WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Ronald Masih Ingin Tampil

Ronald Susilo unjuk kebolehan di negerinya
USIA tak membuat Ronald Susilo menyerah. Dia tetap masih ingin mengayunkan raket meski tahun ini usianya sudah menginjak 36 tahun.

Bahkan, dalam Singapura International Series, Ronald masih tercatat sebagai peserta. Dia pun menjadi satu dari dua pebulu tangkis tuan rumah yang langsung lolos ke babak bergengsi.

Selain Ronald, dalam turnamen berhadiah total USD 5000 tersebut juga diwakili Kean Yew Loh. Dia diunggulkan di posisi ketujuh.

Di babak pertama, besar kemungkinan dia bertemu lawan ringan. Ini dikarenakan Ronald hanya berjumpa dengan pebulu tangkis yang lolos dari babak kualifikasi.

Hanya, melihat kemampuan dan pengalaman yang dimiliki arek Kediri tersebut layak masuk perhitungan. Hanya, kendalanya pada stamina karena usianya yang sudah tak muda lagi.

Ronald merupakan pilar dari imigrasi pebulu tangkis Indonesia ke negeri yang dekat dengan Batam, Kepulauan Riau, tersebut. Setelah Ronald ada nama Hendra dan Hendri serta Shinta Mulia Sari.

Ronald merupakan lelaki kelahiran Indonesia, tepatnya di Kediri, Jawa Timur, pada 6 Juni 1979. Pada usia 19 tahun, Ronald memutuskan berpindah kewarganegaraan.

Pada 2004, dia sudah tampil pada Olimpiade Athena, Yunani.Di babak awal, Ronald mampu mempermalukan wakil Tiongkok Lin Dan.

Sayang, langkahnya terhenti di perempat final. Ronald harus mengakui ketangguhan Bonsak Ponsana10-15, 1-15.

Empat tahun kemudian, Ronald kembali lolos ke olimpade. Namun, dia hanya sampai di babak awal karena kalah 13-21, 14-21 kepada Lee Chong Wei asal Malaysia, yang akhirnya meraih perak.

Karena cedera, Ronald sempat absen lama. Ini membuat ranking pun hilang.

Tahun lalu, dia sempat berlaga di lima turnamen. Namun, pada 2015, Singapura Internasional menjadi debutnya.

Singapura International merupakan salah satu turnamen yang dilaksanakan setelah Kejuaraan Dunia 2015 digelar di Jakarta. Indonesia juga mengirim wakil di semua nomor. (*)

Hendrawan pun Minta Maaf

DUET: Hendrawan dan Lee Chong Wei (foto:bharian)
STATUS sebagai runner-up kembali diterima Lee Chong Wei. Di final Kejuaraan Dunia 2015 yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Minggu (16/8/2015), tunggal putra andalan Malaysia tersebut menyerah dua game langsung 14-21, 17-21 kepada unggulan teratas Chen Long dari Tiongkok.

Ini menjadi kegagalan keempat beruntun. Sebelumnya, pada 2011 dan 2013, Chong Wei kalah oleh pebulu tangkis Negeri Panda, julukan Tiongkok, lainnya Lin Dan. Sementara, pada 2014, Chen Long sudah menggagalkannya.

Sebenarnya, usaha untuk mengantarkan Chong Wei sudah dilakukan BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia) yakni dengan mempercayakan Hendrawan sebagai pelatih. Itu dijalani lelaki asal Indonesia itu usai Chong Wei terbebas dari sanksi delapan bulan yang diberikan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) karena kasus doping pada Kejuaraan Dunia 2014 di Kopenhagen, Denmark. Sanksi tersebut bebas pada 1 Mei lalu.

Hendrawan pun ikut meminta maaf atas kegagalan Chong Wei di Jakarta. Juara dunia tunggal putra 2001 tersebut mengaku bertanggung jawab atas itu.

''Saya berjanji membawa Chong Wei menjadi juara dunia tapi ternyata gagal. Saya munta maaf,'' kata Hendrawan seperti dikutip media Malaysia, The Star.

Dia mengakui bukan hal yang mudah mempersiapkan Chong Wei ke Kejuaraan Dunia 2015. Apalagi, dia hanya punya waktu tiga bulan.

''Chong Wei sudah mempersiapkan dirinya dengan bagus. Tapi, Chen Long memang luar biasa, dia ada di mana-mana,'' ungkap Hendrawan.

Kini, tambahnya, dia akan memfokuskan Chong wei ke Olimpiade 2016 yang dilaksanakan di Rio de Janeiro, Brasil. Sisi kepercayaan diri, ungkap Hendrawan, akan ikut dibenahi.

''Masalah usia yang jadi kendala,'' ujarnya.

Dengan usia 34 tahun pada 2016, tentu stamina akan mempengaruhi penampilan Chong Wei. (*)
.

Marin Masih Bisa Lebih

Marin dengan medali juara di Istora Senayan, Jakarta.
CAROLINA Marin tak bisa menyembunyikan kegembiraan. Gadis Spanyol berusia 22 tahun tersebut langsung bergulung di lantai usai mengalahkan Saina Nehwal dengan straight game 21-16, 21-19 di Istora Senayan, Jakarta, pada Minggu (16/8/2015).

Kemenangan tersebut membuatnya mempertahankan gelar. Tahun lalu di Kopenhagen, Denmark, Marin mengalahkan pebulu tangkis Tiongkok Li Xuerui 17-21, 21-17, 21-18.

Dia menjadi orang Eropa ketiga yang mampu naik ke podium terhormat. Sebelumnya, ada Lene Koppen pada 1977 dan Camilla Martin pada 1999. Keduanya berasal dari negara yang sama, Denmark.

Hanya, Marin mempunyai nilai plus. Dia meraihnya secara beruntun (back to back).

Bahkan, selama Kejuaraan Dunia dilaksanakan sejak 1977, hanya ada dua pebulu tangkis yang melakukannya. Selain Marin, ada Han Aiping.

