WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Angga/Rian Menunggu Vonis

DOWN: Angga Pratama (kiri)/Rian Agung  (foto: PBSI)
POSISI Angga Pratama/Rian Agung Saputro di Pelatnas Cipayung semakin tertekan. Kegagalan demi kegagalan teus ditelan ganda nomor dua di kawah candradimuka Pelatnas Cipayung tersebut.
 Terakhir, Angga/Rian kembali gagal naik ke podium terhormat dalam Australia Super Series 2014. Pada pertandingan yang dilaksanakan di States Sports Centre pada Rabu waktu setempat (25/6), mereka langsung tersingkir di babak pertama.
 Angga/Rian dipermalukan pasangan Jepang Kenta Kazuno/Kazushi Yamada 20-22, 17-21. Selama 2014, hasil yang dicapai dalam turnamen berhadiah total USD 750 ribu tersebut merupakan yang terburuk. Sebelumnya, Angga/Rian mentok di babak kedua dalam dua turnamen yakni India Super Series dan Singapura Super Series.
 Kegagalan di Negeri Kanguru, julukan Australia, ini juga menambah panjang paceklik gelar mereka. Kali terakhir, Angga/Rian juara di Indonesia Grand Prix Gold 2013. Selain itu, mereka datang ke Australia juga dengan status juara bertahan. Hanya, tahun lalu, kejuaraan yang dilaksanakan di Sydney tersebut masih berada di level grand prix gold.
 Sebenarnya, jika menang, Angga/Rian besar kemungkinan besar bersua dengan musuh beratnya asal Korea Selatan Kim Ki-jung/Kim Sa-rang. Pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut tak bisa dikalahkan dalam tiga pertemuan.
 Pada babak kedua Australia Super Series 2014, Indonesia hanya menyisakan Markis Kido/Markus ‘’Sinyo’’ Fernaldi. Dalam penampilan perdananya, pasangan yang diunggulkan di posisi keenam tersebut menang dua game 21-15, 21-18 atas Philip Chew/Sattawat Pongnairat (AS).
 Untuk bisa menembus perempat final, Kido/Sinyo akan bersua dengan Goh V Shem/Tan Wee Kiong. Pasangan Malaysia ini melibas Magnaye Peter Gabriel/Paul Jeerson (Filipina) 21-12, 21-9. (*)

Mendadak Ikuti Jejak Ahsan/Hendra

MUNDUR: Tontowi (kanan)/Liliyana (foto:victor)
PP PBSI  tengah membenahi kekuatan. Buktinya, para andalannya di nomor ganda putra dan ganda campuran batal berlaga dalam Australia Super Series 2014.
 Setelah Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan mengundurkan diri, kali ini giliran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir melakukan langkah serupa dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 750 ribu tersebut. Hanya, bedanya, posisi Hendra/Ahsan masih bisa digantikan pasangan Filipina Philip Joper/Ronel Estanislao. Sedangkan, posisi Tontowi/Liliyana tak bisa digantikan karena mendadak. Ini membuat lawannya, Phillip Chew/Jamie Subandhi dari Amerika Serikat (AS), langsung lolos ke babak kedua tanpa memeras keringat.
 Tampaknya, kegagalan di Indonesia Open Super Series 2014 membuat Tontowi/Liliyana tak sembarangan dikirim ke berbagai event. Dalam turnamen yang juga menyediakan hadiah utama USD 750 ribu tersebut, Tontowi/Liliyana gagal menjadi juara.
 Bermain di depan publiknya sendiri, mereka dipermalukan pasangan Tiongkok yang menjadi musuh beratnya, Xu Chen/Ma Jin, dari Tiongkok pada babak semifinal. Mereka menyerah 21-18, 12-21, 15-21.
 Sebelum berlaga di Indonesia, pada April lalu, Tontowi/Liliyana sukses naik ke podium terhormat dalam Singapura Super Series. Kini, PP PBSI berharap agar Tontowi/Liliyana hanya konsentrasi kepada Kejuaraan Dunia 2014 yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark, 25-30 Agustus.
 Apalagi, status pasangan tersebut merupakan juara bertahan. Selain itu, pada Juli mendatang, tidak ada turnamen super series premier yang mewajibkan Tontowi/Liliyana turun.
 Dengan absennya mereka, di Australia Super Series 2014, Indonesia hanya mengandalkan Riki Widianto/Richi Dili Puspita dan Markis Kido/Pia Zebadiah. Keduanya pun sudah lolos ke babak kedua.
 Dalam pertandingan yang dilaksanakan di States Sports Centre pada Rabu waktu setempat (25/6), Riki/Puspita menang dua game langsung 24-22, 21-13 atas Kim Ki-jung/Kim So-young (Korea Selatan). Ini menjadi pertemuan perdana bagi kedua pasangan.
 Sayang di babak kedua, Riky/Dilli, yang kini terperosok di posisi 16, akan bertemu dengan Kido/Pia. Ini setelah pasangan kakak beradik tersebut menang 21-16, 21-19 atas pasangan Jerman Peter Kaesbauer/Isabel Herttrich. Dalam dua kali pertemuan, Kido/Pia selalu menang yakni di Indonesia Grand Prix Gold 2012 dan Thailand Grand Prix 2013.(*)

