yang menentukan Indonesia menjadi juara pelajar ASEAN itu layak masuk. (*)

Peringkat BWF Pasangan Indonesia (per 3 Januari)
1.Markis Kido/Hendra Setiawan (peringkat 13, sudah bubar)
2. Angga Pratama/Rian Agung (17)
3. Mohammad Ahsan/Bona Septano  (19, sudah bubar)
4. Yonathan Suryatama Dasuki/Hendra Aprida Gunawan (22)
5. Gideon Markus Fernaldi/Agripinna Prima (26)
6. Alvent Yulianto/Hendra Aprida Gunawan (28, sudah bubar)
7. Ricky Karanda/Muhammad Ulinnuha (29)
8. Markis Kido/Alvent Yulianto (32)
9. Andrei Adistia/Christopher Rusdianto (45)
10. Wahyu Nayaka/Ade Yusuf (66) 

Suryanaga Datangkan Bintang Jepang

PENGALAMAN: Eriko Hirose (foto: badmintoncentral)
SURYANAGA susun kekuatan hadapi Super Liga Badminton 2013. Klub bulu tangkis yang bermarkas di Surabaya tersebut bakal mendatangkan pebulu tangkis Jepang dan Hongkong untuk menghadapi kompetisi yang bakal dilaksanakan di Surabaya pada 3-9 Februari mendatang tersebut.
 Pebulu tangkis Negeri Matahari Terbit, julukan Jepang, yang dikontrakadalah  Eriko Hirose di nomor tunggal dan Shizuka Matsuo/Mami Naito di nomor ganda. Sementara untuk sektor putra, Suryanaga mendatangkan dua pebulu tangkis tunggal Hu Yun dan Wong Wing Ki.
   ‘’Dari lima pebulu tangkis asing itu, hanya Hu Yun yang pernah memperkuat Suryanaga pada Super Liga Badminton 2011," kata Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Jaya Raya Suryanaga Sunoto    
 Menurut dia, penggunaan pebulu tangkis mancanegara tersebut didasarkan pada kebutuhan tim dan kualitas agar bisa bersaing dengan tim-tim lain di kompetisi bulu tangkis paling tinggi di Indonesia tersebut.     Pada Super Liga 2011, tim putri Suryanaga, yang saat itu diperkuat pebulu tangkis Belanda keturunan Tiongkok, Yao Jie, tampil sebagai juara dengan mengalahkan Jaya Raya Jakarta 3-0.
     Sedangkan tim putra harus puas  di posisi kedua setelah takluk oleh SGS PLN Bandung yang diperkuat Lee Chong Wei dan Taufik Hidayat, dengan skor tipis 2-3.
 ‘’Tahun ini, persaingannya jauh lebih ketat karena banyak klub yang diperkuat pebulu tangkis bagus, sehingga kami hanya menargetkan minimal bisa masuk semifinal, baik tim putra maupun putri," tambah Sunoto.
 Selain pebulu tangkis Jepang, lanjut Sunoto, pihaknya juga meminjam atlet lokal dari klub lain untuk memperkuat sektor putri, yakni Ganis Nur Rahmadani (tunggal) dan Lita Nurlita (ganda).
  Mereka akan melapisi pebulu tangkis yang dimiliki Suryanaga seperti Lindaweni Fanetri, Tike Arieda Ningrum, dan Variela Aprilsasi.
 Sementara untuk tim putra, Hu Yun dan Wong Wing Ki akan bergabung dengan Sony Dwi Kuncoro, Fauzi Adnan, Alvent Yulianto, Rian Agung Saputro, dan Tri Kusumawardhana.
 Super Liga Badminton 2013 menyediakan total hadiah Rp1,6 miliar akan diikuti sebanyak 10 tim putra dan delapan tim putri (termasuk lima tim asing dari Jepang, Korea Selatan dan Malaysia), dengan format pertandingan seperti Piala Thomas dan Uber. (*)

Peserta Super Liga Badminton 2011
Putra: SGS PLN, Suryanaga, Tangkas, Djarum, Musica Champion, Jaya Raya, Mutiara

Hasil Final:
SGS v Suryanaga 3-2
1.Lee Chong Wei v Chan Yan Kit 22-20, 21-16
2. Hendri Kurniawan/Chayut Tryachat v Alvent Yulianto/Tri Kusharjanto 13-21, 15-21
3. Taufik Hidayat v Fauzi Adnan 21-16, 23-21
4. Hendra Gunawan/Flandy Limpele v Rian Agung Saputra/Tri Kusuma Wardhana 16-21, 21-17, 18-21
5. Tommy Sugiarto v Alrie Gunadharma 21-3, 21-12 