Legenda tunggal putri asal Tiongkok itu melakukan pada 1985 dan 1987. Pebulu tangkis sekelas Susi Susanti asal Indonesia pun tak bisa melakukannya.

Istri peraih emas tunggal putra Olimpiade Barcelona 1992, Alan Budikusuma, tersebut menjadi juara hanya pada 1993.Pada 1991, Susi sampai di semifinal. Pada 1995, peraih emas tunggal putri Olimpiade 1992 tunggal putri juga terjegal di semifinal.

Dengan usia yang masih muda, tak menutup kemungkinan Marin akan melewati Aiping. Namun, bukan pada 2016 karena Kejuaraan Dunia ditidakan dengan alasan bersamaan dengan Olimpiade di Rio de Janeiro.

Pada 2017, Kejuaraan Dunia akan kembali dilaksakan. Glasgow akan kembali dipercaya menjadi host. Ibu kota Skotlandia itu pernah menjadi tuan rumah pada 1997. (*)  



Hasil final Kejuaraan Dunia 2015

Tunggal putra: Chen Long (Tiongkok x1) v Lee Chong Wei (Malaysia) 21-14, 21-17

Tunggal putri: Carolina Marin (Spanyol x1) v Saina Nehwal (India x2) 21-16, 21-19

Ganda putra: Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia x3) v Liu Xialong/Qiu Zihan (Tiongkok x9) 21-17, 21-14

Ganda putri: Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x5) v Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl (Denmark x4) 23-25, 21-8, 21-15

Ganda campuran: Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok x1) v Liu Cheng/Bao Yixin (Tiongkok x4) 21-17, 21-11

x=unggulan

Kado Manis di HUT Kemerdekaan Ke-70

Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (foto:themalaysianinsider)
LAGU Indonesia Raya kembali berkumandang dalam Kejuaraan Dunia 2015. Itu setelah Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan mampu menjadi juara di ganda putra.

Dalam final yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Minggu malam WIB (16/8/2015), pasangan yang diunggulkan di posisi ketiga tersebut menang dua game langsung 21-17, 21-14 atas Liu Xialong/Qiu Zihan, pasangan Tiongkok yang diunggulkan di posisi kesembilan. Kemenangan ini membuat Hendra/Ahsan mengulangi capaian dalam Kejuaraan Dunia 2013.

Hanya, saat itu, dalam event yang dilaksanakan di Guangzhou, Tiongkok, tersebut, keduanya mengalahkan wakil Denmark Mathias Boe/Carsten Mogensen dengan 21-13, 23-21. Di Jakarta, pasangan senior tersebut hanya sampai semifinal.

Raihan positif Hendra/Ahsan itu menjadi kado yang manis bagi Indonesia. Sehari setelah final (17/8/2015) merupakan HUT Kemerdekaan Indonesia ke-70.

''Alhamdulillah, akhirnya Hendra/Ahsan mampu menjadi juara,'' kata Wakil Sekjen PP PBSI Ahmad Budiarto.

Sayang, dari segi target, hasil dalam Kejuaraan Dunia 2015 tidak sesuai target. Sebelum ajang tahunan tersebut dilaksanakan, PP PBSI mematok asa dua gelar.

Satu posisi terhormat diharapkan lahir dari ganda campuran. Namun, pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir gagal merealisasikan.

Juara dunia 2013 tersebut terhenti langkahnya di babak semifinal. Keduanya dihentikan seteru beratnya, Zhang Nan/Zhao Yunlei, unggulan teraras dari Negeri Panda, julukan Tiongkok, dengan rubber game 22-20, 21-23, 12-21.

Hendra/Ahsan juga mempertegas ketangguhan Indonesia di ganda putra. Sejak Kejuaraan Dunia dilaksanakan 1977, merah putih sudah mengoleksi sembilan gelar. (*)


Koleksi gelar Indonesia di ganda putra
1977: Tjun Tjun/Johan Wahyudi

1980: Christian Hadinata/Ade Chandra

1993: Ricky Subagja/Rudy Gunawan

1995: Ricky Subagja/Rexy Mainaky

1997: Candra Wijaya/Sigit Budiarto

2001: Tony Gunawan/Halim Haryanto

2007: Markis Kido/Hendra Setiawan

2013: Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan

2015: Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan

Bisa Jadi Final Terakhir Chong Wei

REVANS: Chong Wei (kanan) menyalami Jorgensen (foto: thestar)
UNTUK kali keempat, Lee Chong Wei menembus final Kejuaraan Dunia. Hanya, dalam tiga kali laga puncak sebelumnya, pebulu tangkis tunggal putra andalan Malaysia tersebut selalu menelan kegagalan.

Pada 2011 dan 2013, Chong Wei dipermalukan musuh bebuyutannya, Lin Dan, asal Tiongkok. Sedangkan tahun lalu, lelaki 33 tahun tersebut dihentikan wakil Negeri Panda, julukan Tiongkok, lainnya Chen Long.

Kali ini, dalam Kejuaraan Dunia 2015, Chong Wei kembali berjumpa dengan Chen Long. Di semifinal yang dilaksanakan Sabtu WIB (15/8/2015), dia mengalahkan unggulan kedua Jan O Jorgensen dengan dua game langsung 21-7, 21-19. Sedangkan Chen Long, yang menjadi unggulan teratas sekaligus juara bertahan, juga unggul straight game 21-9, 21-15 atas Kento Momota (Jepang).

''Ini kesempatanku untuk menjadikan mimpi menjadi kenyataan,'' kata Chong Wei.

Tahun lalu, dia dipaksa harus mengakui ketangguhan Chen Long. Dalam ajang yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark, tersebut, dia kalah 19-21, 19-21.

Ironisnya, dia pun mendapat sanksi selama delapan bulan usai Kejuaraan Dunia 2014. Ini disebabkab Chong Wei terbukti menggunakan doping.

