WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Wei Feng Bertahan Terus Menekan

PENAKLUK: Chong Wei Feng

KANS Sony Dwi Kuncoro menembus semifinal Tiongkok Super Series Premier 2013 terbuka. Pada babak kedua (14/11), dia mampu memulangkan lebih awal unggulan kedua asal Jepang Kenichi Tago 21-13, 21-17.
 Nah, di babak perempat final, Sony dijajal lawan yang lebih ringan yakni Chong Wei Feng asal Malaysia. Tapi, hasilnya diluar dugaan.
 Secara mengejutkan, Sony menyerah 21-18, 14-21, 16-21 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Shanghai pada Jumat waktu setempat (16/11).
 Mengapa Sony bisa kalah? Antiklimaks kah?’’Tipe bermain Wei Feng bertahan dulu baru dia menyerang. Beda dengan Tago,’’ kata Sony melalui layanan pesan singkat kepada smashyes setelah pertandingan.
  Wei Feng, lanjut dia, semakin merepotkan karena didukung stamina yang lebih kuat dibandingkan dirinya. ‘’Saya kalah kuat. Jadi permainan saya turun duluan,’’ ungkap ayah dua anak tersebut.
 Kegagalan Sony juga membuat Indonesia dipastikan gagal meraih gelar dari nomor tunggal putra. Ini disebabkan satu wakil lainnya, Tommy Sugiarto, sudah tersingkir di babak kedua.
 Padahal, dalam turnamen berhadiah USD 350 ribu tersebut, Tommy diunggulkan di posisi kelima. Sayang, dia menyerah tiga game oleh Wang Zhengming 15-21,21-14, 18-21.
 Selain itu, hasil tersebut juga membuat Sony setahun kering gelar. Kali terakhir, dia menjadi juara di Indonesia Grand Prix Gold 2012.
 Sayang, tahun ini, dia gagal mempertahankannya. Alasannya, cedera membekapnya di babak semifinal sebelum menghadapi rekannya sendiri di Pelatnas Cipayung Dionysius Hayom Rumbaka. (*)

Gagal tapi Bisa Dongkrak Peringkat


GELAR juara Korea Grand Prix Gold 2013 memang tak jatuh ke tangan Simon Santoso. Tapi, dari turnamen yang dilaksanakan di Jeonju pada 5-10 November tersebut, pebulu tangkis asal Tegal, Jawa Tengah, tersebut terdongkrak peringkatnya.
 Dari peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terakhir per 14 November 2013, Simon ada di posisi 76. Ini berarti mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut naik 23 tingkat setelah pekan lalu ada di posisi 99 dunia.
 Di Korea Grand Prix Gold 2013, langkah Simon terhenti di babak perempat final. Dia harus mengakui ketangguhan pebulu tangkis veteran tuan rumah Lee Hyun-il dua game langsung 15-21, 14-21 (8/11). Sehari sebelumnya, Simon membuat kejutan dengan menundukkan unggulan kedua Lee Dong-keun straight game 21-19, 21-13 (7/11).
 Selama ini, Hyun-il memang musuh berat bagi Simon. Buktinya, Simon hanya menang sekali dari enam kali pertemuan.Itu dibukukannya pada Prancis Terbuka 2007.
 Namun, dari Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, Simon berhak membawa pulang 3.850 poin. Donasi angka itu pula yang membuat Simon terdongkrak peringkatnya.
 Sebulan lalu, Simon sempat terlempar ke luar 100 besar. Dia ada di posisi 101 selama dua pekan.
 Ya, absen selama hampir satu tahun memang membuat peringkat Simon drop. Padahal, dia pernah duduk di posisi ketiga setelah menjuarai Indonesia Super Series Premier 2012.
 Namun, cedera dan sikap indisiplinernya membuat dia jarang berlaga. Apalagi, PP PBSI memberikan peringatan kepadanya. Salah satunya hanya memberikan kesempatan Simon tampil di level grand prix bukan super series seperti tiga rekannya yang lain, Tommy Sugiarto, Sony Dwi Kuncoro, dan Dionysius Hayom Rumbaka. (*)

Christopher/Trikusuma Jajal Liga Denmark

Christopher/Trikusuma 

JADWAL pertandingan pasangan Christopher Rusdianto/Trikusuma Wardhana tengah kosong. Namun, itu tak membuat kedua pasangan asal Suryanaga, Surabaya, tersebut balik ke Indonesia.
 ‘’Kami masih berada di Rep Ceko. Kebetulan, ada teman yang mengajak kami bertahan di sini,’’ kata Christopher melalui layanan pesan singkat kepada smashyes.
 Itu dilakukannya untuk menunggu jadwal kompetisi di Denmark. Ya, pada Desember ini,Christopher/Trikusuma akan membela sebuah klub negeri di Skandinavia tersebut di liga domestik.
  ‘’Kami bukan main di Divisi Utama tapi liga bawahnya. Tapi, kami tak mempersoalkannya,’’ terang Christopher.
 Putra mantan Sekjen PP PBSI Yacob Rusdianto tersebut menambahkan, dia dan Trikusuma bisa bermain di Liga Denmark karena ajakan rekan. Namun, Christopher tak menyebutkan siapa rekannya tersebut.
 ‘’Tawaran itu datang setelah kami lolos ke final Polandia Internasional,’’ ungkap dia.
 Ya, sejak September, Christopher/Trikusuma melanglang buana di Eropa. Nah, salah satu capaiannya adalah menjadi runner-up Polandia Internasional 2013.
 Dalam final yang dilaksanakan pada 22 September tersebut, mereka harus mengakui ketangguhan pasangan Taiwan Chen Chung Jen/Wang Chi-Lin 24-22, 12-21, 14-21. Pasangan Taiwan itu pula yang mengalahkan Christopher/Trikusuma pada babak ketiga Ceko Internasional. Saat itu, mereka kalah 11-21, 21-23 (28/9).
 Di Eropa pula, Christopher/Trikusuma menjajal event  yang lebih tinggi yakni Belanda Grand Prix Gold, Bitburger Grand Prix Gold, dan Prancis Super Series 2013. Di Negeri Kincir Angin, julukan Belanda, pasangan yang baru bergabung 2013 tersebut menembus babak ketiga sebelum kalah oleh pasangan Indonesia sendiri, Berry Anggriawan/Ricky Karanda 10-21, 12-21.
 Sementara di Bitburger yang dilaksanakan di Jerman, Christopher/Trikusuma langsung tumbang di babak pertama oleh pasangan Denmark Anders Skaarup Rasmussen/Kim Astrup Sorensen 16-21,8-21. Hasil kurang memuaskan juga dialami di Prancis Super Series.
 Dalam turnamen yang menyediakan hadiah USD 200 ribu tersebut, Christopher/Trikusuma tersingkir di babak kualifikasi. Lagi-lagi, pasangan Indonesia yang mengalahkan mereka.
 Christopher/Trikusuma menyerah 13-21, 15-21 oleh Markis Kido/Markus Fernaldi, yang akhirnya menjadi juara Prancis Super Series 2013.
 ‘’Karena main di Liga Denmark, terpaksa beberapa turnamen yang sudah kami agendakan batal diikuti. Salah satunya Vietnam Grand Prix Gold pada 2-8 Desember,’’ ucap Christopher.
 Selama sebulan ini, Christopher/Trikusuma stabil di posisi 50 besar. Dalam peringkat terakhir BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terakhir per 14 November, keduanya naik satu setrip ke posisi 45. (*)

