WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Yong-Dae Pernah Tiga Kalah Juga

Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (foto: badmintonphoto)

TIGA kekalahan pernah dirasakan Lee Yong-Dae oleh pasangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.  Itu dialaminya di Malaysia Super Series 2013, Indonesia Super Series Premier 2013, dan Singapura Super Series 2013.
Saat itu, dia berpasangan dengan Ko Sung-hyun.Namun, hasil tersebut sudah cukup membuat Yong-dae/Sung-hyun berada di posisi teratas nomor ganda putra BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) yang cukup lama. Sebelum akhirnya tergusur oleh Hendra/Ahsan pada 21 November 2013.
 Tapi, itu tak membuat Yong-dae puas. Dia pun mencari pasangan baru, Yoo Yeon-seong.
 Dalam penampilan perdana, mereka langsung membuat kejutan. Gelar juara berhasil di raih dalam Denmark Super Series Premier 2013.
  Menempati unggulan kedelapan, Yong-dae/Yeon-seong mengalahkan Hendra/Ahsan dengan dua game langsung 21-19, 21-16 (20/10). Ini diulangi lagi oleh pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut di Tiongkok Master Super Series 2013.
 Melalui dari babak kualifikasi, di babak pertama, Yong-dae/Yeon-seong menundukkan Hendra/Ahsan di babak pertama dengan 21-18, 21-11.
 Hat-trick (tiga kekalahan beruntun) ditelan Hendra/Ahsan di babak semifinal Hongkong Super Series 2013. Yong-dae/Yeon-seong menang dua game 22-20, 22-20 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Kowloon, Hongkong, pada Sabtu waktu setempat (23/11).
 Ini membuat Yong-dae/Yeon-seong menantang compatriot (rekan satu negara) yang menempati unggulan keempat Kim Ki-jung/Kim Sa-rang yang di semifinal menang 21-13, 21-14 atas ganda Inggris Chris Adcock/Andrew Ellis. (*)

Hadapi Chong Wei dengan Semangat Bonek

Sony mendapat ucapan dari Tommy (foto: twitter)

LEE Chong Wei bukan lawan yang menakutkan bagi Sony Dwi Kuncoro. Meski, selama 13 kali pertemuan, arek Suroboyo tersebut hanya menang lima kali.
 Sony pun telah bertekad memperkecil gap skor kekalahan. Kesempatan itu bakal dimanfaatkan oleh peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 tersebut saat keduanya bertemu dalam final Hongkong Super Series 2013.
 ‘’Saya bonek (bondo nekat) melawan Chong Wei. Semangat arek Suroboyo yang tak takut sama siapa pun,’’ jelas Sony melalui pesan singkat kepada smashyes.
 Ya, selain rekor pertemuan, peringkat Chong Wei jauh lebih bagus. Ayah dari Kingstone tersebut ada di puncak peringkat tunggal putra dunia.
 Kali terakhir, keduanya bertemu dalam final Malaysia Super Series 2013. Saat it (20/1), Chong Wei menang mudah 21-7, 21-8.
 Sementara, Sony menang atas Chong Wei kali terakhir di Singapura Super Series 2010. Ketika itu (26/6), pebulu yang dibesarkan Wima, Surabaya, tersebut unggul rubber game 7-21, 21-19, 21-15.
 Sony lolos ke final setelah mengalahkan rekannya sendiri di Pelatnas Cipayung, Tommy Sugiarto, 21-14,8-3 (ret). Tommy tak melanjutkan pertandingan di game kedua karena cedera.
 Sementara, Chong Wei lolos ke babak pemungkas setelah menghentikan perlawanan wakil Thailand Boonsak Bonsana 21-12, 21-7. (*)

AGENDA FINAL HONGKONG SUPER SERIES 2013
Tunggal Putra: Lee Chong Wei (Malaysia x1) v Sony Dwi Kuncoro

Tunggal Putri: Wang Yihan (Tiongkok x3) v Wang Shixian (Tiongkok x4)

Ganda Putra: Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel) v Kim Ki-jung/Kim Sa-rang (Korsel x4)

Ganda Putri: Bao Yixin/Tang Jinhua (Tiongkok x5) v Ou Dongni/Tang Yuanting (Tiongkok)

Ganda Campuran: Chris Adcock/Gabriella White (Inggris) v Liu Cheng/Bao Yixin (Tiongkok)

Karena Dulu Pernah Satu Klub di Unisys

Alvent/Shintaro Ikeda (foto: badmintonindonesia)

ALVENT Yulianto sudah punya pasangan baru, Shintaro Ikeda. Mereka pun sudah tampil dalam Hongkong Super Series Premier 2013.
 Sayang, langkah Alvent/Shintaro hanya sampai babak kedua. Namun, untuk pasangan baru hasil tersebut sudah lumayan bagus. Apalagi,pasangan beda negara tersebut memulai langkahnya dari babak kualifikasi.  Salah satu kuncinya, mereka sudah tak canggung lagi di lapangan.
 ‘’Saya sudah kenal Shintaro sudah lama. Kami pernah satu klub di Unisys Jepang mulai 2009-2011,’’ kata Alvent melalui pesan singkat kepada smashyes,
 Berpasangan dengan pebulu tangkis asing sebenarnya bukan pilihan Alvent. Mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut ingin bisa bergandengan dengan orang Indonesia.
 ‘’Tapi, saya menemukannya. Hingga akhirnya, saya mendapatkan Shintaro sebagai pasangan,’’ ucap lelaki asal Banyuwangi, Jawa Timur tersebut.
 Kebetulan, selepas Olimpiade London 2012, Shintaro tak mempunyai pasangan lagi. Komunikasi pun langsung terjalin di antara dua sahabat tersebut.
 Hanya, Alvent belum memastikan hingga kapan mereka berpasangan. Salah satu alasannya, Shintaro belum mempunyai sponsor.
 ‘’Inginnya sih terus sama Ikeda. Semoga saja,dia segera dapat sponsor,’’ lanjut Alvent.
 Alvent tampaknya masih trauma bergonta-ganti pasangan. Setelah lama dengan Luluk Hadiyanto dan sempat menjadi pasangan nomor satu dunia, pebulu tangkis asal Suryanaga, Surabaya, tersebut beberapa  kali berganti pasangan.
 Kali terakhir, dia berpasangan dengan Markis Kido. Pasangan ini pun tak bisa bertahan lama sebelum akhirnya berpisah pada Agustus lalu setelah Kejuaraan Dunia 2013 di Guangzhou, Tiongkok.
 Dengan Shintaro, Alvent ingin mencapai prestasi setinggi mungkin. Meski untuk itu, butuh perjuangan ekstrakeras.
 ‘’Latihan kami terpisah di Indonesia dan Jepang. Kami hanya bisa bersama kalau pas ada turnamen,’’ lanjut Alvent.
 ‘’Terdekat, habis dari Hongkong, kami akan tampil di Makau Grand Prix Gold. Setelah itu, kami berharap bisa tampil di Korea Selatan dan Malaysia di ajang super series,’’ tandas Alvent. (*)