''Ini sungguh luar bisa bisa menembus babak final setelah kena sanksi delapan bulan. Bisa jadi, ini menjadi peluang terakhirku di Kejuaraan Dunia,'' ungkap Chong Wei.

Dia pun pesimistis bisa menembus laga pemungkas pada 2017. Tahun depan tidak ada Kejuaraan Dunia karena berbarengan dengan olimpiade.

Chong Wei menganggap tahun lalu dia kalah oleh Chen Long karena dirinya dalam posisi tertekan. Selain itu, di Kopenhagen, dia lolos ke laga terakhir dengan melewatin pertandingan-pertandingan yang mudah.

''Beda dengan sekarang. Saya diuji dalam setiap pertandingan,'' ungkapnya. (*)


HEAD-TO-HEAD
Chong Wei vs Chen Long (9-11)

Menang
2009: Malaysia Open GP Gold (final)
2011: Malaysia Open (semifinal)
2011: All England (semifinal)
2011: Indonesian Open (semifinal)
2011: Prancis Open (semifinal)
2012: Malaysia Open (semifinal)
2012: Olimpiade (semifinal)
2014: All England (final)
2014: India Open (final)


Kalah
2009: India Open (Babak I)
2011: Jepang Open (final)
2011: Denmark Open (final)
2011: BWF World Superseries Finals (semifinal)
2012: Hongkong Open (final)
2013: All England (final)
2013: Denmark Open (final)
2014: Korea Open (final)
2014: Kejuaraan Dunia (final)
2014: Asian Games (semifinal)
2015: Taiwan Open (perempat final)

Kali Pertama Menang Straight Game

KANDAS: Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (foto:xinhua.net)
KEMENANGAN atas pasangan Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong telah membawa Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan ke babak final. Ini sekaligus menjadi satu-satunya wakil merah putih yang bakal berlaga di final.

Namun, sebenarnya, hasil pertandingan semifinal Kejuaraan Dunia 2015 tersebut diluar dugaan. Kok bisa?

Ya, dalam sembilan kali pertemuan sebelumnya, Hendra/Ahsan hanya menang tiga kali. Bahkan,dalam tiga kali pertemuan awal, pasangan yang baru terbentuk 2013 tersebut tak pernah nah.

Pecah telor baru terjadi dalam pertemuan keempat di pertandingan Piala Thomas 2014 dengan 21-15,17-21, 21-19. setelah itu, dua kekalahan beruntun kembali dialami Hendra Ahsan.

Hasil positif dipetik di final Asian Games 2014. Ketika itu, Hendra/Ahsan kembali menang, juga dengan rubber game 21-16, 16-21, 21-17.

Kemenangan dalam semifinal di Istora Senayan, Jakarta, pada Sabtu (15/8/2015) membuat Hendra/Ahsan untuk kali pertama merasakan kemenangan dua game langsung. Malam itu, mereka menang 21-17, 21-19.

Pertarungan dua pasangan papan atas dunia itu pun berlangsung ketat. Bahkan, di game kedua, sempat dua kali kejadian yang mengundang perhatian.

Ini terjadi ketika wasit serve menilai servis Ahsan masuk dan mem-foult servis Yeon-seong. Dua moment tersebut menjadi kunci Hendra/Ahsan menembus babak pemungkas. (*)

Masih Ada Jalan untuk Juara

SELANGKAH: Hendra/Ahsan siap berpelukan (foto:xinhua)
KANS pebulu tangkis Indonesia mempersembahkan kado juara dalam HUT Kemerdekaan (Independence Day) ke-70 belum tertutup. Masih ada Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan yang mampu menembus babak final Kejuaraan Dunia 2015.

Dalam pertandingan semifinal yang dilaksanakan di Istora Senayan atau Istora Bung Karno, Senayan, Jakarta, pada Sabtu malam WIB (15/8/2015), mereka menumbangkan unggulan teratas sekaligus musuh bebuyutan,Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong asal Korea Selatan, dengan dua game langsung 21-17, 21-19.

Sayang, sukses ini gagal diikuti oleh wakil Indonesia lainnya. Lindaweni Fanetri di tunggal putri, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari (ganda putri), dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (ganda campuran) bertumbangan. Lindaweni, yang sempat menjadi sorotan karena bukan berstatus unggulan, kalah kepada unggulan kedua Saina Nehwal dari India dengan straight game 17-21, 17-21.

Sementara, Greysia/Nitya tak berdaya di tangan wakil Tiongkok Tian Qing/Zhao Yunlei dalam pertarungan dua game 8-21, 16-21. Duel ini memakan waktu 45 menit.

Sedangkan pasangan yang digadang-gadang bakal menembus final dan juara di ganda campuran Tontowi/Liliyana takluk tiga game 22-20,21-23, 12-21. Pertandingan yang menguras tenaga dan konsentrasi ini berlangsung 1 jam 32 menit.

Dalam pertandingan babak final yang dilaksanakan pada Minggu (16/8/2015), Hendra/Ahsan, yang diunggulkan di psisi ketiga, akan ditantang Liu Xialong/Qiu Zihan. Di babak semifinal, unggulan kesembilan asal Tiongkok itu melibas Horoyuki Endo/Kenichi Hayakawa, unggulan keenam dari Jepang, dengan 21-16, 13-21, 22-20.

Kemampuan pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut tak bisa dipandang sebelah mata. Xiaolong/Zihan sudah dua kali mengalahkan Hendra/Ahsan dalam empat kali pertemuan. Itu terjadi dalam All England 2013 dengan 21-12, 13-21, 21-17  dan di BWF Super Series Finals 2013 21-13,11-21, 21-12.

Namun, Hendra/Ahsan mampu membalasnya di Hongkong Open 2014. Saat itu, mereka unggul 21-16, 17-21, 21-15.