Lolos tanpa Keluar Keringat

FEBRIYAN Irvannaldy beda dengan para unggulan. Pebulu tangkis asal Wima, Surabaya, itu  tak perlu memeras keringat untuk bisa menembus babak II.
Febriyan (foto:sidiq)
 Ini dikarenakan lawannya, Alvindo Saputra, dari Tangkas Jakarta mengundurkan diri dalam pertandingan Sirkuit Nasional (Sirnas) Jawa Tengah di Sritex Arena, Solo, pada Selasa waktu setempat (24/6).
 Pada babak kedua yang dilaksanakan Rabu  (25/6), Febri, sapaan karib Febriyan Irvannaldy, akan dijajal M. Hadiyat Mustaqien (SGS Bandung) yang di babak pertama menang rubber game 21-10, 19-21, 21-10 atas wakil Latansa Lebak Eric Romadon.
 Dalam seri yang dilaksanakan di Kota Bengawan, julukan Solo, itu, Febri diunggulkan di posisi kedua. ‘’Unggulan teratas tetap diduduki Alamsyah Yunus,’’ kata Febri.
 Pada babak perdana, Alamsyah juga tak mengalami hambatan berarti. Dia mengalahkan Rohmat Abdul Rohman(Exist) dengan straight game 21-17, 21-18. Kemenangan ini membuat mantan penghuni Pelatnas Cipayung itu bersua Muh Sulton (Mutiara Bandung), yang menang 21-12, 21-19 atas rekan Febri, Rizky Antasari.
 Pada Seri Jawa Tengah ini, Pelatnas Cipayung juga menurunkan wakilnya. Mereka adalah Muhammad Bayu Pangisthu, Anthony Sinusuka Ginting, dan Firman Abdul Kholiq. Ketiga juga menembus babak II. (*)

Tak Mau Bertemu Yong-dae/Yeon-seong

NYALI: Hendra Setiawan (kanan)/Ahsan (foto:PBSI)

TIDAK ada nama Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di Australia Super Series 2014. Mulai Selasa pagi (24/6), nama pasangan Pelatnas Cipayung tersebut digantikan Philip Joper Escueta/Ronel Estanislao dari Filipina.
 Ini tentu sangat mengejutkan. Alasannya, selama ini, Hendra/Ahsan belum pernah mundur dari jadwal turnamen yang diagendakan.
 Bisa jadi, ini imbas dari kegagalan meraih juara dalam dua turnamen terakhir, Jepang Super Series 2014 dan Indonesia Super Series Premier 2014.
 Ironisnya, lawan yang mengalahkannya sama, Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong, dari Korea Selatan. Skor pertemuan kedua pasangan pun sangat jomplang.
 Hendra/Ahsan hanya menang sekali dalam lima kali pertemuan. Satu-satunya hasil manis dipetik pasangan merah putih tersebut dalam putaran final Piala Thomas 2014 yang dilaksanakan di New Delhi, India, Mei lalu.
 Sebenarnya, peluang Hendra/Ahsan untuk bisa bertemu pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, di Australia Super Series 2014 terbuka. Ini disebabkan,kedua pasangan menghuni grup atas. Hendra/Ahsan menempati unggulan pertama dan Yong-dae/Yeon-seong diunggulkan di posisi keempat.
 Memang, Yong-dae/Yeon-seong menjadi momok bagi ganda putra terbaik Indonesia tersebut. Dua gelar bergengsi, juara dunia 2013 dan juara All England Super Series 2014 digapai karena tak bersua dengan mereka.
 Bahkan, juara All England Super Series 2014 dipetik ketika Yong-dae/Yeon-seong tak tampil. Ini dikarenakan Yong-dae masih menjalani sanksi akibat menolak menjalani tes doping.
 Dengan mundurnya Hendra/Ahsan, di Australia Super Series 2014, Indonesia bertumpu kepada Markis Kido/Markus ‘’Sinyo’’ Fernaldi dan Angga Pratama/Rian Agung Saputro. Pasangan terakhir menyandang status juara bertahan. Hanya, tahun lalu, event ini masih bertitel grand prix gold.  (*)

Gagal Tambah Wakil di Babak Utama

TERHENTI: Wisnu Yuli (foto:victor)