Andre Kurniawan Bisa Tembus Semifinal

Andre Kurniawan Tedjono (foto:badzine)

ANDRE Kurniawan Tedjono masih layak diperhitungkan. Minimal, di turnamen di bawah kelas super series. Buktinya, mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut mampu menembus babak semifinal Skotlandia Grand Prix 2013.
 Tiket tersebut dipegangnya setelah mengalahkan Thomas Rouxel dari Prancis dengan dua game langsung 21-6, 21-17 dalam pertandingan perempat final yang dilaksanakan di Glasgow pada Jumat malam waktu setempat (22/11) atau Sabtu dini hari (23/11). Pada babak semifinal, Andre, yang diunggulkan di posisi kedelapan, akan menjajal ketangguhan unggulan kedua asal Swedia Henri Hurskainen yang di babak sebelumnya mengalahkan Dmytro Zavadsky (Ukraina) 23-25, 21-13, 21-19.
 Andre pernah mengalahkan Hurskainen dua tahun lalu di Belgia Internasional dengan rubber game 12-21, 21-8, 21-19. Hanya, saat ini, kondisinya berubah.
 Dari peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terakhir (per 21/11/2013), Hurskainen mempunyai peringkat lebih baik. Di ada di posisi ke-42 sementara Andre di peringkat 78.
 Eropa bagi Andre sudah bukan tempat yang asing. Setelah tak lagi berada di Pelatnas Cipayung pada 2005 setelah dua tahun di sana, pebulu tangkis asal Djarum tersebut banyak menghabiskan waktunya di Eropa.
 Di Benua Putih, juluka Eropa, tahun lalu dia mengoleksi dua gelar dari Belanda Internasional dan Belgia Internasional. Tahun ini, dia baru mengoleksi trofi di Belgia Internasional. Dalam final, dia mengalahkan unggulan teratas asal Belanda Eric Pang dengan dua game langsung 21-17, 21-11 (14/9).
 Sementara, menembus semifinal turnamen level Grand Prix tak pernah bisa lagi dilakukan oleh Andre. Bahkan, sejak 2011, dia hanya mentok hingga babak perempat final. (*)

Satu Tiket Final Sudah di Tangan

YES: Tommy Sugiarto (foto: europebadminton)

SATU tempat di babak final tunggal putra Hongkong Super Series 2013 menjadi milik Indonesia. Itu setelah dua wakil merah putih, Sony Dwi Kuncoro dan Tommy Sugiarto, bertemu dalam babak semifinal yang dilaksanakan di Hongkong Coliseum pada Sabtu waktu setempat (23/11).
 Sony menembus empat besar setelah menjungkalkan unggulan ketiga asal Jepang Kenichi Tago dengan dua game langsung 23-21, 21-18 pada Jumat (22/11). Kemenangan ini membuat ayah dua putri tersebut mampu menjaga rekor atas Tago.
 Selama tujuh kali pertemuan, Sony tak pernah kalah oleh andalan Negeri Sakura, julukan Jepang, tersebut. Meski, saat ini, secara peringkat, dia Sembilan setrip di bawah Tago yang ada di posisi keempat.
 Sementara, Tommy menghentikan langkah pebulu tangkis Tiongkok Wang Zhengming dengan rubber game 17-21, 21-9, 21-12. Hasil ini membuat Tommy membalas kekalahannya oleh lawan yang sama pekan lalu di Tiongkok Super Series Premier 2013.
 Meski sering bertemu dalam latihan di Pelatnas Cipayung, tapi Sony dan Tommy tercatat hanya sekali bertemu yakni di Taiwan Grand Prix 2011. Hasilnya, Tommy menang dengan rubber game 22-20, 22-24, 21-13.
 Dalam babak semifinal lainnya, akan bertemu unggulan teratas asal Malaysia Lee Chong Wei menghadapi Boonsak Ponsana. Sebelumnya, Chong Wei, yang menempati unggulan pertama, menundukkan juara Prancis Super Series 2013 Jan O Jorgensen (Denmark) dengan mudah 21-8, 21-17. Sedang Boonsak juga memupus asa pebulu tangkis Denmark Hans-Kristian Vittinghus 21-17, 21-16. (*)

HASIL WAKIL INDONESIA DI PEREMPAT FINAL
Ganda putra: Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (x1) v Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov (Rusia) 21-15, 14-21, 22-20, Chris Adcock/Andrew Ellis (Inggris) v Markis Kido/Markus Fernaldi 21-19, 21-15

Ganda Putri:Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl (Denmark x2) v Anggita Shitta Awanda/Delle Destiara Haris 21-14, 21-13; Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang x3) v Variella Putri/Vita Marissa 21-18, 21-10