Kemenangan terakhir pasangan Pelatnas Cipayung tersebut dipetik dalam Kejuaraan Asia 2015. Lagi-lagi pertarungan diakhiri dengan tiga game 21-18, 11-21, 24-22. (*)

Agenda final Minggu (16/8/2015) mulai pukul 13.00 WIB

Ganda campuran:Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok x1) v Liu Cheng/Bao Yixin (Tiongkok x4)

Tunggal putri: Carolina Marin (Spanyol x1) v Saina Nehwal (India x2)

Tunggal putra: Chen Long (Tiongkok x1) v Lee Chong Wei (Malaysia)

Ganda putri: Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x5) v Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl (Denmarkx4)

Ganda putra: Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia x3)v Liu Xiaolong/Qiu Zihan (Tiongkok x9)

x=unggulan

(Tak Lagi) Super Dan

Jan O Jorgensen penakluk Lin Dan
KETANGGUHAN Lin Dan benar-benar sudah luntur. Untuk kali pertama sejak 2005, dia gagal menembus babak final Kejuaraan Dunia. Tahun lalu, di Kopenhagen, Denmark, pebulu tangkis tersebut tak tampil karena rankingnya tak memenuhi untuk lolos setelah hampir setahun absen.

Tapi, pada 2006, 2007, 2009, 2010, 2011, dan 2013, Lin Dan selalu juara. Sedang pada 2008 dan 2012 tidak ada Kejuaraan Dunia.

Ini dikarenakan waktunya bersamaan dengan olimpiade, Beijing 2008 dan London 2012. Di ajang tersebu, Lin Dan pun tetap juara.

Namun, dalam Kejuaraan Dunia 2015, suami mantan ratu bulu tangkis dunia Xie Xingfang tersebut gagal. Jangankan menembus final, Lin sudah terjegal di babak perempat final.

Lin Dan menyerah dua game langsung 21-12, 21-15 kepada Jan  Jorgensen dari Denmark dalam pertandingan yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Jumat waktu setempat (14/8/2015). Ini menjadi kekalahan ketiga dalam sepuluh kali pertemuan Lin Dan dengan Jorgensen.

Hanya, dalam pertemuan terakhir, Super Dan, julukan Lin Dan, juga kalah. Itu terjadi di Malaysia Super Series Premier 2015 dengan 14-21, 21-19, 21-17.

Kegagalan menembus semifinal ini juga membuat reuni dengan rekan karibnya, Lee Chong Wei, asal Malaysia urung terjadi. Di perempat final, lelaki yang memperoleh gelar Datuk dari negerinya tersebut menang 21-12, 21-18 atas Hu Yun (Hongkong).

Di babak semifinal, Chong Wei lebih diunggulkan. Dia sudah menang 12 kali dan hanya sekali kalah atas Jorgensen. (*)

Semangat Lindaweni Loloskan ke Semifinal

Teriakan Lindaweni setelah mengalahkan Tzu Ying (foto:djarum)
LINDAWENI Fanetri meneruskan kiprahnya dalam Kejuaraan Dunia 2015. Langkah tunggal putri Indonesia itu sudah menembus babak semifinal.

Tiket itu didapat usai menang 14-21, 22-20, 21-12 atas unggulan keempat Tai Tzu Ying dari Taiwan pada babak perempat yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Jumat WIB (14/8/2015). Kemenangan ini di luara dugaan.

Selain posisi Lindaweni yang tak diunggulkan, dia juga sudah kalah di game pertama dan Tzu Ying  sudah unggul jauh di game kedua. Bahkan, dia mencapai match point dalam kedudukan 20-14.

Hanya, kedudukan tersebut tak membuat Lindaweni patah semangat. Dukungan ribuan penonton di gedung legendaris itu ikut memacu semangat tunggal putri peringkat 29 dunia tersebut.

Sehari sebelumnya (13/8/2015), perempuan yang tercatat sebagai anggota klub Suryanaga  Surabaya tersebut juga membuat kejutan. Dia menyingkirkan juara dunia 2013 asal Thailand Ratchanok Intanon.

''Kuncinya adalah fokus karena satu kesalahan akan membuat lawan memenangkan pertandingan,'' ungkap Lindaweni sesuai pertandingan seperti dikutip dari situs BWF. Kemenangan ini membuat Lindaweni unggul dua kali dalam tiga kali pertemuan.

Hasil tersebut juga membuat Indonesia mampu kembali menempatkan wakilnya di babak semifinal. Kali terakhir Susi Susanti menembus empat besar pada 1995.

Pada babak semifinal yang dilaksanakan Sabtu (15/8/2015), Lindaweni akan menantang Saina Nehwal. Unggulan kedua itu lolos usai menang tiga game 21-15, 19-21, 21-19 atas Wang Yihan. Lindaweni sudah tiga kali bertemu Saina.

Hasilnya, Lindaweni sekali menang yakni di Singapura Super Series 2013. Tapi, dia menyerah di Piala Uber 2014 dan Indonesia Super Series 2013. (*)



Wakil Indonesia di posisi empat besar Kejuaraan Dunia
1977: -

1980: Verawaty Wiharjo (juara)

1983: -

1985: -

1987: -

1989: Sarwendah (semifinalis)

1991: Sarwendah (runner-up), Susi Susanti (semifinalis)

1993: Susi Susanti (juara)

1995: Susi Susanti (semifinalis)

1997: -

1999: -

2001:-

2003: -

2005: -

2006: -

2007:-

2009: -

2010:-

2011: -

2013:-

2014: -

2015: Lindaweni (sudah sampai semifinal)

Dua Peraih Medali Olimpiade Tampil di Indonesia Challenge

BERLAGA: Markis Kido/Agripinna Prima (foto:PBSI)
GENGSI Indonesia Challenge 2015 terdongkrak. Dua pahlawan bulu tangkis merah putih bakal ikut ambil bagian dalam kejuaraan yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, pada 1-6 September tersebut adalah Sony Dwi Kuncoro dan Markis Kido.