INDONESIA gagal menambah wakil di babak utama nomor tunggal putra Australia Super Series 2014. Satu-satunya wakil merah putih di babak kualifikasi, Wisnu Yuli, terhenti langkahnya di babak final.
 Ucil, sapaan karib Wisnu Yuli, menyerah dua game yang mudah 11-21, 6-21 kepada wakil Jepang Riichi Takeshita di States Sports, Sydney, pada Selasa siang waktu setempat (24/6).
 Sebenarnya, pada pertandingan perdana, Ucil sudah menundukkan Daniel Guda (Australia) dengan 21-19, 21-9. Kekalahan ini membuat pebulu tangkis binaan Surya Baja, Surabaya, tersebut rekornya menjadi 1-2.
Ucil pernah mengalahkan Riichi pada Indonesia Grand Prix Gold 2012. Sayang, pada Singapura Super Series, dia gagal mengulangi.
 Pekan lalu, dalam Indonesia Super Series Premier 2014, Ucil mampu menembus babak kedua. Ini yang membuat dia pun dipercaya berlaga di Negeri Kanguru, julukan Australia.
 Sebenarnya, jika lolos, pebulu tangkis yang pernah membela Jawa Timur di ajang PON 2012 itu bakal berhadapan dengan Brice Leverdez asal Prancis. Meski kalah peringkat, secara skill, Ucil masih lebih unggul.  Dalam ranking BWF terakhir, Ucil ada di posisi 133 sementara lawannya di posisi 32.
 Dengan tumbangnya Ucil ini, di babak utama, Indonesia bertumpu kepada Tommy Sugiarto dan Simon Santoso. Dalam turnamen berhadiah USD 750 ribu ini, Tommy diunggulkan di posisi ketiga.
 Pada babak pertama, putra legenda bulu tangkis Indonesia Icuk Sugiarto itu akan ditantang Mohammad Arif Abdul Latif yang lolos dari babak kualifikasi. Dari enam kali pertemuan, Tommy menang lima kali.
 Sayang, kekalahan itu ditelan Tommy dalam pertemuan terakhir di Taiwan Open 2012. Yang bisa membuat tunggal terbaik Indonesia saat ini bisa kalah lagi adalah kondisinya yang masih meragukan. Cedera yang dialami membuat dia tak pernah bisa tampil optimal. Di Piala Thomas, Tommy seakan menjadi kartu mati. Diharapkan menyumbang poin di laga krusial, dia malah kalah.
Terakhir, Tommy hanya sampai pada babak kedua Indonesia Super Series Premier. Padahal, dia diharapkan mampu melangkah lebih jauh.
 Sementara, Simon pada babak pertama akan bersua dengan pebulu tangkis  Jepang  Kazumasa Sakai. Kini, jalan lelaki asal Tegal, Jawa Tengah, tersebut terus melaju terbuka lagi. Unggulan kedua Kenichi asal Negeri Matahari Terbit,julukan Jepang, mengundurkan diri. (*)

Jajal Sistem Baru mulai Agustus

TERUS BERGANTI: Skoring di bulu tangkis.

BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terus melakukan inovasi. Mereka akan  memakai sistem skor yang baru mulai Agustus mendatang.
 Sistem yang dipakai nanti adalah 5x11. Namun, kemenangan tiga game sudah cukup untuk menundukkan lawannya. Selain itu, sistem baru tersebut juga takada deuce atau selisih dua jika skor imbang di poin-poin terakhir.
 ‘’Dari pertemuan BWF pada 30 Mei lalu telah disetujui untuk memakai sistem baru,’’ terang BWF dalam pernyataannya.
 Presiden BWF Poul-Erik Hoyer mengatakan bahwa sistem baru ini akan membuat persaingan bakal semakin ketat. Dia menambahkan, sistem 5x11 ini bakal dicoba dalam beberapa turnamen kecil antara Agustus hingga November.
 Setelah itu,tambah Poul, hasilnya akan dikonsultasikan layak dilakukan apa tidak.
Sebelumnya, sistem skor di bulu tangkis sudah mengalami beberapa perubahan. Semula,game 15 dengan dua set kemenangan, Hanya, di tunggal putri, poin kemenangan di angka 11.
 Setelah itu, sempat dipakai game 7 dengan tiga set kemenangan. Inovasi ini belum tuntas.
 BWF pun memperkenalkan sistem reli poin dengan poin terakhir 21. (*) 