Tago Tak Berdaya di Hadapan Sony

Kenichi Tago (foto: zimbio.com)

KENICHI Tago baru saja membuat kejutan. Pebulu tangkis asal Jepang tersebut mempermalukan peringkat satu dunia Lee Chong Wei asal Malaysia di Prancis Super Series 2013 dengan 17-21, 21-16, 21-12 pada babak semifinal (26/10).
 Sayang, di final, Tago harus mengakui ketangguhan Jan O Jorgensen (Denmark) 19-21, 21-23. Tentu, lolos ke final turnamen super series membuatnya semakin percaya diri guna menatap turnamen berikutnya, Tiongkok Super Series Premier 2013.
 Tapi, kepercayaan diri itu seakan tak ada artinya kala Tago berhadapan dengan wakil Indonesia di nomor tunggal putra, Sony Dwi Kuncoro. Dia kalah dua game langsung 13-21, 17-21 pada babak kedua yang dilaksanakan di Shanghai pada Kamis waktu setempat (14/11).
Memang, Sony selalu dominan jika berhadapan dengan pebulu tangkis Negeri Samurai, julukan Jepang, tersebut. Dalam lima kali pertemuan sebelumnya, arek Suroboyo tersebut tak pernah kalah.
 Kali terakhir, Sony menundukkan Tago di Denmark Super Series 2013 (17/10) atau sepekan sebelum Prancis Super Series. Saat itu, Sony menang 21-16,21-18. Padahal, dalam turnamen tersebut, Tago menduduki unggulan keempat sementara Sony nonunggulan.
 Begitu juga di Tiongkok Super Series 2013. Pada turnamen yang menyediakan hadiah total USD 350 ribu tersebut, Tago juga menduduki unggulan tepatnya unggulan kelima.
 Wajar, ini dikarenakan Tago dalam peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) memang tengah menanjak. Beda dengan Sony. Cedera yang menderanya membuat peringkatnya yang sempat menembus empat besar berlahan turun.
 Kemenangan Sony atas Tago juga membuat dia menjadi satu-satunya wakil Indonesia di nomor tunggal putra dalam Tiongkok Super Series Premier 2013. Ini menyusul kekalahan tunggal putra terbaik Indonesia saat ini Tommy Sugiarto oleh wakil tuan rumah Wang Zhengming dengan tiga game 15-21, 21-14, 18-21.
 Pada babak perempat final, Sony akan ditantang Chong Wei Feng asal Malaysia yang di babak kedua menundukkan Tian Houwei (Tiongkok) 14-21, 21-13, 21-16. Ini menjadi pertemuan perdana bagi Sony dan Wei Feng. (*)

Pasangan Selvanus pun Mendua

JUARA DUNIA: Alfian/Gloria (foto: PBSI)

SELVANUS Geh punya pasangan baru. Dia digandengkan dengan Alfian Eko Prasetya di nomor spesialisnya,l ganda putra.
 Pasangan anyar ini pun sudah dijajal turun dalam Malaysia Internasional 2013. Bahkan, dalam turnamen yang dilaksanakan di Kuching, Sabah, tersebut Selvanus/Alfian diunggulkan di posisi ketujuh.
 Pada penampilan perdananya (13/11), mereka menundukkan pasangan Taiwan Chiang Yu-Wei/Lee Yang dengan dua game langsung 21-14, 23-21. Ini membuat Selvanus/Alfian dijajal Low Juan Shen/Tai An Khang (Malaysia) yang di babak pertama menghentikan perlawanan ganda Singapura Loh Kean Hean/Yi Liu 21-15, 21-14.
 Pasangan Selvanus/Alfian merupakan pasangan gres. Sebelumnya, Selvanus berpasangan dengan Ronald Alexander dan Alfian dengan Arya Maulana di ganda putra serta dengan Gloria Emanuelle Widjaja di ganda campuran.
 Bersama Ronald, Selvanus sempat memberi harapan dengan menjadi finalis Indonesia Grand Prix Gold 2013 di Jogjakarta. Hebatnya, salah satu lawan yang dikalahkannya adalah pasangan juara dunia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di babak perempat final.
 Kemudian, di babak semifinal, pasangan Markis Kido/Markus Fernaldi dibuatnya tak berdaya. Kido/Markus ini di turnamen terakhir mampu menjadi juara Prancis Super Series. Sayang, Ronald/Selvanus gagal menjadi juara di Indonesia Grand Prix Gold 2013 setelah kalah oleh seniornya di Pelatnas Cipayung Angga Pratama/Rian Agung Saputro.
 Sementara, Alfian sempat menanjak namanya ketika menjadi juara dunia junior 2011. Berpasangan dengan Gloria, mereka menjadi penyelamat muka Indonesia. Tapi,kini, dia pun sudah tak lagi bersama Gloria. Alfian dipasangkan dengan Shendy Puspa Irawati, yang sempat masuk 10 besar dunia ganda campuran ketika berpasangan dengan Fran Kurniawan. (*)