Sony merupakan peraih medali perunggu nomor tunggal dalam Olimpiade Athena 2004. Sementara, Kido adalah peraih emas dalam Olimpiade Beijing 2008. Ketika itu, dia berpasangan dengan Hendra Setiawan.

Kedua tampil di Indonesia Challenge 2015 guna mendongkrak lagi peringkatnya. Saat ini, Sony, yang kebetulan juga berasal dari Surabaya, terpuruk di ranking 144 dunia. Dengan tampil dalam turnamen berhadiah USD 20 ribu tersebut, diharapkan bisa mendapat poin yang akan mengangkat peringkatnya.

Sementara, Kido bakal tampil dengan pasangan anyarnya, Agripinna Prima Putra. Dalam daftar peringkat terakhir BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), keduanya ada di posisi 45.

''Hadirnya pebulu tangkis dengan medali olimpiade menjadi bukti Indonesia Challenge 2015 di Surabaya punya daya tarik yang tinggi,'' kata Wakil Ketua Panitia Indonesia Challenge 2015 Bayu Wira.

Selain Sony dan Kido, Indonesia Challenge juga dibanjiri peserta. Tercatat ada 371 pebulu tangkis yang sudah mendaftar.

''Jumlah negara yang ikut termasuk Indonesia ada 15. Ini meningkat dibandingkan tahun lalu,'' lanjut Bayu.

Menurutnya, pada Indonesia Challenge 2014 yang dilaksanakan di Jakarta, negara yang ikut ''hanya'' sembilan. (*)

Meretas Jalan untuk Satu Tiket Final

Tontowi/Liliyana menembus perempat final (foto:djarum)
SATU tiket final ganda campuran Kejuaraan Dunia 2015 tengah diretas wakil Indonesia. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto bisa saling bertemu di babak semifinal.

Hanya, syaratnya tak mudah. Kedua pasangan gemblengan Pelatnas Cipayung tersebut harus bisa mengalahkan lawan-lawannya dalam pertandingan perempat final yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Jumat WIB (14/8/2015). Hanya, tugas bagi Praveen/Debby lebih berat.

Mereka harus bisa mengalahkan unggulan teratas asal Tiongkok Zhang Nan/Zhou Yunlei. Praveen/Debby tak pernah menang dalam empat kali pertemuan.

Kali terakhir, kedua pasangan berjumpa dalam All England Super Series Premier 2015. Pasangan yang sama-sama berasal dari satu klub, Djarum Kudus, itu pun menyerah dua game langsung 15-21, 10-21.

Praveen/Debby menembus perempat final Kejuaraan Dunia 2015 berkat kemenangan atas unggulan kelima Joachim Fischer Nielsen/Christina Pedersen asal Denmark dalam pertandingan ketat selama tiga game 22-20, 19-21, 23-21. Sedangkan Nan/Yunlei, yang juga juara bertahan, tak mengalami kesulitan berarti saat menundukkan wakil Jerman Michael Fuchs/Birgit Michels dengan straight game 21-14, 21-15.

Sedangkan di babak ketiga, Tontowi/Liliyana hanya butuh dua game untuk menghentikan perlawanan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) 21-8, 21-13. Di perempat final, juara dunia 2013 tersebut akan ditantang Ko Sung-hyun/Kim Ha-na dari Korea Selatan, yang di babak ketiga unggul atas wakil Indonesia Edi Subaktiar/Gloria Emenuelle Widjaja 21-15, 21-18.

Meski pernah menang dua kali, tapi Tontowi/Liliyana layak waspada kepada wakil Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut. Alasannya, dalam pertemuan terakhir di semifinal India Super Series 2014, pasangan andalan merah putih tersebut kalah 20-22, 18-21. (*)

Pasangan ganda campuran Indonesia yang juara dunia
1980:Christian Hadinata/Imelda Wiguna

2005: Nova Widianto/Liliyana Natsir

2007: Nova widianto/Liliyana Natsir

2013: Tontwi Ahmad/Liliyan Natsir

Cedera, Ratchanok Gagal Ulangi Sukses

Ratchank gagal melanjutkan pertandingan (foto:twitter)
RATCHANOK Intanon tersingkir dari persaingan juara dunia nomor tunggal putri. Dia gagal melanjutkan pertandingan hingga tuntas saat menghadapi wakil Indonesia Lindaweni Fanetri di babak ketiga Kejuaraan Dunia 2015 yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Kamis waktu setempat (13/8/2015).

Sempat unggul di game pertama 26-24, Ratchanok kalah di game berikutnya dengan 10-21. Nah, saat game ketiga dalam kedudukan unggul 8-5, gadis Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, tersebut tak bisa melanjutkan pertandingan.

Ratchanok sempat mendapat perawatan dalam kedudukan unggul 7-2. Namun, permainan tak kenal menyerah Lindaweni, akhirnya memaksa dia tumbang dan harus dibawa ke luar lapangan.

Sebenarnya, tahun ini, gadis 20 tahun tersebut punya memori indah di Istora Senayan. Di tempat yang sama dua bulan lalu, Ratchanok mampu menjadi juara Indonesia Super Series Premier.

Sehingga, dia diunggulkan bisa menjadi pemenang dalam Kejuaraan Dunia. Apalagi, dua tahun lalu di Guangzhou, Tiongkok, Ratchanok mampu menjadi pemenang. Ketika itu, pada 2013, Ratchanok sukses mempermalukan andalan Negeri Panda, julukan Tiongkok, Li Xuerui.

Namun, pada 2014 di Kopenhagen, Denmark, langkahnya terhenti di babak ketiga. Ratchanok kalah 21-8, 12-21, 18-21 kepada Minatsu Mitani dari Jepang.

Sedangkan bagi Lindaweni, kemenangan ini membuatnya kali pertama menembus perempat final Kejuaraan Dunia. Tahun lalu, dia dijegal Sung Ji-hyun (Korea Selatan) 10-21, 16-21.