Jalan Firda Lakukan Revans

MUSUH LAMA: Adriyanti Firdasari

CAROLINA Marin bagai mimpi buruk bagi Adriyanti Firdasari. Dalam dua kali pertemuan tahun lalu, di Indonesia Super Series Premier dan Kejuaraan Dunia, Firda, sapaan Karin Adriyanti Firdasari, selalu kalah.
 Padahal, asal Marin bukan dari sebuah negara yang kuat di bulu tangkis. Dia berasal dari Spanyol.
 Namun, dia semakin matang setelah tahun lalu menima ilmu di Indonesia.  Hasilnya,  gadis 21 tahun itu mampu menjadi juara Eropa 2014. Ini membuatnya jadi pebulu tangkis Spanyol yang mencetak sejarah dengan menjadi juara Benua Putih, julukan Eropa.
 Dia pun sempat menembus 10 besar. Saat ini, dari ranking terbaru yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Marin ada di posisi 11.
 Tapi, bukan berarti Marin tak bisa dikalahkan. Kini, penampilan Firda kembali menanjak.
 Kans mantan pebulu tangkis Pelatnas Cipayung itu pun untuk melakukan revans sekaligus memperkecil rekor pertemuan pun terbentang luas saat keduanya bertemu di babak pertama Australia Super Series 201. Apalagi, dalam drawing (undian) terakhir, Firda menjadi pebulu tangkis yang bisa diandalkan bisa berbicara banyak di nomor tunggal putri.
 Ini setelah dua wakil Pelatnas Cipayung, Bellaetrix Manuputty dan Lindaweni Fanetri, mengundurkan diri. Sebenarnya, masih ada Millicent Wiranto.
 Sayang, undian kurang berpihak dengannya. Millicent langsung menantang unggulan teratas Wang Shixian asal Tiongkok. (*)

Tantangan Berat Simon Obati Kegagalan

TERJAL: Simon Santoso (foto:sidiq)

SIMON Santoso mencari pelampiasan di Australia Super Series 2014. Dia bakal turun dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 750 ribu tersebut.
 Hanya, langkah terjal bakal mengiringi perjalanannya di  States Sports Centre, Sydney. Pada babak pertama, Simon akan dijajal Kazumasa Sakai dari Jepang.
 Simon belum pernah bersua dengan pebulu tangkis berperingkat 62 dunia tersebut. Namun, kemampuannya tetap tak boleh di pandang sebelah mata. Dalam Jepang Super Series 2014, Sakai mencuri satu game saat berhadapan dengan legenda tunggal putra asal Tiongkok Lin Dan.
 Jika menang atas Sakai, lawan berat kembali siap menghadang Simon. Besar kemungkinan, lelaki yang kini duduk di ranking 27 dunia itu berhadapan dengan unggulan kedua yang juga berasal dari Jepang Kenichi Tago. Pada babak pertama, dia dijajal Lee Dong-keun dari Korea Selatan. Di Jepang Super Series 2014, Tago mengalahkan lawannya itu dengan 21-12, 22-24, 21-8.
 Bagi Simon, Tago bukan lawan yang asing. Kedua pebulu tangkis punya rekor pertemuan 2-2.
 Hanya, dalam dua kali pertemuan terakhir, Simon selalu kalah. Pil pahit tersebut ditelannya di Piala Sudirman 2011 dan Malaysia Open 2012.
 Selain itu, Tago tengah on fire. Dalam Indonesia Super Series Premier 2014, dia mampu lolos ke babak final. Sayang, di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (22/6), Tago harus mengakui ketangguhan Jan O Jorgensen (Denmark) dengan 21-18, 21-18.
Tago juga menjadi kunci Negeri Sakura, julukan Jepang, menjadi juara Piala Thomas 2014. Ini menjadi gelar perdana bagi negerinya dalam ajang perebutan trofi lambang supresmasi  beregu putra itu.
 Sementara, Simon juga tengah moncer. Selama 2014, dia sudah mengoleksi dua gelar yakni Malaysia Grand Prix Gold dan Singapura Super Series. Menariknya, kedua posisi terhormat itu digapai setelah dia didepak dari Pelatnas Cipayung.
 Kini, Simon pun kembali ke sana. Hanya, saat dia balik ke kawah candradimuka bulu tangkis Indonesia itu, lelaki asal Tegal, Jawa Tengah, itu kembali menerima kado kegagalan. Langkahnya dihentikan Hu Yun (Hongkong) di babak kedua Indonesia Super Series Premier. (*)

Noda setelah Bergulir 32 Tahun

TAK MAIN: Ma Jin/Tan Yuanting (foto:thestar)

INDONESIA Super Series Premier 2014 mencatat dua noda. Ironisnya, itu terjadi di babak final.
 Satu aib tentunya kekalahan pasangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan pada nomor ganda putra. Pil pahit ini membuat tuan rumah gagal menyabut satu gelar pun dalam turnamen yang berhadiah total USD 750 ribu tersebut.
 Yang satu lagi adalah kemenangan yang diperoleh pasangan Tiongkok Tian Qing/Zhao Yunlei atas rekan senegaranya Ma Jin/Tang Yuanting. Tian/Zhao naik ke podium terhormat tanpa memeras keringat alias menang walkover (WO).
 Dalam sejarah Indonesia Open (sebutan familiar Indonesia Super Series Premier 2014), belum pernah ada pertandingan final yang urung dilaksanakan. Padahal, turnamen kebanggaan Indonesia itu sudah dilaksanakan sejak 1982 atau 32 tahun lalu.  Semua pemenang akan memperoleh medali setelah mereka berpeluh keringat di lapangan pada babak pemungkas.
 Memang, sebenarnya, aksi kemenangan WO atas sesama wakil Tiongkok ini bukan hal yang baru. Sudah banyak terjadi jika All Chinas Finals tersebut, mereka memilih salah satu mengundurkan diri.
 Sayang, hingga saat ini, BWF selaku pemegang otoritas bulu tangkis di atas bumi ini belum pernah menjatuhkan sanksi. Ini disebabkan belum ada aturan yang bisa membuat Negeri Tembok Raksasa, julukan lain Tiongkok, terkena sanksi.
 Ketua Bidang Pertandingan dan Perwasitan PP PBSI Eddyanto Sabarudin ketika ditanya masalah ini belum memberikan jawaban. Saat coba di SMS tak ada balasan dan ketika ditelepon tidak diangkat. (*)