Terus Bertahan atau Hendra/Ahsan Ikuti Trend

JEBLOK: Hendra/Ahsan (foto: badmintonindonesia)

PASANGAN Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan tak lagi menakutkan. Untuk kali ketiga beruntun, keduanya gagal menjadi juara.
 Itu setelah Hendra/Ahsan kalah dua game langsung 18-21, 11-21 dari pasangan Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong pada babak pertama Tiongkok Super Series Premier 2013 yang dilaksanakan di Yuan Shen Gymnasium, Shanghai, Rabu waktu setempat (13/11). Di Tiongkok Super Series Premier 2013, Hendra/Ahsan menempati unggulan pertama sementara lawannya datang ke lapangan dengan status nonunggulan.
 Menariknya, pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, itu pula yang mengalahkan Hendra/Ahsan dalam final Denmark Super Series Premier 2013. Saat itu (20/10), pasangan merah putih tersebut tumbang juga dengan dua game langsung 19-21,16-21.
 Satu kegagalan lainnya dialami Hendra/Ahsan di Indonesia Grand Prix Gold 2013. Dalam event yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta, tersebut, mereka sudah menyerah di babak perempat final karena kalah oleh sesama pasangan Pelatnas Cipayung  Ronald Alexander/Selvanus Geh 21-8, 19-21, 18-21.
 Ini bisa menjadi tanda-tanda permainan Hendra/Ahsan sudah terbaca lawannya, khususnya Yong-dae/Yeon Seong. Padahal, sebelumnya, kekuatan pasangan yang kini duduk di peringkat kedua BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia),seakan tak tertandingi.
 Pada 2013 ini, sudah menjadi juara di Malaysia Super Series, Indonesia Super Series Premier, Singapura Super Series, dan Jepang Super Series. Itu masih ditambah koleksi gelar juara dunia yang digelar di Guangzhou, Tiongkok.
 Kehadiran Hendra/Ahsan pun membuat pasangan yang sudah mapan harus dipisah. Bahkan, ganda sekelas Cai Yun/Fu Haifeng pun tak lagi bersama.
 Alasannya, keduanya tak mampu menandingi ketangguhan Hendra/Ahsan. Dalam tiga kali pertemuan beruntun di Kejuaraan Dunia, Indonesia Super Series Premier, dan Singapura Super Series, semuanya dimenangkan pasangan Indonesia.
 Begitu juga dengan Yong-dae. Sebelum berpasangan dengan Yeon-seong, dia berpartner dengan Ko Sung-hyun. Mereka pun sampai sekarang duduk di posisi teratas.  Tapi, Yong-dae/Sung-hyun berpisah setelah tak pernah menang melawan Hendra/Ahsan.
Nah, melihat tren sekarang,apakah Hendra/Ahsan juga bakal dipisah? Hanya, Rexy Mainaky dkk di jajaran pelatnas yang tahu jawabnya. (*)

Hafiz Hashim Tinggal Nama Besar

Muhammad Hafiz Hashim  

PAMOR Muhammad Hafiz Hashim sudah pudar. Dia sudah bukan lagi pebulu tangkis tunggal putra yang bisa membuat gentar lawan-lawannya.
 Tak bisa dipungkiri, usia yang sudah berkepala tiga, 31, menjadi salah satu factor utama. Tak ada lagi sisa-sisa kejayaannya yang pernah membuat heboh pentas bulu tangkis dunia dengan menjadi juara tunggal putra dalam  turnamen paling bergengsi di muka bumi ini, All England, pada 2003.
 Dalam final, lelaki kelahiran 13 September 1982 tersebut mampu mengalahkan Chen Hong asal Tiongkok dengan 17-14, 15-10. Itu seakan melengkapi gelar setahun sebelumnya saat dia menyumbangkan emas bagi Malaysia di nomor tunggal putra dalam Commenwealth Games (Pesta Olahrga Persemakmuran). Dalam final , Hafiz memupus asa rekannya sendiri sesame pebulu tangkis Malaysia Lee Tsuen Seng.
 Tapi, setelah itu, tak banyak lagi turnamen yang dimenang.  Namun, saudara dari Roslin Hashim, yang juga pernah menjadi pebulu tangkis nasional Malaysia, tersebut belum mau gantung raket.
 Dengan hasil yang kurang memuaskan itu pula membuat peringkat dia pun turun. Dari daftar yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terakhir per 11 November 2013, dia terlempar ke peringkat  237.
 Ini dikarenakan dia sudah jarang tampil dan kalah di babak-babak awal turnamen ‘’kecil’’ pun sudah biasa baginya.
 Terakhir, dalam Malaysia Internasional 2013 yang dilaksanakan di Sabah pun, Hafiz sudah angkat koper di babak pertama. Dia harus mengakui ketangguhan unggulan teratas asal Singapura Derek Wong dengan rubber game 21-18, 17-21, 21-17.
 Kemenangan ini pun mengantarkan Derek Wong ke babak kedua dan kembali memetik kemenangan atas Luong Khanh asal Vietnam 21-19,17-21, 21-8. Pada perebutan tiket perempat final, dia ditantang wakil Malaysia lainnya Nor Mohd Ayub.
 Di babak ketiga ini, Indonesia masih menyisakan Ivanudin Rifan, Senatria Agus Setia Putra, Mahbub Thomi, dan Anthony Ginting. (*)

Sony Sudah Merasa Siap


BEDA Lee Chong Wei beda Sony Dwi Kuncoro. Jika Chong Wei absen dari Tiongkok Super Series Premier 2013 karena cedera, sebaliknya mantan tunggal putra terbaik tersebut tampil di Negeri Panda, julukan Tiongkok, untuk membuktikan dia sudah fit.
 ‘’Cedera saya sudah nggak masalah,’’ kata Sony melalui layanan pesan singkat.
 Ya, cedera pula yang membuat penampilan Sony naik turun. Dia sempat absen lama yang membuat peringkatnya terlempar hingga keluar dari 100 besar.
 Tapi, pada awal 2013, cederanya sembuh. Hasilnya, Sony mampu menembus semifinal Korea Super Series Premier dan final Malaysia Super Series.
 Tapi, petaka datang lagi di All England. Dalam turnamen paling bergengsi di dunia tersebut, bapak dua putri ini mengalami cedera saat menghadapi pebulu tangkis Denmark Jan O Jorgensen pada babak kedua.
 Setelah itu, Sony belum bisa kembali penampilan terbaik. Prestasi terbaiknya adalah menembus babak semifinal Indonesia Grand Prix Gold 2013.
 Lagi lagi cedera yang membuat dia gagal menembus final. Dia memilih tak turun ke lapangan saat harus menghadapi rekannya di pelatnas Dionysius Hayom Rumbaka. (*)