Pada pertandingan Jumat (14/8/2015), pebulu tangkis Pelatnas Cipayung akan menantang unggulan keempat Tai Tzu  Ying. Wakil Taiwan itu lolos ke perempat final bekat kemenangan 21-15, 21-19 atas Michel Li.

Tzu Ying bukan lawan yang asing bagi Lindaweni. Kedua pebulu tangkis pernah saling mengalahkan.

Dalam pertemuan pertama di Taiwan Open 2012, Lindaweni kalah 19-21, 22-20, 20-22. Tapi, Juni lalu, dia mampu membalasnya di Indonesia Super Series Premier dengan straight game 21-18, 22-20. (*)

Terdongkrak karena Rajin Ikut Turnamen

BIKIN REPOT: Baptiste Careme/Ronan Labar
PASANGAN Prancis Baptiste Careme/Ronan Labar menarik perhatian dalam Kejuaraan Dunia 2015. Mereka nyaris mempermalukan salah satu kandidat juara, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.

Andalan Indonesia tersebut dipaksa bekerja keras sebelum akhirnya menang 19-21, 21-17, 21-18. Ini merupakan pertemuan perdana Baptiste/Ronan dengan pasangan juara dunia 2013 tersebut.

Secara ranking dan koleksi juara, mereka kalah jauh dengan Hendra/Ahsan. Saat ini, Baptiste/Ronan ada di posisi 34.

Sebenarnya, berada di ranking tersebut sudah termasuk bagus.Tak banyak pasangan Eropa yang bisa masuk ke 50 besar yang banyak didominasi wakil dari Asia.

Apalagi, keduanya berasal dari Prancis. Sebuah negara yang tak punya sejarah kuat di olahraga tepok bulu tersebut.

Dari sisi prestasi, sebenarnya, Baptiste/Ronan tak pernah merasakan manisnya juara. Ranking keduanya terdongkrak karena sering mengikuti turnamen.

Tercatat selama 2015, Baptiste/Ronan berlaga di 15 turnamen. Ini membuat poin yang dikumpulkan keduanya tak sedikit.

Poin terbanyak pun didapat karena ikut ambil bagian dalam Kejuaraan Beregu Eropa dan Piala Sudirman 2015. Selebihnyak tak lebih dari poin 2000-an.

Tapi ternyata, semua itu bisa menjadi senjata yang mematikan. Jika lengah sedikit, Hendra/Ahsan bisa keluar lapangan dengan malu. (*)


Turnamen yang diikuti oleh Baptiste Careme/Ronan Labar  selama 2015
1. Swedia Masters           semifinal

2. Kejuaraan Beregu Eropa

3. Jerman Grand Prix Gold    babak I

4.Swiss Grand Prix Gold        babak I

5. Orleans Challenge         babak I

6. Finlandia Challenge         semifinal

7. Peru International         semifinal

8. Piala Sudirman

9. Australia Super Series     babak I

10. Sri Lanka Challenge     babak I

11. AS Grand Prix Gold         babak II

12. Kanada Grand Prix         babak II

13. Taiwan Grand Prix Gold    babak I

14. Rusia Grand Prix         babak I

15. Kejuaraan Dunia         babak II

Sumber: BWF

Sudah Jadi Penonton dari Babak III

GAGAL: Hayom sudah tersingkir (foto: zimbio)
TARING Indonesia di nomor tunggal putra masih tumpul. Meski Kejuaraan Dunia 2015 baru memasuki babak III, tapi tuan rumah sudah tak punya wakil.

Dua duta Indonesia, Tommmy Sugiarto dan Dionysius Hayom Rumbaka, menyerah kepada lawan-lawannya di babak II. Tommy, yang diunggulkan di posisi ke-15, dipermalukan wei Nan (Hongkong) dalam pertarungan tiga game 24-26, 21-8, 20-22 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Selasa WIB (12/8/2015).  Sementara, Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, juga menyerah rubber game 21-12, 13-21, 17-21 kepada unggulan kesembilan Son Wan-ho dari Korea Selatan.

Kedua pebulu tangkis tersebut lolos karena rankingnya masuk dalam 24 besar. Hanya, saat ini, Tommy dan Hayom sudah tak digembleng di Pelatnas Cipayung dan kembali ke klubnya masing-masing.

Pelatnas Cipayung sendiri belum bisa menempatkan wakilnya dalam Kejuaraan Dunia. Ranking yang dimiliki Jonatan Christie, Firman Abdul Kholik, maupun Ihsan Maulana Mustofa dan Anthony Ginting masih jauh dari kualifikasi.

Kali terakhir, wakil Indonesia yang menjadi juara dunia adalah Taufik Hidayat. Legenda hidup bulu tangkis tanah air tersebut menundukkan Lin Dan dari Tiongkok dengan 15-3, 15-7 dalam ajang yang dilaksanakan di Anaheim, Amerika Serikat.

Saat itu, sistem pertandingan masih memakai game 15. Setelah itu, Kejuaraan Dunia memakai sistem reli poin dengan game 21. Perubahan sistem tersebut membuat Indonesia tak lagi menempatkan dutanya menjadi pemenang. (*)


Tunggal putra Indonesia yang jadi juara dunia
1980: Rudy Hartono

1983: Icuk Sugiarto

1993: Joko Suprianto

1995: Haryanto Arbi

2001: Hendrawan

2005: Taufik Hidayat

Unggulan yang Paling Lama Tampil

Hendra/Ahsan dipaksa tampil tiga game (foto; PBSI)
INDONESIA menaruh harapan tinggi kepada Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Keduanya jadi tumpuan menjadi penyelamat muka tuan rumah dengan menjadi juara di nomor ganda putra dalam Kejuaraan Dunia 2015.

Target tersebut wajar karena Hendra/Ahsan merupakan juara dunia 2013. Kualitas keduanya pun masih di level tinggi.