Ukir Sejarah dengan Dua Gelar

PODIUM: Joachim Fiscer Nielsen/Christinna Pedersen

DENMARK mengukir sejarah di Indonesia Open. Dalam turnamen yang tahun ini mempunyai titel resmi BCA Indonesia Open Super Series Premier 2014 tersebut mampu membawa pulang dua gelar.
 Posisi terhormat tersebut disumbangkan dari nomor tunggal putra melalui Jan O Jorgensen dan pasangan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen dari  ganda campuran. Dalam final yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Minggu WIB (22/6), dia mengalahkan Kenichi Tago (Jepang) dengan straight game 21-18, 21-18.
 Kemenangan di Jakarta ini membuat dia sudah mengoleksi dua gelar selama 2014. Sebelumnya, Jorgensen menjadi juara Eropa.
 Tahun lalu, Jorgensen juga menjadi juara di level super series dengan memenangi Prancis Super Series 2013. Kebetulan, lawan yang dikalahkannya di babak final juga Tago.
 Jorgsen juga menjadi tunggal Denmark atau pun juga Eropa yang mampu naik ke podium terhormar di Indonesia Open. Pebulu tangkis sekelas Peter Gade di masa jayanya pun belum pernah melakukannya.
 Sementara, di nomor ganda campuran, Joachim/Christinna harus bertarung tiga game 18-21,21-16, 21-14 atas Xu Chen/Ma Jin dari Tiongkok. Ini menjadi kemenangan keenam mereka dari 12 kali pertemuan dengan pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut.
 Gelar di Indonesia juga menjadi yang kedua selama 2014.  Sukses diraih Joachim/Christinna di India Super Series. Dalam babak pemungkas, mereka mengalahkan Ko Sung-hyun/Kim Ha-na dari Korea Selatan.
 Selama Indonesia Open brgulir, Denmark hanya sekali meraih gelar yakni pada 1991 di nomor ganda campuran melalui Thomas Lund/Pernille Dupont. Di babak final, mereka mengalahkan pasangan  tuan rumah Aryono Miranat/Eliza. (*)

Gagal Total Kembali Terulang

TUMBANG: Hendra memeluk Ahsan (foto:chinadaily)

INDONESIA kembali gagal total di kandang sendiri. Hendra Setiawan dkk gagal meraih sekeping medali pun dalam turnamen Indonesia Super Series Premier 2014.
 Hendra/Mohammad Ahsan yang  yang jadi tumpuan akhirnya tersandung di babak final ganda putra. Menempati unggulan teratas, mereka dipermalukan pasangan Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong dengan dua game langsung 15-21, 17-21 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Minggu petang WIB (22/6).
 Ini menjadi kekalahan kelima Hendra/Ahsan dari pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut. Kali terakhir, juara dunia 2013 tersebut menyerah di final Jepang Super Series 2014 pekan lalu di Tokyo.
 Sebenarnya, PP PBSI memasang target juara di dua nomor, ganda putra dan ganda campuran. Bahkan, di ganda putra, induk organisasi bulu tangkis tertinggi di Indonesia itu brharap bisa terjadi final sesame pasangan merah putih (All Indonesian Finals).
 Sayang, asa tersebut menguap. Pasangan nomor dua Pelatnas Cipayung Angga Pratama/Rian Agung Saputro sudah tersandung di babak kedua. Begiu juga pasangan muda Berry Anggriawan/Riky Karanda Suwardi.
 Sementara di nomor ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir terhenti langkahnya di babak semifinal turnamen berhadiah total USD 750 ribu tersebut. Unggulan kedua ini  kalah oleh Xu Chen/Ma Jin.
 Selama penyelenggaraan Indonesia Open (sebutan Indonesia Super Series Premer) sejak 1992, merah putih empat kali gagal total yakni 2007, 2009, 2010, dan 2011.  (*)


Hasil Final Indonesia Open Super Series Premier 2014
Tunggal Putra: Jan O Jorgensen (Denmark x3) v Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok x3) 18-21, 21-16, 21-14

Tunggal Putri: Li Xuerui (Tiongkok x1) v Ratchanok Intanan (Thailand x4) 21-13, 21-13

Ganda Putra: Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel x5) v Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia x1) 21-15, 21-17