Chong Wei Pilih Pulihkan Cedera


LEE Chong Wei akhirnya memilih absen dari Tiongkok Super Series Premier 2013. Cedera pergelangan kaki membuat peringkat pertama tunggal putra dunia asal Malaysia tersebut batal terbang ke Negeri Panda, julukan Tiongkok.
 Ya, sebelumnya, Chong Wei memang sudah ragu untuk bisa unjuk kemampuan dalam turnamen berhadiah total USD 350 ribu yang dilaksanakan di Shanghai pada 12-17 November 2013 tersebut. Namun, dia belum berani mengambil sikap tegas karena harus berkonsultasi dengan Asosias Bulu Tangkis Malaysia (BAM).
 ‘’Saya absen dari Tiongkok Super Series Premier 2013 buat penyembuhan cedera kaki. Namun, saya akan tampil di Hongkong Super Series sambil menunggu kondisi kaki dan juga menyusun rencana dengan pelatih soal program ke depan,’’ kata Chong Wei kepada media lokal.
 Dia pun belum berani memutuskan ambil bagian dalam Final Super Series yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 10-15 Desember mendatang.  Tapi, bapak satu anak tersebut berharap bisa tampil.
 ‘’Kalau mainnya bukan di Malaysia, saya pasti absen. Saya tak mau mengecewakan fans yang memadati tempat pertandingan. Saya akan memberikan yang terbaik untuk mereka,’’ terang Chong Wei.
 Cedera pula yang membuat performa dia turun. Dalam dua turnamen terakhir, Denmark Super Series Premier 2013 dan Prancis Super Series 2013, penampilan Chong Wei tak sesuai harapan.
 Di Denmark, lelaki berusia 31 tahun tersebut kalah oleh pebulu tangkis Tiongkok Chen Long 22-24, 19-21pada babak final (20/10).Sepekan kemudian di Prancis, Chong Wei dipermalulan Kenichi Tago (Jepang)22-17, 16-21,12-21 pada babak semifinal.
 Absennya Chong Wei membuat pebulu tangkis tuan rumah Gao Huan langsung tampil pada babak pertama. Di nomor tunggal putra dalam Tiongkok Super Series Premier 2013, Indonesia diwakili Tommy Sugiarto dan Sony Dwi Kuncoro. (*)

Pemisahan Ronald/Selvanus Sarat Kepentingan

Ronald/Selvanus (foto: PBSI)
PEMISAHAN Ronald Alexander/Selvanus Geh memantik reaksi. Langkah ini dianggap sebagai langkah mundur dan ditunggangi kepentingan.
 ‘’Ronald/Selvanus kan pasangan muda yang punya potensi besar. Capaian mereka pun dalam turnamen terakhir yang diikuti juga tak mengecewakan,’’ kata Mantan Sekjen PP PBSI Yacob Rusdianto.
 Dia menganggap lolos ke final Indonesia Grand Prix Gold 2013 yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta, bukan capaian yang mudah. Apalagi, salah satu lawan yang dikalahkannya adalah pasangan juara dunia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. 
 Mereka dipermalukan Ronald/Selvanus di babak perempat final dengan rubber game 21-8, 19-21, 18-21 pada Jumat (27/9). Sehari kemudian, Ronald/Selvanus menundukkan Markis Kido/Markus Fernaldi dua game langsung 21-11, 21-15. Pasangan Kido/Markus ini setelah Indonesia Grand Prix Gold mampu menjadi juara Prancis Super Series 2013. Pada babak final, Ronald/Selvanus harus mengakui ketangguhan pasangan seniornya di Pelatnas Cipayung Angga Pratama/Rian Agung Saputro 21-17, 15-21, 16-21.
 ‘’Sehingga jalan terbaiknya kan terus diberi kesempatan, bukan masalah dipisah,’’ sesal Yacob.
 Dia pun memperkirakan ada kepentingan di balik tersebut. Dengan batasan usia di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016, Ronald/Selvanus punya peluang meraih emas. Kebetulan, keduanya membela bendera Jawa Timur.
 ‘’Ya semua kan punya dugaan kenapa mereka dipisah. Kalau Selvanus dicoret dan tak lagi di pelatnas, tentu tak akan ada manfaatnya bagi Jatim,’’ terang Yacob yang juga ketua umum Pengprov PBSI Jatim tersebut.
 Hanya, dia off the record siapa yang punya kepentingan memisahkan Ronald/Selvanus. Yang pasti, daerah tersebut bisa terancam kans meraih emas kalau Ronald/Selvanus terus bertahan hingga 2016.
 Ya, Ronald merupakan pebulu tangkis asal Manado, Sulut, tapi berasal dari Suryanaga, Surabaya. Sementara, Selvanus berasal dari Wima meski aslinya Kalimantan Timur. (*)