Ganda Campuran: Liu Cheng/Bao Yixin (Tiongkok) v Markis Kido/Pia Zebadiah (x8) 21-15, 22-20; Lee Chun Hei/Chau Hoi Wah (Hongkong) v Praveen Jordan/Vita Marissa (x8) 21-12, 18-21,21-17

X=unggulan

Akhirnya Duduk di Posisi Teratas

NO 1: Hendra/Ahsan (foto: twitter)
SETAHUN sudah pasangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan resmi dipatenkan. Tapi, itu sudah cukup bagi keduanya untuk bisa menjadi pasangan nomor satu dunia.
 Dari peringkat yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 21 November 2013, Hendra/Ahsan menjadi pasangan nomor wahid ganda putra. Mereka menggusur posisi pasangan  Lee Yong-dae/Ko Sung-hyun asal Korea Selatan.
 Sebenarnya, naiknya Hendra/Ahsan ke posisi puncak memang tinggal menunggu waktu. Alasannya, pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut sejak September lalu sudah tak bersama lagi.
 Kini, Yong-dae berpasangan dengan Yoo Yeon-seong. Hasilnya pun sudah terlihat.  Mereka sudah mengoleksi dua gelar super series premier yakni Denmark dan Tiongkok. Di Denmark, mereka mengalahkan Hendra/Ahsan 21-19, 21-16. Saat masih dengan Sung-hyun, Yong-dae tak pernah menang melawan pasangan merah putih tersebut.
 Sementara di Tiongkok, Yong-dae/Yeon-seong menghentikan kejutan pasangan Malaysia Hoon Thien How/Tan Wee Kiong 21-13, 21-12. Dua gelar tersebut mendongkrak mereka ke posisi 31.
 Posisi tertinggi tersebut dibalas Hendra/Ahsan dengan sukses menembus semifinal Hongkong Super Series 2013. Tiket tersebut diraih setelah menundukkan pasangan Rusia Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov dengan rubber game 21-15, 14-21, 22-20. (*) 

Satukan Kembali Cai Yun/Fu Haifeng

SENIOR: Cai Yun/Fu Haifeng (foto; zimbio)

PERPISAHAN Cai Yun/Fu Haifeng tak bisa lama. Kedua pebulu tangkis senior spesialias ganda asal Tiongkok ini kembali disatukan dalam Hongkong Super Series Premier 2013.
 Sayang, penampilan ’perdana’  keduanya berbuah mengecewakan. Cai/Fu langsung tersingkir dalam turnamen yang dilaksanakan di Kowloon tersebut.
 Juara Olimpiade London 2012 tersebut secara mengejutkan harus mengakui ketangguhan pasangan Rusia Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov  dengan rubber game 16-21, 21-18,20-22 pada babak kedua yang dilaksanakan Kamis waktu setempat (21/11.
 Ya, setelah gagal menjadi juara dalam Kejuaraan Dunia yang dilaksanakan di Guangzhou, Tiongkok, pada Agustus lalu, Cai/Fu langsung diceraikan. Dalam event tersebut, langkah keduanya dihentikan oleh pasangan Indonesia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di babak semifinal. Hendra/Ahsan akhirnya menjadi juara dunia.  Kekalahan tersebut menjadi kekalahan ketiga beruntun kepada Hendra/Ahsan.
 Setelah Kejuaraan Dunia, Cai dipasangkan dengan Cai Biao. Dari tiga turnamen yang diikutil, hasilnya mengecewakan. Mereka tak pernah juara di Denmark Super Series Premier, Prancis Super Series, dan Tiongkok Super Series Premier. Begitu juga dengan Fu  yang ditandemkan dengan Hong Wei.
 Perceraikan Cai/Fu sempat membuat heboh. Ini disebabkan keduanya masih dianggap sebagai ganda putra terkuat di dunia.
 Satu emas olimpiade (2012), empat juara dunia (2006, 2009, 2010, 2011), serta lima kali membawa Tiongkok mengangkat trofi Piala Thomas (2004, 2006, 2008, 2010, 2012) serta Piala Sudirman (2005, 2007, 2009, 2011, 2013) sudah menjadi bukti.
 Tapi munculnya Hendra/Ahsan membuat Tiongkok kurang percaya diri. Hingga akhirnya Cai/Fu dipisahkan dan kini disatukan lagi. (*)

Sony Coba Pertahankan Rekor Menang

KALAH: Ajay Jayaram (foto:badmintonfreak)

PEKAN lalu, Sony Dwi Kuncoro mampu menembus babak ketiga Tiongkok Super Series Premier 2013. Lawan yang dikalahkannya adalah pebulu tangkis Jepang Kenichi Tago dengan dua game 21-13, 21-17 (14/11).
 Sepekan kemudian, dalam Hongkong Super Series, keduanya kembali bertemu lagi. Itu setelah Sony  dan Tago mampu mengalahkan lawan-lawannya pada babak kedua turnamen berhadiah total USD 350 ribu tersebut.
 Sony memupus asa Ajay Jayaram dengan dua game langsung 21-18, 21-12 di Kowloon pada Kamis waktu setempat (21/11). Sedangkan Tago harus kerja ekstrakeras guna menghentikan perlawanan andalan tuan rumah Hu Yun dengan tiga game 18-21,21-19, 25-23.
 Kemenangan Sony atas Ajay juga punya arti lain. Arek Suroboyo tersebut mampu membalas kekalahan yang dialaminya dalam Indonesia Super Series Premier 2013. Saat itu, Sony kalah di babak kedua dengan 20-22, 12-21.
 ‘’Saya akhirnya bisa membalas kekalahan di Jakarta,’’ terang Sony melalui pesan singkatnya kepada smashyes.
 Pertemuan dengan Tago bakal menjadi perjumpaan kali ketujuh. Hasilnya, Sony selalu memetik kemenangan.
 Hanya, Sony tetap tak boleh lengah.  Secara peringkat, Tago jauh lebih unggul. Dia ada di posisi keempat sementara Sony Sembilan setrip di bawahnya.
 Sukses Sony menembus perempat final juga diikuti oleh rekannya di Pelatnas Cipayung Tommy Sugiarto. Unggulan kelima tersebut menang dua game langsung 21-17, 21-15 atas Viktor Axelsen (Denmark).
 Rekor pertemuan keduanya imbang 1-1. Pekan lalu di Tiongkok Super Series Premier, Tommy menang 21-19, 19-21, 21-10. Namun, tahun lalu, putra salah satu juara dunia bulu tangkis yang dimiliki Indonesia Icuk Sugiarto tersebut kalah di Swiss Grand Prix dengan 18-21, 12-21. (*)