Ganda Putri:Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x8) v Ma Jin/Tang Yuanting (Tiongkok) WO

Ganda Campuran: Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark x4) v Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok x3) 18-21, 21-16, 21-14
X=unggulan

Lagi-Lagi Tinggal Sisakan Tontowi/Liliyana

KLOP: Chris Adcock/Gabrielle Adcock
 KEJUTAN Kevin Sanjaya/Greysia Polii di Indonesia Super Series Premier 2014 gagal berlanjut. Langkah pasangan ganda campuran anyar Pelatnas Cipayung tersebut terhenti hanya sampai babak kedua.
 Kevin/Greysia harus mengakui ketangguhan Lee Yong-dae/Shin Seung-chan asal Korea Selatan dengan dua game 21-18, 21-17 pada pertandingan yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Kamis waktu setempat (19/6). Sebelumnya, pada babak pertama, (18/6) Kevin/Greysia menumbangkan unggulan pertama sekaligus juara Olimpiade London 2012 asal Tiongkok Zhang Nan/Zhao Yunlei.
 Kekalahan juga ditelan pasangan Praveen Jordan/Debby Susanto. Mereka menyerah tiga game 21-16, 16-21, 11-21 kepada unggulan keempat asal Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen. Ini menjadi kekalahan kedua bagi pasangan merah putih dalam dua kali pertemuan. Pada Malaysia Super Series 2014, Jordan/Debby juga kalah.
 Untung, di nomor ganda campuran, Indonesia masih memiliki Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Juara dunia 2013 tersebut melaju ke babak perempat final berkat kemenangan rubber game 21-11, 22-24, 21-13. Di babak pertama, Tontowi/Liliyana juga dipaksa tampil tiga game oleh Michael Fuchs/Brigit Michels (Jerman).
 Namun, untuk bisa menembus babak semifinal juga bukan tugas yang ringan bagi Tontowi/Liliyana.  Unggulan kedua di Indonesia Super Series Premier 2014 ini akan ditantang Chris Adcock/Gabrielle Adcock.
 Pasangan suami-istri tersebut mampu mengalahkan Tontowi/Liliyana dalam pertemuan terakhir di Prancis Super Series 2013. Saat itu, mereka menang 22-20, 21-17. Ini membalas kekalahan di Singapura Super Series 2013. (*)

Tidak Perlu Tunggu SK

Sony Dwi Kuncoro

KEKALAHAN di babak pertama Indonesia Super Series Premier membuat Sony Dwi Kuncoro siap-siap angkat koper dari Pelatnas Cipayung. Bagaimana perasaan Sony. Berikut petikan wawancaranya.

Setelah 10 tahun di Pelatnas Cipayung, bagaimana perasaan sekarang?
-13 tahun Mas he he he. Ya lumayan sedih. Tapi, semua pemain akan situasi atau keadaan seperti ini. Ya dinikmati saja. Habis ini kan senang dan semangat lagi karena di Surabaya (Surabaya merupakan kota asal Sony)

Tujuan nanti apa, mau balik ke Pelatnas Cipayung?
-Saya mau jadi profesional dulu.

Jadi pemain profesional, biaya sendiri  atau sudah ada sponsor?
-Belum tahu. Nanti nyari sponsor dulu he he he

Sony keluar karena ada orang yang tidak suka ?
-Anggap saja nggak ada. Biar tenang. Biasanya sih kalau gagal, banyak yang senang

Sony sudah dipanggil Ketua Umum PP PBSI atau Binpres PP PBSI?
-Belum. Palingan nggak ada panggilan. PBSI kan sukanya begitu. SK nya saja kadang yang ngasihkan orang lain

SK pencoretan dari Pelatnas Cipayung apa sudah keluar?
-Belum dan nggak tahu kapan keluarnya.

Apa ke Surabaya-nya nunggu SK keluar?
-Gak juga nggak apa-apa he he he. Saya awal Juli ke Surabaya bersama keluarga. (*)