Sentuhan Tony Membuahkan Hasil

Christian Yahya 

GELAR perdana jatuh ke tangan Christian Yahya Christianto. Bukan di ajang Sirkuit Nasional (SIrnas) karena dia memang tak pernah lagi berlaga di ajang tersebut ataupun di Singapura, negara yang pernah disinggahi.
 Christian melakukannya di Ameika Serikat (AS) Challenge 2013. Ya, lelaki asal Bandung, Jawa Barat, ini memang sudah lama tinggal di Negeri Paman Sam, julukan AS.
Berpasangan dengan Lee Hock Lai, mereka mampu mengalahkan unggulan keempat asal Kanada Andrew D’Souza/Sergiy Shatenko dengan dua game 21-9,21-14 dalam pertandingan final yang memakan waktu 21 menit di Florida pada Minggu waktu setempat (10/11) atau Senin dini hari WIB (11/11).
 Dalam turnamen berhadiah total USD 15 ribu tersebut, Christian/Hock Lai tak diunggulkan. Wajar, karena ini merupakan penampilan perdana pasangan tersebut.
 Dari data yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Christian hanya dua kali bertanding dan dengan pasangan yang berbeda. Kali pertama, lelaki yang masih punya hubungan dengan mantan pebulu tangkis Pelatnas Cipayung Andre Marteen tersebut berpasangan dengan Hendry Ranawijaya.
 Keduanya hanya sekali tampil Miami Internasional Series 2012. Hasilnya, mereka sudah tersingkir pada babak kedua setelah dikalahkan Gareth Henry/Mitchel Wongsodikromo (Afsel/Suriname) 15-21, 17-21 (1/11/2012). Di peringkat BWF, pasangan ini masih di posisi 600 dunia.
 Kemudian, Christian berpasangan dengan Tony Gunawan. Mereka berlaga dalam AS Grand Prix Gold 2013.Hasilnya, mereka juga terhenti di babak kedua setelah dipaksa mengakui ketangguhan unggulaan kelima asal Belanda Ruud Bosch/Koen Ridder 19-21. 16-21. Dalam peringkat terakhir, Christian/Tony ada di posisi 330.
 Memang harus diakui, sentuhan Tony membuat Christian cukup moncer. Meski, turnamen yang diikutinya ‘’hanya’’ level challenge. Tony merupakan pebulu tangkis ganda yang pernah mengharumkan nama Indonesia dengan capaian prestasinya. Salah satunya menjadi juara Olimpiade Sydney 2000 saat berpasangan dengan Candra Wijaya.
 Selain itu, kemampuan Hock Lai juga ikut mendukung Christian. Buktinya, di nomor tunggal, dia juga mampu menjadi juara AS Challenge 2013. (*)


HASIL FINAL AS CHALLENGE 2013
Tunggal Putra: Lee Hock Lai (AS x5) v Tatsuya Watanabe (Jepang) 21-19, 21-16

Tunggal Putri: Zhang Beiwen (AS) v Iris Wang (AS) 21-10, 21-12

Ganda Putra: Christian Yahya Christanto/Lee Hock Kai (AS) v Andre D’Souza/Sergiy Shatenko (Kanada x4) 21-9, 21-14

Ganda Putri:Hong Jing Yu/Zhang Beiwen (AS) v Paula Pereira/Lohaynny Vicente (Brasil x2) 21-7, 21-14

Ganda Campuran: Toby Ng/Michelle Li (Kanada) v Halim Haryanto/Hong Jing Yu (AS) 21-16, 21-15

Ket:x=unggulan

Kirim Wakil di Luar 100 Besar

SIRNAS JATIM: Backdrop yang dipakai jumpa pers dan temu teknik.

PELATNAS Cipayung datang dengan kekuatan seadanya di Sirkuit Nasional (Sirnas) Jatim. Dalam event yang dilaksanakan di Surabaya pada 11-16 November 2013 tersebut, PP PBSI hanya mengirim 10 pebulu tangkis.
 ‘’Yang dikirim pun hanya kelas II. Bukan mereka yang kelas utama,’’ kata Ketua Umum Pengprov PBSI Jatim Yacob Rusdianto.
 Ya, di antara 10 nama yang bakal  berlaga di Sirnas Jatim, tak ada nama Tommy Sugiarto, Sony Dwi Kuncoro, ataupun Dionysius Hayom Rumbaka. Ketiganya dianggap sebagai trio tunggal terbaik merah putih saat ini.
 Jangankan pula Simon Santoso, Jonathan Christie pun juga tak ada. Jonathan merupakan pebulu tangkis yang masih berusia 16 tahun dan digadang-gadang bakal menjadi penerus kekuatan tunggal putra Indonesia di level dunia.
 Di tunggal putra, pelatnas hanya mengirim Panji Akbar Sudrajat dan Arief Gifar. Dalam daftar peringkat terakhir BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Panji ada di posisi 167.
 Nyaris tak ada prestasi yang pernah diukir pebulu tangkis berusia 19 tahun tersebut. Dia hanya mampu membuat kejutan di Taiwan Grand Prix Gold 2013 dan Indonesia Challenge 2013.
 Di Taiwan, Panji mampu menjungkalkan seniornya, Alamsyah Yunus, di babak kedua dengan 10-21, 21-18, 22-20. Sementara di Indonesia Challenge, dia melibas unggulan kelima Ng Ka Long 16-21, 21-19, 21-10.
 Sementara di tunggal putri, peringkat Renna Suwano kini di tangga ke-123.  Tumbang pada babak pertama sudah menjadi langganan baginya. (*)


WAKIL PELATNAS CIPAYUNG DI SIRNAS JATIM 2013
1.Imma Mutiah
2. Sri Wulansari
3. Panji Akbar Sudrajat
4. Arief Gifar Ramadhan
5. Yeni Asmarani
6. Renna Suwarno
7. Wahyu Nayaka
8. Ade Yusuf Santoso
9. Afiat Yuris Wirawan
10. Ririn Amelia

Halim pun Masih Bisa Menembus Final

Halim Haryanto

MASIH ingat Halim Haryanto? Tentu saja, jangan sampai lupa.
 Dia merupakan salah satu pebulu tangkis spesialias ganda tangguh yang pernah dimiliki Indonesia. Namun, kini, dia sudah tidak muda lagi, 37 tahun.
 Halim pun sudah jarang terdengar namanya. Itu dikarenakan dia sejak 2004  tinggal dan menetap di Amerika Serikat (AS).
Bahkan, kabarnya, dia sudah menjadi warga negara Negeri Paman Sam, julukan AS. Nama Halim pun sudah sering membela bendera AS, termasuk di Piala Sudirman 2013 di Kuala Lumpur, Malaysia, Mei lalu.
 Meski sudah termakan umur, tapi kemampuanya masih bisa diandalkan. Bahkan, dalam Amerika Challenge 2013, dia mampu menembus babak final turnamen berhadiah total USD 15 ribu tersebut.
 Berpasangan dengan Hong Jing Yu, keduanya bakal bersaing menjadi juara di nomor ganda campuran. Dalam final yang dilaksanakan di Orlando Florida, Minggu waktu setempat (10/11), Halim/Jing Yu akan menjajal ketangguhan ganda Kanada Tony Ng/Michelle Li.
 Halim/Jing Yu lolos ke final setelah menundukkan Hendri Winarto/Joycelyn Ko dengan dua game langsung 21-13, 21-17. Hendri juga pebulu tangkis berdarah Indonesia yang berasal dari Suryanaga, Surabaya. Sebelum ke AS, dia lama berkiprah di Liga Spanyol. Lawan Halim/Jing Yu, Tony/Michelle menembus babak akhir setelah menumbangkan unggulan ketiga asal Brasil Daniel Paiola/Paula Pereira dengan dua game langsung 21-16, 21-17. 
 Halim pernah mengharumkan Indonesia dengan menjadi juara All England dan dunia di tahun yang sama, 2001. Saat itu, dia berpasangan dengan Tony Gunawan. Menariknya, Tony pun juga hengkang ke AS. (*)