Putri: Suryanaga, Jaya Raya, Mutiara, Djarum, Tangkas, SGS

Hasil Final
Suryanaga v Jaya Raya 3-0
1.Yao Jie v Baletrix Manuputty 19-21, 21-16, 21-11
2. Lindaweni Fanetri v Renna Suwarno 21-14, 21-10
3. Aprillia Yuswandari v Rizki Amelia Pradipta 21-6, 21-11

Tahun Baru, Semangat Baru

KEMBALI: Tommy Sugiarto

 TIDAK banyak yang berubah dalam skuad Cipayung. Nama-nama pebulu tangkis yang selalu membela Indonesia di berbagai event internasional masih tetap bertahan.
 Di tunggal putra, nama Simon Santoso dan Sony Dwi Kuncoro masih tetap bertahan. Memang, di bagian pelapis ada nama Dionysius Hayom Rumbaka,
Wisnu Yuli Prasetyo, dan Shesar Hiren Rhustavito.
 Begitu juga di tunggal putri. Adriyanti Firdasari dan Lindaweni Fanetri masih ada. Begitu juga di nomor-nomor lainnya, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran.
 Kalau pun ada perbedaan sedikit mungkin adalah kembalinya dua muka lama, Tommy Sugiarto dan Pia Zebadiah. Dulu,  keduanya juga sempat menjadi penghuni kawah candradimuka bulu tangkis Indonesia tersebut.
Tommy dan Pia sempat memilih keluar dan mandiri. Berada di luar Cipayung malah membuat kedua pebulu tangkis yang sempat dikabarkan menjalin asmara tersebut semakin moncer.
 Tommy pun menjadi juara di beberapa turnamen challenge dan menjadi penentu Indonesia lolos ke putaran final Piala Thomas. Sedang Pia yang turun di nomor ganda campuran dan ganda putri tak kalah moncernya.
 Bersama pasangan barunya, Rizky Amelia Pradipta, keduanya menjadi kuda hitam di berbagai turnamen. Di ganda campuran, dia digandeng kakak kandungnya Markis Kido, yang juga memilih keluar dari Cipayung.
 Tentu, dengan kembali ke pelatnas, Tommy dan Pia diharapkan tetap mampu menjaga prestasinya. Apalagi, sekarang, ada nuansa baru di sana.
Pada jajaran pelatihnya ada angin segar dan masuknya Rexy Mainaky sebagai ketua bidang pembinaan dan prestasi. Peraih emas ganda putra di Olimpiade Atlanta 1996 bersama Ricky Soebagja tersebut melakukan rotasi di susunan pelatih.
 Bukan KKN, tapi hadirnya tiga saudaranya Rexy bakal membuat Cipayung bakal bergairah. Marleve Mainaky bakal menjadi asisten di tunggal putra, Reony Mainaky di ganda putri, serta Richard Mainaky di ganda campuran. Ketiganya pun sudah membuktikan kualitasnya sebagai pelatih. Reony membuat Jepang menjadi kekuatan baru di bulu tangkis dunia. Begitu juga Richard yang sudah kenyang pengalaman dalam membentuk pasangan ganda campuran.  Sekarang, kini kita tinggal menunggu torehan prestasi di 2013. (*)




Para Penghuni Cipayung 2013

Pelatih:
Tunggal Putra
Pelatih kepala : Joko Supriyanto
Asisten Pelatih : Marleve Mainaky, Imam Tohari

Tunggal Putri
Pelatih kepala: Liang Chiusia
Asisten Pelatih : Sarwendah Kusumawardhani, Dimas Indra Prasetyo

Ganda Putra
Pelatih kepala : Herry Iman Pierngadi
Asisten Pelatih : Aryono Miranat, Chafidz Yusuf

Ganda Putri
Pelatih kepala : Reony Mainaky
Asisten Pelatih : Namrih Suroto, Endra Mulyajaya

Ganda Campuran
Pelatih kepala : Richard Mainaky
Pelatih : Nova Widianto, Yanti Kusmiati
 