Simon Gagal Ulangi Capaian 2012

PENAKLUK: Hu Yun 
 SEPAK terjang Simon Santoso terhenti kandang sendiri. Setelah tak terkalahkan sejak April dan menjuarai dua turnamen, dia  harus menelan malu.
 Itu setelah Simon dipaksa harus mengakui ketangguhan Hu Yun dari Hongkong dengan rubber game 18-21, 21-13, 20-22 dalam pertandingan babak II Indonesia Super Series Premier 2014 yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Kamis sore WIB (19/9).
 Ini juga menjadi kekalahan pertama yang ditelan Simon dari Hu Yun. Dalam dua kali pertemuan sebelumnya, pebulu tangkis yang kembali dipanggil masuk Pelatnas Cipayung ini selalu menuai hasil manis yakni di Indonesia Super Series 2010 dan India Super Series Premier 2013.
 Kekalahan ini juga membuat Simon gagal mengulangi sukses dua tahun lalu. Saat itu, lelaki asal Tegal, Jawa Tengah, tersebut mampu menjadi juara. Tahun lalu, Simon gagal mempertahankan gelar dengan alasan cedera.
  Namun, harus diakui, performa Hu Yun memang lagi on fire. Pekan lalu, pebulu tangkis yang pernah membela Suryanaga di ajang Superliga Bulu Tangkis Indonesia 2013 tersebut juga mampu menembus babak final Jepang Super Series 2014. Namun, langkahnya dihentikan oleh tunggal putra peringkat satu dunia Lee Chong Wei asal Malaysia. Hasil itu yang membuat Hu Yun pun kembali menembus posisi 10 besar dunia.
 Sebelumnya, dua pebulu tangkis senior di Pelatnas Cipayung, Sony Dwi Kuncoro dan Dionysius Hayom Rumbaka, sudah angkat koper sejak babak pertama Rabu (17/7). Sony menyerah kepada Chong Wei, yang juga unggulan pertama,  dan Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, kalah oleh unggulan kedua asal Tiongkok Chen Long. Hasil tersebut semakin membuat pintu keluar dari Pelatnas Cipayung bagi keduanya terbuka lebar. (*)

Seminggu Jadi Sparring di Klub Jepang

GO INTERNATIONAL: Andre Kurniawan (foto:djarum)
ANDRE Kurniawan Tedjono gagal menembus babak utama Djarum Indonesia Super Series Premier 2014. Dalam final kualifikasi yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Selasa (16/6), dia harus mengakui ketangguhan Chen Yuekun (Tiongkok) dengan dua game langsung 21-15, 21-7.
 ‘’Sebenarnya, lawan nggak bagus. Hanya, main saya lagi kacau,’’ kata Andre kepada smashyes.
 Ini, tambah dia, karena dia baru saja pulih dari cedera lutut. Petaka itu dialaminya di Eropa dua bulan lalu.
 ‘’Cedera sih sudah sembuh.Tapi, kepercayaan memang belum balik,’’ tambah lelaki yang masih tercatat sebagai anggota PB Djarum Kudus itu.
 Meski gagal, sederet agenda sudah menunggu mantan pebulu tangkis Pelatnas Cipayung. Andre bakal bolak-balik Jakarta-Jepang-Jakarta-Taipe.
 ‘’Minggu depan (22/6), saya akan ke Jepang. Tepatnya di Kota Akita. Saya jadi sparring partner, klub Hokuto,’’ ucap Andre.
 Rencananya, dia akan berada di Negeri Sakura, julukan Jepang, selama seminggu. Diharapkan ilmu pemuda 27 tahun tersebut bakal ditularkan kepada pebulu tangkis lokal.
 ‘’Setelah dari Jepang, saya kembali dulu ke Jakarta. Persiapan Taiwan Grand Prix Gold 2014,’’ papar Andre.
 Andre Kurniawan sudah lama malang melintas di luar negeri. Bahkan, sampai saat ini, dia masih sering tampil di ajang kompetisi bulu tangkis Jerman, Bundesliga.
 Dalam ranking terakhir, Andre ada di posisi 58 dunia. Posisi terbaik yang pernah didudukinya adalah 18. (*)

Pintu Keluar Terbuka buat Sony

OUT: Sony Dwi Kuncoro (foto:PBSI)

KEHARMONISAN Sony Dwi Kuncoro dengan Pelatnas Cipayung bakal berakhir. Ini menyusul hasil buruknya dalam Indonesia Super Series Premier 2014.
 Dalam event berhadiah total USD 750 ribu tersebut, Sony langsung tersingkir pada babak pertama. Peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 tersebut kalah dua game langsung 7-21, 11-21 kepada Lee Chong Wei asal Malaysia dalam pertandingan di Istora Senayan, Jakarta, pada Rabu pagi WIB (18/6).
 ‘’Saya minta maaf, belum bisa memberikan yang terbaik,’’ kata Sony kepada smashyes.
 Ini menjadi kekalahan keenam dalam 15 kali pertemuan.Kali terakhir, Sony menang atas andalan negeri jiran tersebut di Hongkong Super Series 2010.
 Di Indonesia Super Series Premier, Sony dan Chong Wei pernah sama-sama merasakan juara. Sony naik ke podium terhormat pada 2008. Sementara, Chong Wei lebih banyak yakni lima kali yakni pada 2007, 2009, 2010, 2011, dan 2013.
 Nasib Sony di Pelatnas Cipayung memang sudah di ujung tanduk. PP PBSI sudah memberi sinyal bakal melakukan perombakan.
 Nama Sony disebut bakal terdepak.Alasannya, permainannya sudah susah ditingkatkan menyusul cedera yang mendera.
 Apalagi, di Indonesia Open Super Series Premier 2014, PP PBSI menargetkan arek Suroboyo tersebut bisa melangkah jauh.
 Sony sendiri juga sudah merasa dirinya bakal angkat kaki dari Pelatnas Cipayung. Dalam status di telepon pintarnya, bapak dua anak itu menulis, Ke Surabaya aku akan kembali. Ini mengisyaratkan Sony balik ke klub asalnya, Suryanaga, Surabaya.
 Sony sendiri sudah hampir 10 tahun digembleng di pelatnas atau sejak usianya masih belasan tahun. Capaian tertingginya adalah menyumbangkan perunggu bagi Indonesia di Athena 2014. (*)