AGENDA FINAL AS CHALLENGE 2013

Tunggal Putra: Lee Hock Lai (AS x5) v Tatsuya Watanabe (Jepang)

Tunggal Putri: Zhang Beiwen (AS) v Iris Wang (AS)

Ganda Putra: Andre D’Souza/Sergiy Shatenko (Kanada x4) v Christian Yahya Christanto/Lee Hock Lai (AS)

Ganda Putri: Hong Jing Yu/Zhang Beiwen (AS) v Paula Pereire/Lohaynny Vicente (Brasil x2)

Ganda Campuran: Halim Haryanto/Hong Jing Yu (AS) v Toby Ng/Michelle Li (Kanada)
 Ket: x=unggulan

Belum Ada Yang Lebihi Hyun-il

Lee Hyun-il (foto: badmintonfreak)
LEE Hyun-il bisa jadi tak akan pernah pensiun. Dia masih menjadi tunggal putra terbaik Korea selatan.
 Meski pun, dia sudah tak muda lagi, 33. Apalagi, dia sudah menyatakan gantung raket.
 Buktinya, Hyun-il mampu menjadi juara Korea Grand Prix Gold 2013. Dalam final yang dilaksnakan di Jeonju Indoor Stadium Court pada Minggu waktu setempat (10/11), dia mengalahkan sesama pebulu tangkos Korea Selatan (Korsel) Hong Ji-hoon dengan dua game langsung 21-18, 21-12. Meski satu negara, kedua pebulu tangkis belum pernah bertemu.
 Jadi, ini merupakan kemenangan perdana Hyun-il. Meski, secara peringkat, seharusnya Ji-hoon lebih diunggulkan.
 Dia ada di posisi ke-123 sedangkan Hyun-il di posisi 173. Tapi, dari segi pengalaman, Hi-hoon tak ada apa-apanya dengan Hyun-il.
 Hyun-il pernah membawa Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, meraih emas pada nomor beregu di Asian Games 2002 dan Piala Sudirman 2003. Bahkan, pada 2004, Hyul-il pernah duduk sebagai pebulu tangkis tunggal putra nomor satu dunia.
 Sebenarnya, Hyun-il pernah mengundurkan diri pada 2008. Tapi, dia dirayu Asosiasi Bulu Tangkis Korea Selatan untuk kembali.
 Dia pun mampu menembus babak semifinal Olimpiade Beijing 2008. Sayang, dia gagal melaju ke final karena kalah oleh Lee Chong Wei asal Malaysia dan takluk Chen Jin di perebutan medali perunggu.,
Ini diulanginya lagi dalam Olimpiade London 2012. Di semifinal kalah oleh Lin Dan (Tiongkok) dan menyerah kepada wakil Negeri Panda, julukan Tiongkok, lainnya, Chen Long.
 Gelar juara di Korea Grand Prix Gold juga membuat Hyun-il mengulangi sukses pada 2011. Saat itu, dia juga mengalahkan rekan senegaranya sendiri, Shon Wan-ho, 21-14, 21-10. (*)


HASIL FINAL KOREA GRAND PRIX GOLD 2013
Tunggal Putra: Lee Hyun-il (Korea Selatan) v Hong Ji-hoon (Korea Selatan) 21-18, 21-12

Tunggal Putri: Bae Yeon-ju (Korea Selatan x2) v Sung Ji-hyun (Korea Selatan x1) 21-19, 15-21, 21-18

Ganda Putra: Kim Ki-jung/Kim Sa-rang (Korea Selatan x1) v Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel (Korea Selatan x5) 21-15, 18-21, 23-21

Ganda Putri: Jang Ye-na/Kim So-young (Korsel x4) v Ko A-ra/Yoo Hae-won (Korea Selatan x2) 21-15, 21-12

Ganda Campuran: Yoo Yeon-seong/jang Ye-na (Korea Selatan x5) v Kang Ji-wook/Choi Hye-in (Korea Selatan) 21-13, 21-11