Gita Wirjawan hanya Bisa Tepuk Tangan

Gita saat Mars PBSI diperdengarkan (foto: sidiq)

DUDUK sebagai Ketua Umum PP PBSI tak membuat Gita Wirjawan paham segalanya soal induk olahraga yang dipimpinnya. Bahkan, bisa dikatakan dia kalah oleh pengurus yang lain.
  Salah satunya untuk menyanyi mars PP PBSI. Saat laga itu dilantunkan di acara pembukaan sebuah turnamen pelajar di GOR Sudirman, Surabaya, pada Selasa (19/11),  Gita hanya bisa bertepuk tangan.
 Selama lagu itu diputar, lelaki yang juga Menteri Perindustrian dan Perdagangan tersebut  hapal liriknya sedikitpun. Beda dengan Yacob Rusdianto.
 Mantan Sekjen PP PBSI Yacob Rusdianto sangat hafal dengan mars tersebut. "Ya jelas hafal karena Yacob saat masih sekjen setiap senin pagi menyanyikannya," terang ketua bidang perwasitan dan turnamen PP PBSI Eddyanto Sabarudin.
 Yacob menambahkan dirinya hafal juga dikarenakan dia tahu proses pembuatannya. Apalagi itu dilakukan di Surabaya pada 1997.
 ‘’Saya nggak mau kejadian ini dipolitisir,’’ ucap Yacob singkat. (*)

Alvent Gandeng Pebulu Tangkis Senior Jepang

GANDA: Shintaro Ikeda

ALVENT Yulianto punya pasangan baru. Menariknya, gandengannya di nomor ganda putra tersebut bukan berasal dari Indonesia.
 Mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut berpartner dengan Shintaro Ikeda. Pasangan anyar ini pun sudah tampil dalam Hongkong Super Series yang dilaksanakan pada 19-24 November 2013.
 Alvent/Shintaro merangkak dari babak kualifikasi. Di laga awal, keduanya menang bye karena lawannya, Markis Kido/Markus Fernaldi, naik ke babak utama langsung.
 Padahal, jika terjadi, ini akan menjadi laga yang emosional. Ini disebabkan Kido, sapaan karib Markis Kido, merupakan pasangan terakhir Alvent.
 Tiket ke babak utama Hongkong Super Series 2013 diperoleh setelah Alvent/Shintaro menang mudah atas pasangan tuan rumah Chung Yonny/Wong Wai Hong 21-7, 21-13 (20/11).
 Pada penampilan di babak utama turnamen berhadiah total USD 350 ribu tersebut, Alvent/Shintaro juga menundukkan pasangan beda negara Lu Ching Yao/Mak Hee Chun (Taiawan/Malaysia) dengan tiga game 21-14, 17-21, 21-18.
 Pada babak kedua, lawan berat sudah menanti. Alvent/Shintaro akan berhadapan dengan unggulan ketujuh asal Tiongkok Chai Biao/Hong Wei yang di babak pertama menang 21-12, 21-10 atas pasangan Taiwan Liang Jui Wei/Liao Kuan Hao.
 Siapa Shintaro Ikeda? Dia merupakan pebulu tangkis senior Negeri Sakura, julukan Jepang. Usianya pun sudah 33 karena dia lahir27 Desember 1980.
 Prestasi tertinggi Shintaro adalah menembus semifinal Kejuaraan Dunia 2007 di Kuala Lumpur, Malaysia, berpasangan dengan Shuichi Sakamoto.  Langkah mereka dihentikan oleh ganda Korea Selatan Jung Jae-sung/Lee Yong-dae.
 Di situs BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), penampilan terakhir Shintaro di nomor ganda campuran berpasangan dengan Reiko Sheita pada Jepang Super Series 2012. Langkahnya dihentikan pasangan Indonesia Muhammad Rijal/Liliyana Natsir.
 Sementara, Alvent, yang usianya juga sudah 33, kali terakhir bersama Kido tampil dalam Kejuaraan Dunia 2013 di Guangzhou,Tiongkok. Mereka kalah di babak kedua oleh sesama pasangan Indonesia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan 19-21, 17-21. Hendra/Ahsan akhirnya menjadi juara dunia dalam event tersebut. (*)