Namun, asa tersebut nyaris berantakan. Pasangan yang diunggulkan di posisi ketiga tersebut harus berjuang ekstrakeras untuk bisa mengalahkan wakil Prancis Baptiste Careme/Ronan Labar dengan tiga game 19-21, 21-17, 21-18. Pertarungan itu memakan waktu 55 menit.

Di antara para unggulan ganda putra, laga Hendra/Ahsan paling lama. Unggulan teratas Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong hanya butuh waktu 30 menit untuk menundukkan Andries Malan/Willem Viljoen (Afrika Selatan) dengan 21-14, 21-10. Sementara, rival berat lain Hendra/Ahsan, Fu Haifeng/Zhang Nan hanya butuh waktu lebih singkat, 26 menit, untuk menghentikan perlawanan Michael Fuchs/Johannes Schottler dengan 21-13, 21-8.

Secara ranking, sebenarnya Hendra/Ahsan tak perlu harus tampil memeras keringat dan menguras energi. Ranking Baptise/Ronan jauh di bawah kedua, yakni 34. Sementara, Hendra/Ahsan di posisi ketiga.

Di babak ketiga,Hendra/Ahsan tak boleh kembali lengah dan lambat panas. Alasannya, mereka akan bersua dengan pasangan yang lebih tangguh, Kenta Kazuno/Kazushi Yamada.

Pasangan Jepang tersebut menduduki unggulan ke-14. Di babak kedua, mereka melibas Adrian Liu/Derrick Ng (Kanada) 21-18, 21-13.

Hendra/Ahsan pernah sekali berhadapan dengan pasangan Negeri Sakura, julukan Jepang, tersebut. Itu terjadi di Hongkong Super Series 2014. Hasilnya, Hendra/Ahsan menang dua game langsung 21-12, 21-15. (*) 

Juara Bertahan Sudah Kehilangan Satu Game

KEJUTAN besar nyaris terjadi di tunggal putri dalam Kejuaraan Dunia 2015. Juara bertahan Carolina Marin asal Spanyol sempat kalah di game pertama 19-21 atas wakil Malaysia Tee Jing Yi dalam babak II.

Untung, di game kedua dan ketiga dalam pertandingan yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Selasa (11/8/2015), tersebut, Marin akhirnya menang 21-14, 21-13. Pertandingan itu menjadi yang terpanjang durasinya di hari kedua.

Di atas kertas, sebenarnya Jing Yi bukan lawan yang sepadan bagi Marin. Dari ranking dunia terbaru, dia hanya di posisi 58 sedangkan Marin di tangga teratas.

Hanya, tahun lalu, dalam ajang yang sama, Kejuaraan Dunia, yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark, Jing Yi juga merepotkan Marin. Ketika itu, Marin juga menang rubber game dengan 21-18, 16-21, 21-10.

Di babak pertama Kejuaraan Dunia 2015, Marin memperoleh bye. Sementara, Jing Yi menang 21-13, 21-8 atas Jeanine Cicogni.

Pada babak ketiga, Marin, yang kini berusia 22 tahun, bakal di jajal Pai Yu Po. Wakil Taiwan ini di babak kedua menjungkalkan unggulan ke-16 asal Indonesia Maria Febe Kusumastuti dengan 18-21, 21-13, 21-9.

Kekalahan Febe, sapaan karib Maria Febe Kusumastuti, membuat Indonesia tinggal bertumpu kepada Lindaweni Fanetri. Dia baru turun di babak kedua pada Rabu (12/8/2015) melawan unggulan ke-13 Minatsu Mitani.

Ini menjadi perjumpaan ketiga bagi kedua atlet olahraga tepok bulu tersebut. Hasilnya,imbang.  (*)

Tommy Tampil Hati-Hati

Tommy Sugiarto saat menghadapi Pablo Abian
TOMMY Sugiarto melalui hadangan perdana. Wakil Indonesia di nomor tunggal putra tersebut mampu menembus babak kedua Kejuaraan Dunia 2015.

Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Senin WIB (10/8/2015), Tommy unggul dua game langsung 21-16, 21-13 atas wakil Spanyol Pablo Abian. Kemenangan ini juga membuatnya unggul dua kali dalam tiga kali perjumpaan.

Putra salah satu legenda bulu tangkis Indonesia Icuk Sugiarto tersebut pernah dipermalukan Abin dalam Spanyol Open 2011. Tapi, baru empat tahun kemudian, Tommy mampu membalas kekalahan yakni di Rusia Grand Prix.

Di babak kedua, Tommy, yang diunggulkan di posisi ke-15 akan ditantang Wei Nan. Di babak pertama, pebulu tangkis Hongkong tersebut harus berjuang tiga game 21-19, 24-26, 21-18 untuk bisa menyingkirkan  Howard Shu dari Amerika Serikat.

Secara ranking, Wei Nan masih di bawah Abian. Namun, secara kemampuan, dia masih di atas pebulu tangkis Negeri Matador, julukan Spanyol, itu.

Wei Nan bisa menjadi batu ganjalan bagi Tommy. Penampilan mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut masih belum mantap.

Cedera bahu yang pernah menimpa membuat dia tampiil ekstrahati-hati.Sehingga,di game pertama, Tommy sempat keteteran. (*)

Marin-Kevin Paling Favorit

Carolina Marin (dua dari kiri) dan Kevin Sanjaya (kanan)
KEJUARAAN Dunia 2015 baru dimulai pada Senin (10/8). Tapi, Carolina Marin dari Spanyol sudah menjadi pemenang.

Tapi, itu beda ajang. Juara dunia tunggal putri 2014 tersebut terpilih sebagai pebulu tangkis favorit yang dikoordinasi oleh PBSI. Di sektor putra, Kevin Sanjaya yang terpilih. Sayang, beda dengan Marin, pebulu tangkis spesialis ganda tersebut tak ikut ambil bagian dalam Kejuaraan Dunia 2015 yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, karena rankingnya belum mencukupi.