Atlet
Tunggal Putra
Utama:
Simon Santoso (Tangkas Specs, DKI Jakarta)
Sony Dwi Kuncoro (Jaya Raya Suryanaga, Jawa Timur)
Dionysius Hayom Rumbaka (Djarum, Jawa Tengah)
Wisnu Yuli Prasetyo (Surya Baja Surabaya, Jawa Timur)
Shesar Hiren Rhustavito (Djarum, Jawa Tengah)

Masuk:
Tommy Sugiarto (Pelita Bakrie Jakarta, DKI Jakarta)

Pratama
Riyanto Subagja (Djarum, Jawa Tengah)
Arief Gifar Ramadhan (Djarum, Jawa Tengah)
Panji Akbar Sudrajat (Pelita Bakrie Jakarta, DKI Jakarta)
Masuk:
Thomi Azizan Mahbub (Djarum, Jawa Tengah)
Ihsan Maulana Mustofa (Djarum, Jawa Tengah)
Jonathan Christie (Tangkas Specs, DKI Jakarta)
Muhammad Bayu Pangisthu* (Djarum, Jawa Tengah)
Anthony Sinisuka Ginting (SGS PLN Bandung, Jawa Barat)

Keluar:
Evert Sukamta (Tangkas Specs, DKI Jakarta)
Andre Marteen (Mutiara Bandung, Jawa Barat)
Siswanto (Jaya Raya Suryanaga, Jawa Timur)

Tunggal Putri
Utama
Lindaweni Fanetri (Jaya Raya Suryanaga, Jawa Timur)
Aprilia Yuswandari (Semen Gresik, Jawa Timur)
Adriyanti Firdasari (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
Bellaetrix Manuputty (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
Hera Desi Ana Rachmawati (Mutiara Bandung, Jawa Barat)
Maria Febe Kusumastuti (Djarum, Jawa Tengah)

Pratama
Maziyyah Nadhir (SGS PLN Bandung, Jawa Barat)
Yeni Asmarani (Djarum, Jawa Tengah)
Renna Suwarno (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)

Masuk:
Hanna Ramadini  (Mutiara Bandung, Jawa Barat)
Ruselli Hartawan (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)

Keluar:
Elisabeth Purwaningtyas (SGS PLN Bandung, Jawa Barat)
Milicent Wiranto (Sutomo Medan, Sumatera Utara)

Ganda Putra

Utama
Angga Pratama (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
Rian Agung Saputro (Jaya Raya Suryanaga, Jawa Timur)
Hendra Setiawan (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
Mohammad Ahsan (Djarum, Jawa Tengah)
Bona Septano (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
Afiat Yuris Wirawan (Djarum, Jawa Tengah)
Marcus Fernaldi Gideon (Tangkas Specs, DKI Jakarta)
Agrippina Prima Rahmanto Putera (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
Ricky Karanda Suwardi (Mutiara Bandung, Jawa Barat)
Muhammad Ulinnuha (Djarum, Jawa Tengah)
Yohannes Rendy Sugiarto (Djarum, Jawa Tengah)
Berry Angriawan (Djarum, Jawa Tengah)


Pratama
Wahyu Nayaka Arya Pangkaryanira
Ade Yusuf Santoso (Hi Qua Wima Surabaya, Jawa Timur)
Hardianto (Mutiara Bandung, Jawa Barat)
Ronald Alexander (Jaya Raya Suryanaga, Jawa Timur)
Selvanus Geh(Hi Qua Wima Surabaya, Jawa Timur)

Masuk:
Putra Eka Rhoma (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
Hafiz Faisal (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
Kevin Sanjaya Sukamuljo (Djarum, Jawa Tengah)
Rafiddias Akhdan Nugroho (Djarum, Jawa Tengah)
Arya Maulana Aldiartama (Djarum, Jawa Tengah)

Keluar:
Andrei Adistia (Djarum, Jawa Tengah)
Christopher Rusdianto (Jaya Raya Suryanaga, Jawa Timur)
Rahmad Adianto (Djarum, Jawa Tengah)
Felix Kinalsal (Djarum, Jawa Tengah)

Ganda Putri

Utama
Greysia Polii (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
Meiliana Jauhari (Djarum, Jawa Tengah)
Pia Zebadiah Bernadet (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
Rizki Amelia Pradipta (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
Anneke Feinya Agustine (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
Nitya Krishinda Maheswari (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
Suci Rizki Andini (Mutiara Bandung, Jawa Barat)
Della Destiara Haris (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
Tiara Rosalia Nuraidah (Mutiara Bandung, Jawa Barat)
Gebby Ristiyani Imawan (Ragunan Jakarta, DKI Jakarta)
Jenna Gozali (Djarum, Jawa Tengah)
Komala Dewi (Djarum, Jawa Tengah)