Punya Kesempatan Dua Kali Membalas

SMASH: Sony Dwi Kuncoro

KEKALAHAN di Denmark Super Series 2013 belum hilang dari ingatan Sony Dwi Kuncoro. Dia harus mengakui ketangguhan pebulu tangkis Thailand Tanongsak Saensomboonsuk dengan dua game langsung 16-21, 11-21 (18/10).
 Kekalahan ini membuatnya gagal menembus babak semifinal turnamen yang menyediakan hadiah USD 400 ribu tersebut. Padahal, sehari sebelumnya, Sony mampu memulangkan lebih awal unggulan asal Jepang Kenichi Tago.
 Bayang-bayang kegagalan pun kembali membayangi Sony. Dia bertemu lagi dengan Tanongsak di Hongkong Super Series. Bukan di babak perempat final tapi langsung di pertandingan pertama yang dilaksanakan di Kowloon.
 Meski harus tampil tiga game, Sony akhirnya menang 21-14, 12-21, 21-14 pada Rabu waktu setempat (20/11). Kemenangan ini juga membuat arek Suroboyo tersebut unggul 3-2 dalam rekor pertemuannya.
 Pada babak kedua, Sony juga punya kembali kesempatan membalas dendam. Dia bakal bersua dengan Ajay Jayaram.
 ‘’Ya harus bisa menang,’’ jelas Sony melalui pesan singkat kepada smashyes.
 Pebulu tangkis India pernah mempermalukan Sony dalam Indonesia Super Series Premier 2013. Menempati unggulan keempat, ayah dua putri ini dipaksa menyerah dua game langsung 20-22, 12-21 (13/6).
 Saat itu, kondisi Sony memang masih meragukan. Dia belum fit setelah mengalami cedera di All England Super Series Premier Maret.
 ‘’Dulu, saya belum fit banget,’’ lanjut dia.
 Tapi, kini, kondisinya sudah lain. Pebulu tangkis yang tercatat sebagai anggota Suryanaga tersebut mulai mendekati penampilan terbaik.
 Ajay lolos ke babak kedua setelah menundukkan unggulan ketujuh asal Vietnam Nguyen Tien Minh 21-7, 21-12.  Dari peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Sony masih unggul. Dia ada di posisi 15 sementara lawannya sebelas setrip di bawahnya. (*)

Dua Peraih Emas Tularkan Ilmu

COACHING CLINIC: Alan (kiri) dan Taufik (foto; sidiq)



GOR Sudirman, Surabaya, jadi tempat spesial pada Selasa (18/11/2013). Gedung yang berada di kawasan Kertajaya tersebut kedatangan dua peraih medali emas tunggal putra olimpiade, Alan Budikusuma dan Taufik Hidayat.
 Keduanya bukan untuk adu kemampuan dalam sebuah turnamen.  Alan dan Taufik berbagi ilmu dalam acara coaching clinic kepada 1002 peserta sebuah kejuaraan bulu tangkis untuk anak sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP).
Dalam kegiatan tersebut, Alan dan Taufik, banyak berbagi ilmu. Mereka juga tak segan mempraktekkan teknik-teknik bulu tangkis yang membuat keduanya menjadi atlet papan atas dunia.
Para peserta pun antusias mengikuti coaching clinic. Ada beberapa anak yang tak sungkan untuk bertanya.
Alan dan Taufik memang punya tempat di hati masyarakat Indonesia. Keduanya menjadi orang Indonesia yang membuat Indonesia Raya berkumandang di ajang olimpiade.
Alan melakukannya pada Olimpiade Barcelona 1992. Dalam final, suami susi susanti, yg juga medali emas dari nomor tungga putri dalam Olimpiade Barcelona, menundukkan sesama pebulu tangkis Indonesia Ardy B. Wiranata dengan dua set langsung 15-12, 18-13.
Sementara Taufik meraih emas dalam Olimpiade Athena 2004 berkat kemenangan 15-8, 15-7 atas Shon Seung-mo asal Korsel. Setelah Taufik ini belum ada lagi pebulu tangkis Indonesia yang meraih emas tunggal putra. Ironisnya lagi, dalam Olimpiade London 2012, Indonesia gagal membawa pulang sekeping medali pun. Ini sekaligus memupus tradisi emas di pesta olahraga empat tahunan tersebut.(*)

Gepeng, Asa Calon Juara Dunia yang Tak Kesampaian

Nugroho Andi Saputro

POSTURNYA sekilas mirip Bao Chunlai, tunggal putra yang pernah menjadi andalan Tiongkok. Ini disebabkan tingginya yang menjulang hingga mencapai 185 sentimeter.
 Ya, dia adalan Nugroho Andi Saputro. Namun, di kalangan bulu tangkis, dia lebih dikenal sebagai Gepeng.
 Panggilan tersebut bisa dijadikan wajahnya yang pipih mirip bintang grup lawan Srimulat, Gepeng, yang sudah almarhum. Apalagi, keduanya sama-sama  berasal dari Solo, Jawa Tengah.
 Bisa dikatakan Gepeng menjadi pebulu tangkis tunggal putra dengan postur tertinggi. Lelaki kelahiran Solo 8 Oktober 1989 tersebut pun sempat menawan petinggi PP PBSI (dulu PB PBSI).
 ‘’Empat tahun saya di Pelatnas Cipayung. Saya keluar pada 2011,’’ terang Gepeng di GOR Sudirman, Surabaya, di sebelum turun ke lapangan untuk menghadapi Alamsyah Yunus di final tunggal putra dewasa Sirkuit Nasional (Sirnas) Seri Surabaya pada Sabtu (16/11).
 Setelah tak lagi di Cipayung, Gepeng sempat merasakan kompetisi di mancanegara. Dia mengakui tampil di Swedia selama 2012.
Setelah itu, Gepeng pun kembali ke Indonesia dan klubnya pun bukan lagi Djarum seperti ketika dia masuk pelatnas. Dia kaosnya sudah ada tulisan Jaya Raya.
 ‘’Secara postur, Gepeng paling bagus di Indonesia.  Dia pun sempat digadang-gadang bakal menjadi juara dunia setelah Taufik Hidayat,’’ tambah mantan Sekjen PP PBSI Yacob Rusdianto.
 Sayang, ada hal yang membuat asa tersebut gagal tercapai. Apalagi, Gepeng pun sempat meninggalkan nomor tunggal dan beralih ke ganda.
 ‘’Eman bener. Kalau dia punya keinginan yang lebih, seharusnya Gepeng tak lagi main di aajang sirnas tapi di level yang jauh lebih tinggi,’’ tandas Yacob. (*)