Chong Wei Pertimbangkan Absen di Tiga Turnamen Sisa

PERTAMA: Chong Wei (kanan) saat menyerah ke Peter Gade

TURNAMEN akhir tahun 2013 bakal kurang greget. Pebulu tangkis nomor satu dunia tunggal putra Lee Chong Wei mempertimbangkan absen dan membatalkan semua jadwalnya.
 Itu setelah cedera pegelangan kaki yang menimpa lelaki asal Malaysia tersebut kembali kembali. Rencana semula, Chong Wei, 31, dalam waktu dekat akan tampil dalam Tiongkok Super Series Premier 12-17 November 2013. Kemudian dilanjutkan dengan Hongkong Super Series (19-25 November 2013). Chong Wei pun diharapkan bisa ikut ambil bagian dalam BWF Super Series Finals di Kuala Lumpur, Malaysia, 10-15 Desember.
‘’Saya mengalami cedera pergelangan kaki seperti yang terjadi di putaran final Piala Thomas di Wuhan, Tiongkok, 2012.Ini sangat mempengaruhi selama latihan,’’ kata Chong Wei kepada media lokal Malaysia.
 Dia mengakui, tahun 2013, dia mempunyai jadwal yang sangat padat. Itu pula, lanjut Chong Wei, yang membuat dia mengalami cedera.
  Kali pertama, cedera itu dialaminya saat menghadapi tunggal Denmark Peter Gade di putaran final Piala Thomas 2012.
 Dalam pertandingan yang dilaksanakan pada 22 Mei 2012 di WuhanSports Gymnasium Center tersebut, Chong Wei mengundurkan diri pada game pertama dalam kedudukan masih 2-1 buat dia.
 Dia butuh waktu 65 hari untuk masa pemulihan. Dengan program pengawasan yang ketat oleh Institut Olahraga Nasional, akhirnya Chong Wei bisa pulih. Hasilnya, dia mampu lolos ke final Olimpiade London 2012 sebelum dikalahkan musuh besarnya, Lin Dan, asal Tiongkok.
 Chong Wei masih akan mendiskusikan keputusannya tersebut dengan Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM). Hanya, dia merasa belum yakin dengan kondisinya.
 ‘’Saya akan melihat pergelangan kakiku kondisinya bagaimana. Apakah bisa membaik dalam dua hari ke depan,’’ tegas bapak satu anak yang akan berangkat ke Shanghai pada Senin.
 Tahun ini, Chong Wei tampil di 11 turnamen dengan lima di antaranya menjadi juara turnamen super series di Korea Selatan, Malaysia, India, Indonesia, dan Jepang. Selain itu, dia juga berlaga di tiga kompetisi lokal di Indonesia, India, dan Tiongkok. Belum lagi tampil membela negaranya di Kejuaraan Dunia dan Piala Sudirman. (*)

Semua Slot Milik India

PENAKLUK: Sameer Verna (foto:thehindu)

INDIA tak mau berbagi gelar dengan negara lain dalam Bahrain Internasional 2013.Mereka mampu menciptakan final sesama pebulu tangkis India (All Indians Final) dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 115 ribu tersebut.
 Tiga wakil yang bukan berasal dari negara beribukota New Delhi tersebut dipaksa tak bisa menembus babak puncak. Termasuk satu-satunya wakil Indonesia yang bertahan di semifinal Evert Sukamta.
 Mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut harus mengakui ketangguhan Sameer Verma dengan dua game langsung 21-19, 21-10 pada pertandingan semifinal yang dilaksanakan di Manama pada Jumat waktu setempat (8/11) atau Sabtu WIB (9/11).
 Sebenarnya, dalam turnamen berhadiah total USD 15 ribu tersebut, Evert punya kans juara. Dia menempati unggulan kelima sementara lawannya nonunggulan.Dalam peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Evert ada di posisi 131 sementara Sameer di posisi 171.
 Pada babak final,Sameer akan menghadapi Dey Subhankar, unggulan keenam, yang menghentikan langkah Abimanyu Singh 25-23, 22-20.
 Sementara, wakil Malaysia di ganda putra Jagdish Singh/Roni Tan menyerah dalam tiga game 22-24,21-16, 16-21 kepada Nandagopal/V. Diju. Satu slot lagi, di nomor ganda campuran, V. Diju/Siki Reddy memupus asa wakil Ukraina Gennadiy Natarov/Yuliya Kazarinova 17-21, 21-19,22-20. (*)

AGENDA FINAL BAHRAIN CHALLENGE 2013
Tunggal Putra: Sameer Verma (India) v Dey Subhankar (India)

Tunggal Putri: Lad Tanvi (India) v Rane Saili (India)

Ganda Putra: Rupesh Kumar/Thomas Sanavee (India) v Nandagopal/V. Diju (India)

Ganda Putri: Balan Aparna/Ghorpade Sanyogita (India) v Gadre Pradnya/Reddy Siki (India)

Ganda Campuran: Thomas Sanave/Sawant Prajakta (India) v V. Diju/Reddy Siki (India)

Wakil Tunggal Pulang Awal

Hera Desi (foto:PBSI)

GELAR tunggal di Korea Grand Prix Gold 2013 lepas dari genggaman Indonesia. Dua wakil yang tersisa, Simon Santoso di tunggal putra dan Hera Desi di tunggal putri, sudah terhenti langkahnya.
 Bukan di final ataupun semifinal, Simon dan Hera sudah tersingkir di babak perempat final. Simon, yang diunggulkan di posisi ke-12, menyerah dua game langsung kepada pebulu tangkis senior tuan rumah Lee Hyun-il 15-21, 14-21 di Jeonju Indoor Badminton Court, Jeonju, Korea Selatan, pada Jumat siang waktu setempat (8/11).
 Sementara,Hera juga menyerah dua game kepada unggulan kedua yang juga dari Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, Bae Yeon-ju 10-21, 19-21.
 Bagi Simon, ini merupakan kekalahan kelima kepada Hyun-il. Memang harus diakui, meski sudah uzur, 33, dan menyatakan pensiun, kemampuan dan kualitas Hyun-il tetap belum hilang.
 Bahkan, sampai saat ini, dia masih dianggap sebagai tunggal putra terbaik yang pernah dimiliki negeri dengan ibu kota Seoul tersebut. Apalagi, belum ada tunggal putra mereka yang prestasinya semoncer Hyun-il.
 Dia pernah menyumbangkan emas bagi Korea Selatan di nomor beregu pada Asian Games 2002 dan Piala Sudirman 2003. Selain itu, posisi nomor satu dunia tunggal putra pernah didudukinya pada 2004.
 Kegagalan ini juga membuktikan Simon masih labil. Padahal, di Korea Grand Prix Gold 2013, dia diharapkan kembali moncer seperti di Indonesia Grand Prix Gold 2013.
 Saat itu, dia mampu menjadi juara dengan mengalahkan juniornya di Pelatnas Cipayung Dionysius Hayom Rumbaka. Bahkan, di semifinal, Simon mempermalukan tunggal putra terbaik Indonesia saat ini, Tommy Sugiarto. (*)

Evert Berjuang di Tengah Jepitan Wakil India

Evert Sukamta (foto:djarum)