Pratama
Anggia Shitta Awanda (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
Shela Devi Aulia (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
Ririn Amelia (Djarum, Jawa Tengah)
Melvira Oklamona (Mutiara Bandung, Jawa Barat)

Masuk:
Melati Daeva Oktavianti (Djarum, Jawa Tengah)
Rosyita Eka Putri Sari (Djarum, Jawa Tengah)
Imma Mutiah Khairunnisa (Mutiara Bandung, Jawa Barat)
Maretha Dea Giovani (Mutiara Bandung, Jawa Barat)

Keluar:
Deariska Putri Medita (Djarum, Jawa Tengah)
Khaeriah Rosmini (Djarum, Jawa Tengah)

Ganda Campuran

Utama
Tontowi Ahmad (Djarum, Jawa Tengah)
Liliyana Natsir (Tangkas Specs, DKI Jakarta)
Muhammad Rijal (Djarum, Jawa Tengah)
Debby Susanto (Djarum, Jawa Tengah)
Riky Widianto (Hi Qua Wima Surabaya, Jawa Timur)
Richi Puspita Dili (Pusdiklat Pikiran Rakyat Tasikmalaya, Jawa Barat)
Fran Kurniawan (Djarum, Jawa Tengah)
Shendy Puspa Irawati (Djarum, Jawa Tengah)
Irfan Fadhilah (CBN Batam, Kepulauan Riau)
Weni Anggraini (CBN Batam, Kepulauan Riau)

Pratama
Alfian Eko Prasetya (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
Gloria Emanuelle Widjaja (Djarum, Jawa Tengah)
Lukhi Apri Nugroho (Djarum, Jawa Tengah)
Annisa Saufika (Djarum, Jawa Tengah)
Sri Wulan Sari (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)

Masuk:
Edi Subaktiar (Djarum, Jawa Tengah)

Keluar:
Mochamad Rizki Delynugraha (Jaya Raya Jakarta, DKI Jakarta)
 
Sumber: PB PBSI

Potensi Pulang tanpa Kalungan Medali


Taufik Hidayat saat tampil di Axiata Cup 2012 (foto: badzine.net)

KEMAMPUAN para pebulu tangkis Indonesia kembali diuji di 2013. Taufik Hidayat dkk bakal berlaga dalam Korea Super Series Premier yang dilaksanakan di Seoul pada 8-13 Januari.
 Dalam event ini, Indonesia menampilkan semua pebulu tangkis terbaiknya. Hanya, untuk menjadi juara bukan pekerjaan mudah. Para  jagoan tepok bulu terbaik dunia semua bakal hadir.
 Sekarang, bukan hanya Tiongkok yang siap menjegal langkah para duta merah putih. Malaysia, Korea Selatan, dan Denmark punya potensi meredam ambisi Indonesia meraih titel. Bahkan, Thailand pun juga sudah masuk radar sebagai lawan yang menakutkan.
 Sebagai turnamen bergengsi pembuka tahun, Korea Super Series Premier menyajikan persaingan panas. Tahun lalu, Indonesia dipaksa pulang dengan tangan kosong.
 Bahkan, tak menutup kemungkinan, kejadian serupa akan kembali terjadi pada tahun ini. Di tunggal putra, sosok pebulu tangkis Malaysia Lee Chong Wei masih susah ditundukkan.
 Andalan Indonesia, Taufik Hidayat, sudah tak bisa diharapkan lagi. Gerusan usia membuat dia tak bisa lagi bersaing dengan Chong Wei ataupun juga Lin Dan. Kadang, Taufik pun angin-anginan. Melawan pebulu tangkis papan bawah saja, pebulu tangkis peraih emas Olimpiade Athena 2004 itu tersungkur.
 Simon Santoso? Dari awal, pebulu tangkis asal Tegal, Jawa Tengah, memang hanya spesialis pembuat kejutan. Memang, tahun lalu, dia naik ke podium juara Indonesia Super Series Premier. Tapi perlu diingat, itu dilakukan di kandang saat Chong Wei dan Lin Dan absen. Untuk turnamen lain di mancanegara, lolos ke semifinal sudah merupakan capaian tertinggi.
 Untuk Sony Dwi Kuncoro, memang dia sudah bisa kembali ke posisi 20 besar dunia. Hanya, sama halnya dengan Taufik, masa kejayaannya pun sudah lewat dan tak bisa diharapkan lebih tinggi lagi.
 Di Korea nanti, asa tertinggi diberikan kepada nomor ganda campuran. Indonesia masih memiliki Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Meski gagal memberikan emas di Olimpiade London 2012, tapi keduanya masih berada di level tertinggi. Kekompakan keduanya menjadi senjata utama menjadi juara di Korea.
 Kini, kita tinggal berharap, semoga saja pulang tanpa gelar tak terjadi tahun ini. Semoga. (*)