Wima Kirim 15 Pebulu Tangkis ke Malaysia

Pebulu tangkis Wima yang akan ke Malaysia (foto: sidiq)
HI-Qua Wima menambah jam terbang pebulu tangkisnya. Tim binaan Ferry Stewart tersebut mengirim 15 pebulu tangkisnya dalam Kejuaraan MBA Youth International Championship di Kuala Lumpur pada 21-24 November.
"Ini merupakan kejuaraan internasional dari kelompok anak-anak hingga taruna.  Selain dari Indonesia, ada taiwan, sri lanka, iraq, dan singapura," kata Ferry Stewart kepada Jawa Pos kemarin (19/11).
Selain menambah pengalaman, tambah dia, MBA sudah menjadi sister club bagi Wima. Klub asal ibu kota Malaysia tersebut sering mengirim wakilnya jika ada kejuaraan di Surabaya.
"Jadi saling menghormati kalau ada undangan. Banyak keuntungan yang kami peroleh dengan sistem ini," terang Ferry.
Lelaki yang pernah terpilih sebagai pelatih terbaik Siwo PWI Jatim 1997 itu menargetkan anak asuhnya mampu membawa pulang dua gelar. Itu diharapkan dari kelompok anak dan pemula.
"Hanya, kekuatan Taiwan yang kami waspadai. Kami benar-benar buta kekuatan mereka," jelas Ferry.
Sebenarnya, gelar juara bisa lebih jika Wima tampil dengan kekuatan penuh. Sayang, di nomor remaja dan taruna, klub yang berdiri 1982 tersebut tak diperkuat Akbar Hidayat di tunggal dewasa putra dan Rizki Antasari di tunggal taruna putra.
Dalam Sirnas Seri Surabaya, Akbar menjadi juara sedangkan Rizki meraih runner up. "Keduanya tidak ikut karena dipersiapkan ke Kejuaran Nasional di Bali akhir November ini," ucap Ferry. (*)

Atlet wima ke MBA (Michael Badminton Academy)

Putra
1.Aditya Firmansyah (taruna)
2. Dermawan (taruna)
3. Linggo Haryanto (taruna)
4. Jo Ferian (remaja)
5. Reza Ramadhan (remaja)
6. Rizal Mei Umaryadi (pemula)
7. Maulana (anak-anak)
8. Iqbal Taufik (pemula)
9. Muhammad Agung Gumilar
10. Fatihul Huda (remaja)

Putri
1. Janatul A"la (pemula)
2. Tabita Christian  (pemula)
3. Natalisia (pemula)
4. Putri Agustin (taruna)
5. Deannisa (anak anak)

Tike pun Sudah Tak Mau Kembali ke Cipayung

Tike Arieda Ningrum (foto: sidiq)
MASUK Pelatnas Cipayung menjadi tujuan para pebulu tangkis nasional. Namun, kembali ke kawah candradimuka olahraga tepok bulu tersebut tak semuanya mau.
 Tercatat kali terakhir dan mau kembali adalah pebulu tangkis tunggal putra Tommy Sugiarto. Tapi, itu beda dengan Tike Arieda Ningrum.
 ‘’Saya gak mau balik. Mendingan seperti ini lebih enak,’’ kata Tike.
 Ya, di antara tunggal putri yang dimiliki Indonesia, nama pebulu tangkis asal klub Suryanaga, Surabaya, tersebut memang masih layak diperhitungkan. Dari 10 seri Sirkuit Nasional (Sirnas), dia mampu menjadi juara empat kali.
 Itu dilakukannya di Medan, Denpasar, Jogjakarta, dan Surabaya. Menariknya, di antara empat gelar juara yang digapainya, tiga di antaranya diraih setelah mengalahkan lawan yang sama,  Ganis Nurrahmandani.
 Hanya di Seri Surabaya atau seri pemungkas, dia bertemu lawan yang lain di laga final yakni Fitriani. Dalam pertandingan yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, pada 16 November tersebut, Tike menang 23-21, 21-16.
 Tike pernah menjadi penghuni Pelatnas Cipayung selama dua tahun, 2009-2011. Namun, di sana, kemampuannya malah seakan redup. Imbasnya, Tike pun harus angkat koper dari sana dan kembali ke klub asalnya, Suryanaga.
 Kini, di tangan pelatih anyar, Stenny Kusuma, potensi Tike kembali mencuat. Tapi, itu tetak tak membuat dia tergiur kembali ke Cipayung. (*)
 
KOLEKSI GELAR TIKE DI SIRNAS 2013
Seri Medan (9-14 September): v Ganis Nurrahmandani 12-21, 21-14, 21-18

Seri Denpasar (7-12 Oktober): v Ganis Nurrahmandani21-18, 12-21, 21-8

Seri Jogjakarta (28 Oktober – 2 November): v Ganis Nurrahmandan21-19, 7-21, 21-19

Seri Surabaya (11-16 November): v Fitriani 23-21, 21-16

Dua Gelar dengan Pasangan Anyar

Alfian Eko Prasetya (foto: badmintonindonesia)
ALFIAN Eko Prasetya borong dua gelar di Malaysia Challenge 2013. Dia naik ke podium terhormat di nomor ganda putra dan ganda campuran. Di ganda putra, Alfian berpasangan dengan Selvanus Geh sementara di ganda campuran berpartner dengan Shendy Puspa Irawati.
Dalam final yang dilaksanakan di Kuching, Sarawak, Minggu waktu setempat, pasangan Alfian/Selvenus menang dua game langsung atas ganda tuan rumah Chooi Kah Ming/Teo Ee Yi 21-15, 21-13.  Gelar di ganda campuran digapai berkat keunggulan 21-15, 21-16 atas unggulan kedua asal Taiwan Wang Chi-Lin/Wu Ti Jung.
Ini merupakan gelar perdana bagi Alfian. Sebelumnya, dia sering kali gagal dalam berbagai event yang diikuti.
Penampilan Alfian dengan dua pasangannya tersebut memang tergolong baru. Dengan Shendy, mereka sudah berlaga di dua turnamen yakni Taiwan Grand Prix Gold 2013 dan Indonesia Grand Prix Gold 2013.
Di Taiwan, Alfian/Shendy menyerah di babak ketiga oleh unggulan ketiga asal Korea Selatan Shin Baek Choel/Jang Ye Na 12-21, 17-21 (6/9). Kemudian di Indonesia Grand Prix Gold  2013 yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta, mereka kalah oleh sesama pasangan Indonesia Markus Gideon/Rizki Amelia di babak awal 21-12, 16-21, 19-21. Selama ini, di nomor ganda campuran, Shendy dikenal berpasangan dengan Fran Kurniawan. Mereka pernah masuk posisi 10 besar dunia m
Khusus dengan Selvanus, di Serawak ini merupakan penampilan perdana. Sebelumnya, dia berpasangan dengan Ronald Alexander.
Pemisahan Ronald/Selvanus ini memancing kontroversi. Alasannya, keduanya terus menunjukkan peningkatan prestasi.
Kali terakhir, Ronald/Selvanus menjadi finalis Indonesia Grand Prix Gold 2013. Sebelum melaju ke babak pemungkas, mereka mampu mempermalukan juara dunia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. (*)