Dalam pemilihan itu, Marin mengalahkan Ratchanok Intanon, juara dunia tunggal putri 2013, dan Lee Yong-dae, pebulu tangkis spesialis ganda dari Korea Selatan. Marin memperoleh suara 22.501 sedangkan Intanon (22.425), dan Lee Yong Dae (15,362).

Sedangkan Kevin mengungguli seniornya, Mohammad Ahsan, dan pebulu tangkis tunggal putra masa depan Indonesia Jonatan Christie. Lelaki binaan Djarum Kudus tersebut mendapatkan suara 30.641 Pasangan Markus ''Sinyo'' Fernaldi ini unggul jauh atas Ahsan yang hanya mendapatkan suara 15.15 dan Jonatan (12.438.

''Terima kasih atas penghargaan yang diberikan kepada saya. Kepada semua fans saya, terima kasih atas dukungan dan ini akan menamah motivasi dan berharap bisa tampil lebih baik,'' kata Kevin seperti dikutip dari situs BWF usai acara penghargaan yang dibarengkan dengan Welcome Dinner Kejuaraan Dunia 2015 yang dilaksanakan 8 Agustus malam itu.

Marin sendiri juga mengungkapkan terima kasihnya kepada badmintonmania di Indonesia.

Dalam acara itu juga hadir Gubernur DKI Jakarta Basuki ''Ahok'' Tjahaja Purnama serta Presiden BWF Poul-Erik Hoyer. Voting pebulu tangkis favorit tersebut mulai dilaksanakan 9 Juli hingga 2 Agustus 2015. (*)

Borong Gelar pun Tiongkok Bisa

Zhang Nan/Zhao Yunlei (foto:twitter)
TIONGKOK mulai mengikuti Kejuaraan Dunia pada 1983. Artinya, negeri dengan penduduk terpadat di dunia tersebut hanya absen pada dua kali pagelaran yakni 1977 dan 1980.

Kali pertama, Tiongkok langsung membuat kejutan dengan meraih dua gelar. Yakni tunggal putri melalui Li Lingwei dan Lin Xing/Wu Dixi (ganda putri).

Bahkan, pada tiga kali Kejuaraan Dunia yakni 1987, 2009, dan 2011, Negeri Panda, julukan Tiongkok, menyapu bersih lima gelar. Tahun lalu di Kopenhagen, Denmark, pasukan binaan Li Yongbo tersebut membawa pulang tiga posisi juara yakni Chen Long (tunggal putra), Tian Qing/Zhao Yunlei (ganda putri), dan pasangan ganda campuran Zhang Nan/Zhao Yunlei.

Dalam Kejuaraan Dunia 2015, kans Tiongkok mengulangi sukses tetap terbuka. Memborong semua juara pun bukan mustahil. Selain itu, bakal terjadinya final sesama wakil Tiongkok tetap ada.

Kemampuan pebulu tangkisnya memungkinkan itu. Meski hanya Chen Long dan Zhang Nan/Zhao Yunlei yang diunggulkan di posisi teratas dalam event yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada 10-16 Agustus tersebut.

Seperti di tunggal putra. Labilnya Lin Dan tak menutup baginya untuk kembali mengukir rekor menjadi juara dunia enam kali beruntun. Hanya, itu sudah tak mudah lagi.

Begitu juga dengan Li Xuerui di tunggal putri. Dua kali finalis terakhir itu bisa bangkit dan naik ke podium  juara. (*)

Koleksi Tiongkok di Kejuaraan Dunia
1983: 2   

1985: 3

1987: 5

1989: 4

1991: 3

1993: 1

1995: 1

1997: 3

1999: 2

2001: 3

2003: 3

2005: 2

2006: 4

2007: 3

2009: 4

2010: 5

2011: 5

2013: 2

2014: 3

Malaysia Putar Liga Junior

BERLAGA: Gregoria Mariska (foto:twitter)
MALAYSIA punya liga bulu tangkis profesional. Tapi, negeri jiran tetap melupakan pembinaan junirnya.

Mulai 15 Agustus,BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia) akan menggulirkan Junior Purple League. Rencana semula, ada klub yang akan ikut ambil bagian.

Sayang, Bangsar Hawks memutuskan mundur di akhir-akhir. Sehingga, klub olahraga tepk bulu yang bakal ikut ambil bagian adalah  Ampang Jaya BC, Cheras BC, Kajang BC, Kepong BC, Klang United BC, Nusajaya BC, Petaling BC, Petaling Jaya BC, Puchong United BC, Serdang BC, dan juara bertahan Muar City BC.

Para pebulu tangkis junior papan atas Malaysia akan turun lapangan, termasuk peraih perunggu SEA Games 2015  Goh Jin Wei. Gadis 18 tahun tersebut akan membela Serdang. Ini tahun keduanya memperkuat klub yang dimanajeri mantan pebulu tangkis nasional Malaysia Ong Ewe Hock tersebut.

''Jin Wei menunjukkan penampilan yang bagus tahun lalu dan juga di SEA Games. Liga bulu tangkis junior ini akan bagus untuk perkembangan pebulu tangkis di BAM,'' tegas Ketua Purple League Datuk Jack Koh.

Setiap tim hanya dibatasi mendaftarkan delapan pebulu tangkis asing. Tak lupa, wakil dari Indonesia seperti Jonatan Christie dan Firman Abdul Kholik (tunggal putra), Gregoria Mariska serta Ruselli Hartawan (tunggal [putri) ikut ambil bagian. Ada juga runner-up Kejuaraan Asia Pornpawee Chochuwong dari Thailand.

Selain itu, pebulu tangkis dari Taiwan, Hongkong, Jepang, Syria, dan Filipina pun akan menunjukkan kebolehan. Junior Purple League berakhir pada 18 Oktober. (*)