INDIA menyerbu Bahrain Challenge 2013. Dari lima nomor yang dipertandingkan, hanya tiga slot yang tersisa bagi pebulu tangkis non-India pada babak semifinal.
 Nah, salah satunya adalah dari Indonesia melalui Evert Sukamta. Mantan pebulu tangkis Pelatnas Cipayung ini lolos ke semifinal setelah menundukkan unggulan ketiga asal India Anand Chetan dua game langsung 21-17,21-8 pada babak perempat final yang dilaksanakan di Manama pada Kamis waktu setempat (7/11) atau Jumat WIB (8/11).
 Pada babak semifinal turnamen yang berhadiah total USD 15 ribu tersebut, Evert akan ditantang wakil India Sameer Verma, yang sebelumnya menundukan pebulu tangkis Indonesia yang berbendera Bahrain Heri Setiawan 21-12, 21-13.
 Jika menang, Evert sudah ditunggal wakil India. Itu disebabkan dua wakilnya saling bertemu di semifinal yakni Dey Subhankar melawan Singh Abimanyu.
 Selain Evert, semifinalis yang bukan berasal dari India adalah Jagdish Singh/Roni Tan asal Malaysia di nomor ganda putra serta pasangan ganda campuran Gennadiy Natarov/Yuliya Kazarinova dari Ukraina. (*)

Paulus pun Tinggalkan Malaysia

Paulus Firman (kanan) (foto:thestar)

MALAYSIA kehilangan pelatih. Paulus Firman memutuskan kembali ke Indonesia.
 Ini tentu sangat mengejutkan. Alasannya, Paulus yang menangani sektor ganda putra tersebut belum genap setahun bergabung dengan BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia). Mantan pelatih Pelatnas Cipayung tersebut mulai menangani Malaysia sejak Januari lalu.
 Paulus memilih balik ke Indonesia dengan alasan keluarga. Namun, dia akan menyelesaikan kontraknya hingga akhir November ini.
 ‘’Sangat disayangkan bahwa saya harus pergi dan saya juga sudah membuat surat pengunduran diri. Kepentingan keluarga menjadi alasan utama,’’ kata Paulus seperti dikutip media Malaysia.
 Dia pun menyadari waktunya di Malaysia sangat singkat. Tapi, Paulus mengakui dia sangat menikmati. Di Malaysia, dia ikut memoles ganda tangguh Malaysa Koo Kien Keat/Tan Boon Heong.
 Paulus juga membantah bahwa dia keluar dari BAM karena ajakan Rexy Mainaky untuk kembali ke Pelatnas Cipayung. Rencanya terdekat, tambah dia, adalah kembali ke rumahnya di Indonesia.
 Keluarnya Paulus membuat Pang Cheh Chang untuk sementara mengambil alih kepemimpinan di sektor ganda putra.Selain Kien Keat/Boon Heong, Paulus juga menangani tujuh pasangan lain yakni  Hoon Thien How-/Tan Wee Kiong, Goh V Shem/Teo Kok Siang, Lim Khim Wah/Ow Yao Han, Teo Ee Yi/Chooi Kah Ming, Yew Hong Kheng/Tan Yip Jiun, Nelson Heg Wei Keat/Tan Wee Gieen, dan Tai An Khang/Low Juan Shen.
Paulus menjadi orang penting kedua yang meninggalkan BAM setelah dipimpin Tengku Tan Sri Mahaleel Tengku Ariff. September lalu, Tan Aik Mong meninggalkan jabatannya sebagai pemandu bakat BAM setelah program kerjanya ditolak. Padahal, dia baru kerja 18 baru.
 Pelatih kepala tunggal putra Malaysia Rashid Sidek juga pernah mundur pada September. Dia tak setuju dengan perubahan yang dilakukan Aik Mong.
 Namun, atas saran Menteri Pemuda dan Olahraga Khairy Jamaluddin dan mundurnya Aik Mong, Rashid pun membatalkan keputusannya. Sekarang,  Rashid menangani tunggal putra bersama Tey Seu Bock dan Hendrawan.
 Mundurnya Paulus ini semakin menambah panjang daftar pelatih asing yang meninggalkan Malaysia. Sebelumnya ada
Rexy, Yoo Yong-sung, Park Joo-bong, Morten Frost, dan yang terakhir  Indra Gunawan. (*)

Penakluk Juara Dunia Pisah


Pasangan Ronald/Selvanus (foto; PBSI)

PASANGAN Ronald Alexander/Selvanus Geh sempat memberi harapan. Itu ketika mereka mampu menembus babak final Indonesia Grand Prix Gold 2013.
 Sayang, dalam final yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta, pada 29 September, Ronald/Selvanus harus mengakui rekannya di Pelatnas Cipayung Angga Pratama/Rian Agung Saputro dengan rubber game 21-17,15-21, 16-21.  Tapi, pada babak perempat final, Ronald/Selvanus mempermalukan juara dunia Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dengan 8-21, 21-19, 21-18.
 Ini menjadi capaian tertinggi bagi Ronald/Selvanus. Meski, sebelumnya, mereka pernah menjadi juara di Iran. Hanya, turnamen yang dimenanginya level challenge.
 Namun, asa Ronald/Selvanus bakal menjadi penerus tradisi ketangguhan ganda putra. Minimal, mereka bisa menjadi ganda terkuat Indonesia ketiga setelah Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan  Angga/Rian.
 Sayang, harapan tersebut bakal kandas. Ronald bukan lagi spesialis ganda putra. Kini, dia juga turun di ganda campuran berpasangan dengan Debby Susanto.
 Beda dengan Ronald, Debby memang spesialis ganda campuran. Kali terakhir, dia berpasangan dengan M. Rijal.
 Dalam peringkat terakhir BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 7 November 2013, Rijal/Debby masih duduk di posisi ketujuh dunia atau terbaik kedua Indonesia setelah pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
 Pasangan anyar Ronald/Debby pun sudah diturunkan di turnamen internasional. Korea Grand Prix Gold 2013 menjadi penampilan perdana keduanya.
 Sayang, langkah mereka sudah terhenti di babak kedua. Ronald/Debby harus mengakui ketangguhan rekannya sendiri di Pelatnas Cipayung, Irfan Fadillah/Weni Anggraeni, yang diunggulkan di posisi keempat, dengan dua game langsung 15-21, 18-21.
 Ini memang hasil yang kurang memuaskan. Namun, sebagai pasangan yang baru kali pertama diberi kesempatan, perjalanan Ronald/Debby masih panjang.
Untuk nomor ganda campuran, perombakan ini merupakan kali kesekian. Sebelumnya, pasangan Fran Kurniawan/Shendy Puspa juga dicerikan. (*)