Tontowi/Liliyana Perkecil Rekor Kekalahan

PODIUM JUARA: Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (foto: twitter)
TONTOWI Ahmad/Liliyana Natsir tak harus kosong gelar hingga akhir tahun. Keduanya sudah mampu kembali meraih posisi terhormat.
 Tontowi/Liliyana menggapainya di Tiongkok Super Series Premier 2013. Dalam final yang dilaksanakan di Shanghai pada Minggu waktu setempat, unggulan kedua tersebut secara mengejutkan menang tiga game atas  Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen asal Denmark.
 Mengejutkan? Ya, ini karena dalam tiga kali pertemuan terakhir, Tontowi/Liliyana selalu kalah. Bahkan, saat main di Istora Senayan, Jakarta, dalam Indonesia Super Series Premier 2013, mereka dipermalukan dua game langsung 15-21,14-21.
 Apalagi, dalam pertandingan semifonal dalam Tiongkok Super Series Premier 2013, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen tak perlu memeras keringkat. Unggulan keempat tersebut menang WO atas unggulan teratas yang juga andalan Tiongkok Zhang Nan/Zhao Yunlei.
 Sebelum tampil di Tiongkok Super Series Premier 2013, Tontowi/Liliyana gagal dalam tiga turnamen yang diikutinya yakni Indonesia Grand Prix Gold 2013, Denmark Super Series Premier, dan Prancis Super Series.
 Di Indonesia Grand Prix Gold, Tontowi/LIliyana menyerah kepada sesama pasangan Indonesia Praveen Jordan/Vita Marissa 20-22, 21-9, 14-21 dalam pertandingan final yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta (29/9). Kemudian di Denmark, mereka tumbang oleh pasangan nomor satu dunia Zhang Nan/Zhao Yunlei 11-21, 20-22 (20/10). Sepekan kemudian di Prancis, hasil lebih buruk ditelan. Tontowi/Liliyana sudah tumbang di perempat final oleh pasangan Inggris Chris Adcock/Gabrielle White 20-22, 17-21 (25/10).
 Gelar terakhir digapai dalam Kejuaraan Dunia 2013. Di final, Tontowi/Liliyana mempermalukan jagoan tuan rumah Tiongkok Xu Chen/Ma Jin  21-13, 16-21, 22-20. (*)


HASIL FINAL TIONGKOK SUPER SERIES PREMIER 2013

Tunggal Putra: : Chen Long (Tiongkok x2) v Wang Zhengming (Tiongkok) 19-21,21-8,21-14

Tunggal Putri: Li Xuerui (Tiongkok x1) v Wang Shixian (Tiongkok x7) 16-21,21-17,21-19

Ganda Putra: Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel) v Hoon Thien How/Tan Wee Kiong (Malaysia) 21-13,21-12

Ganda Putri: Yu Yang/Wang Xiaoli (Tiongkok x1) v Bao Yixin/Zhong Qianxin (Tiongkok x8) 21-13,21-7

Ganda  Campuran : Tantowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia x2) v Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark x4) 21-10,5-21,21-17

Ket: x= unggulan

Pergi Masih Atlet, Pulang Jadi Pelatih

Stenny Kusuma (foto: sidiq)
TUJUH tahun sudah cukup bagi Stenny Kusuma. Pebu tangkis asal Suryanaga,Surabaya, tersebut kembali ke klubnya.
 Hanya, dia bukan lagi sebagai atlet. Tapi, status Stenny adalah pelatih.
"Saya sudah gak main lagi. Sejak tiga bulan lalu, saya jadi pelatih di Suryanaga," kata Stenny usai mendampimpingi anak asuhnya berlaga di final Sirkuit Nasional (Sirnas)  Seri  Surabaya di GOR Sudirman pada Sabtu (16/11).
 Meski baru tiga bulan, sentuhan lelaki berusia 28 tahun tersebut cukup manjur. Dua wakil klub asal Kota Pahlawan tersebut, Tike Arieda dan Khrisna Adi Nugraha, mampu menjadi juara.
 Tike meraih posisi terhormat di nomor bergengsi, tunggal putri dewasa. Dalam pertandingan final, dia menghentikan perlawanan ulet Fitriani dengan dua game 23-21, 21-16. Sementara, Khrisna menang 21-16, 21-11 atas wakil Hi-Qua Wijaya Rizki Antasari dalam nomor tunggal taruna putra.
 ‘’Dia sudah kami kontrak jadi pelatih Suryanaga,’’ tambah Ketua PB Suryanaga Yacob Rusdianto.
 Ya, sebelumnya, Stenny memang lama tinggal di Negeri Matador. Kehadirannya memang sempat membuat kaget.
 Sejak 2006, dia meninggalkan Indonesia dengan memilih mengembangkan karir bulu tangkisnya di Spanyol. Dia ke sana bersama sesama rekannya di Suryanaga, Hendri Winarto, yang kini hengkang ke Amerika Serikat (AS).
 ‘’Saingan di Indonesia sangat ketat. Kebetulan, ada tawaran ke Spanyol, ya saya terima,’’ jelas lelaki yang punya darah Lasem, Rembang, Jawa Tengah, tersebut. 
 Di tahun pertama, dia tinggal di Madrid. Di ibu kota Spanyol tersebut, dia menjadi lawan tanding para pebulu tangkis nasional.
 ‘’Pada tahun kedua hingga 2013 awal, saya pindah ke Sevilla dengan bergabung klub Ringconada. Di sana, status saya juga menjadi pelatih,’’ tambah Stenny.
 Lelaki yang setahun menima di Pelatnas Cipayung itu pun memberikan prestasi bagi klubnya. Juara nasional mampu dipersembahkannya selama 2007-2012.
 ‘’Tapi, keinginan balik ke Indonesia sangat besar. Saya merasa sudah cukup di Spanyol dan luar negeri,’’ ungkap Stenny. (*)