Wakil Indonesia di Korea Super Series 2013
Tunggal Putra: Tommy Sugiarto, Taufik Hidayat, Sony Dwi Kuncoro
Tunggal Putri: Lindaweni Fanetri, Adriyanti Firdasari
Ganda Putra: Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, Yonathan Suryatama/Hendra Aprida Gunawan, Alvent Yulianto/Markis Kido
Ganda Putri: Aprilsasi Putri/Vita Marissa, Suci Riski Andini/Bella Destiara Haris, Meliana Jauhari/Greysia Polii, Pia Zebadiah/Rizki Amelia Pradipta
Ganda Campuran: Markis Kido/Pia Zebadiah, Muhammad Rijal/Debby Susanto, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir 

Juara Korea Super Series 2012
Tunggal Putra: Lee Chong Wei (Malaysia)
Tunggal Putri: Wang Shixian (Tiongkok)
Ganda Putra: Cai Yun/Fu Haifeng (Tiongkok)
Ganda Putri: Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok)
Ganda Campuran: Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok)
* sumber= tournamentsoftware.com 

Chong Wei Bakal Bertahan Lama


LEE Chong Wei membuka 2013 dengan manis. Pebulu tangkis Malaysia tersebut duduk di posisi teratas peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) dengan koleksi poin 92848.7300.
 Bahkan, dia bisa lebih lama berada di singsananya. Itu disebabkan saingan terdekatnya, Chen Long, dari Tiongkok ‘’hanya’’ mengoleksi 83720.3161.
SAINGAN: Lee Chong Wei (kiri) dan Lin Dan (foto: topwalls.net)
 Harus diakui bahwa Chong Wei masih berjaya di berbagai turnamen sepanjang 2012. Apalagi, musuh abadinya, Lin Dan, yang juga berasal dari Negeri Panda, julukan Tiongkok, sering absen karena cedera.(*)

Peringkat BWF per 3 Januari 2013

Tunggal Putra (5 Besar)
1.Lee Chong Wei (Malaysia) 92848.7300 poin
2. Chen Long (Tiongkok) 83720.3161
3. Chen Jin (Tiongkok) 63172.9100
4. Lin Dan (Tiongkok) 62673.4114
5. Du Pengyu (Tiongkok) 61766.3100

Tunggal Putri (5 Besar):
1.Li Xuerui (Tiongkok) 94626.7153
2. Wang Yihan (Tiongkok) 85082.7491
3. Saina Nehwal (India) 80461.7444
4. Juliane Schenk (Jerman) 72428.9829
5. Wang Shixian (Tiongkok) 70402.1240

Ganda Putra (5 Besar)
1.Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark) 79093.6999
2. Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (Malaysia) 74108.2879
3. Cai Yun/Fu Haifeng (Tiongkok) 68142.2445
4. Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang) 66963.0683
5. Kim Ki-jung/Kim Sa-rang (Korsel) 64075.1988

Ganda Putri (5 Besar)
1.Tian Qing/Zhou Yunlei (Tiongkok) 84357.1916
2. Bao Yixin/Zhong Qianxin (Tiongkok) 72311.6667
3. Wang Xiaoli/Yu Yang (Tiongkok) 68685.8944
4. Kamilla Rytter Juhl/Christinna Pedersen (Denmark) 67336.3355
5. Shizuka Matsuo/Mami Naito (Jepang) 66033.9000

Ganda Campuran (5 Besar)
1.Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok) 92600.0000
2. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia) 82420.0000
3. Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) 72580.0000
4. Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok) 70860.0000
5.Joachim Fischer Nielsen/Christina Pedersen (Denmark) 65540.0000
*Sumber badminton.org