Tak Rugi Tak Berangkat ke Malaysia

Alamsyah Yunus (foto: sidiq)
ALAMSYAH Yunus lebih memberatkan Sirkut Nasional (Sirnas) Bulu Tangkis 2013. Buktinya, dia memilih absen dari turnamen Malaysia Challenge yang dilaksanakan di Kuching, Sarawak.
 Antara sirnas dan event di negeri jiran tersebut waktunya memang bersamaan 12-17 November. Padahal, biasanya, Alamsyah paling rajin mencari poin di turnamen sekelas challenge hingga grand prix. Apalagi, jika event tersebut dilaksanakan di Asia.
 ‘’Saya memilih di sirnas saja,’’ kata Alamsyah saat ditemui menjelang pertandingan final tunggal putra Sirnas Jatim yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, pada Sabtu (16/11).
   Bisa jadi, pemilihan ini dikarenakan Alamsyah ingin menambah koleksi gelarnya di ajang Sirnas. Selama Sirnas 2013, dia mengoleksi delapan gelar. 
 Koleksi terakhirnya digapai dalam final Sirnas Seri Surabaya. Dalam final yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, pada Minggu 16 November, Alamsyah menang dua game langsung 21-18, 21-18 atas Nugroho ‘’Gepeng’’ Andi Saputro.
 Sebenarnya, Alamsyah nyaris tergelincir oleh Gepeng. Mantan penghuni pelantas 2007-2011 tersebut mampu merepotkan Alamsyah dengan permainan reli.
 Skor pun saling berkejaran. Sayang, Gepeng kurang tenang dengan tempo yang diterapkannya.
 Dia berambisi menang cepat. Tapi, ini malah menjadi bumerang baginya.
 Dalam Sirnas 2013 ini, Alamsyah hanya gagal di Seri Bandung dan Medan. Di Kota Kembang, julukan Bandung, dia kalah WO karena tak hadir di lapangan. Sementara di Medan, dia dipermalukan Hermansah dalam babak perempat final. (*)  


ALAMSYAH YUNUS DAN GELAR SIRNAS
Seri Balikpapan (25-30 Maret): v Senatria Agus Setia Putra 21-17, 21-15
Seri Lampung (8-13 April) : v Bandar Sigit Pamungkas 21-9, 21-16 (Final)
Seri Jakarta (13-18 Mei) v Senatria Agus Setia Putra 20-22, 21-5,21-15 (Final)
Seri Bandung (20-25 Mei): v  WO Hardianto (Babak I)
Seri Manado (18-22 Juni): v Senatria Agus Setia Putra 21-13, 16-21, 21-11(Final)
Seri Medan (9-14 September): v Hermansah 21-10, 17-21, 15-21 (Perempat Final)
Seri Denpasar (7-12 Oktober): v Senatria Agus Setia Putra 21-17, 21-9 (Final)
Seri Semarang (21-26 Oktober):Thomi Azizan Mahbub 18-21, 21-16,21-7 (Final)
Seri Jogjakarta (28 Oktober-2 November): v Nugroho ‘’Gepeng’’ Andi Saputro 21-12, 8-21, 21-12 (Final)
Seri Surabaya (12- 16 November): v Nugroho ‘’Gepeng’’ Andi Saputro 21-18, 21-18 (Final)

Peluang Memperkecil Rekor Kalah


Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen
REKOR Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir bisa dikatakan jelek. Dari empat kali pertemuan dengan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen,mereka hanya menang sekali.
 Itupun dipetik saat kali pertama keduanya bersua dalam Kejuaraan Dunia 2011. Saat itu, Tontowi/Liliyana menang 21-12, 21-19 sekaligus memastikan merebut tiket semifinal.
 Setelah itu, kemenangan tak lagi menghampiri Tontowi/Liliyana. Bahkan, saat di semifinal Indonesia Super Series Premier 2013 yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, Tontowi/Liliyana menyerah dengan dua game langsung 15-21, 14-21.
 Kini, kedua pasangan bertemu lagi. Kali ini di babak final Tiongkok Super Series Premier. Itu setelah kedua pasangan mampu mengalahkan lawan-lawannya.
 Tontowi/LIliyana, yang diunggulkan di posisi kedua, menang mudah dua game langsung 21-9, 21-11 atas ganda Korea Selatan   Kim Ki-jung/Kim So-young dalam pertandingan semifinal yang dilaksanakan di Yuan Shen Gymnasium, Shanghai, Tiongkok, pada Sabtu waktu setempat (16/11).
 Hasil Ini mengulangi sukses tahun lalu. Saat itu,Tontowi/Liliyana menang atas lawan yang sama 21-18, 21-17 di babak kedua.
 Sementara, Nielsen/Christina tak perlu memeras keringat untuk lolos ke final.Mereka menang WO atas pasangan tuan rumah Zhang Nan/Zhao Yunlei.
 Tontowi/Liliyana selalu mengalami kesulitan jika berhadapan dengan pasangan Eropa. Buktinya, kali terakhir, keduanya tumbang oleh pasangan Inggris Chris Adcock/Gabrielle White 20-22, 17-21 di perempat final Prancis Super Series 2013 (25/10). (*)