Pasangan Anyar Pulangkan Juara Bertahan

KEJUTAN: Kevin Sanjaya/Greysia Polii (foto:PBSI)


KEJUTAN besar tersaji di Indonesia Super Series 2014 pada Rabu pagi (18/6). Unggulan teratas sekaligus peringkat satu dunia nomor ganda campuran Zhang Nan/Zhao Yunlei asal Tiongkok sudah harus angkat koper.
 Juara bertaan ini dipaksa mengakui ketangguhan pasangan Indonesia Kevin Sanjaya/Greysia Polii dengan tiga game 15-21, 21-18, 23-21 di Istora Senayan, Jakarta. Hebatnya lagi, Kevin/Greysia merupakan pasangan anyar.
 Mereka juga tampil dari babak kualifikasi.  Kevin/Greysia menang dua kali untuk bisa melaju ke babak elite. Dalam penampilan perdananya, Selasa (17/6),pasangan yang membela bendera Pelatnas Cipayung tersebut mengalahkan pasangan Malaysia Mohd Lutfi/Soong Fie Cho dengan rubber game 21-11, 16-21, 24-22. Pada hari yang sama, tiket ke babak utama digapai setelah menundukkan sesama pasangan Indonesia Fran Kurniawan/Shendy Puspa Irawati 19-21, 21-18, 21-15.
 Pada babak kedua, Kevin/Greysia akan menjajal ketangguhan Lee Yong-dae/Shin Seung-chan. Ganda Korea Selatan ini menembus babak kedua setelah menghentikan wakil Indonesia Riky Widianto/Richi Dili Puspita dengan straight game 21-16, 21-14.
 Secara peringkat, Kevin/Greysia tentu tak diunggulkan. Mereka belum mempunyai ranking dunia. Sementara, saat ini, Yong-dae/Seung-chan duduk di posisi 45 dunia.
 Sebelumnya, Kevin lebih dikenal di nomor ganda putra. Tahun ini, dia baru masuk level senior. Pasangan terakhirnya adalah Selvanus Geh. Kevin/Selvanus sudah memperoleh dua gelar yakni Vietnam Challenge dan Selandia Baru Grand Prix Gold.
 Greysia sendiri terakhir lebih konsentrasi di nomor ganda putri. Dia berpasangan dengan Nitya Krishinda dan berada di posisi 10 besar dunia.
 Pada nomor ganda campuran Indonesia Super Series Premier 2014 ini, tuan rumah bertumpu kepada Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Namun, dalam penampilan perdananya, Selasa malam (17/6),mereka nyaris tersungkur. Itu setelah Tontowi/Liliyana dipaksa tampil tiga game 21-16, 18-21, 21-19 atas Michael Fuchs/Brigit Michels (Jerman).
 Untuk bisa menembus babak perempat final, unggulan kedua itu bersua Shin Baek-choel/Jang Ye –na. Pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, itu menang atas Alfian Eko/Annisa Saufika (Indonesia) 21-18, 21-17.
 Dari rekor pertemuan, Tontowi/Liliyana unggul 2-0. Kemenangan dipetik juara dunia 2013 itu di India Super Series 2013 dan Swiss Grand Prix Gold 2013.
Hasil serupa juga dilakoni pasangan Indonesia lainnya, Praveen Jordan/Debby Susanto. Di babak pertama, wakil pelatnas tersebut tampil tiga game Robert Blair/Imogen Banker 21-17, 19-21, 23-21 atas Skotlandia. Pada babak kedua, pasangan yang baru digabungkan awal 2014 itu akan menghadapi unggulan keempat asal Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen, yang di babak pertama me nundukkan Nipitphon Puangpuapech/Puttita Supajirakul (Thailand) 21-8, 15-21, 21-17.
 Dalam pertemuan pertama di Malaysia Super Series Premier 2014, Praveen/Debby kalah dua game langsung 12-21, 19-21. (*)



Reuni Koo Kien Keat/Tan Boon Heong di Kopenhagen

Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (foto:kualalumpuspost)

PASANGAN Koo Kien Keat/Tan Boon Heong telah berpisah sejak Maret lalu. Itu setelah Kien Keat memutuskan mengundurkan diri BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia).
 Namun, keduanya bakal bertemu lagi karena ranking keduanya masuk masuk untuk bisa tampil dalam Kejuaraan Dunia 2014 yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark, pada 25-31 Agustus mendatang. Dalam ranking terakhir, Kien Keat/Boon Heong ada di posisi 24.
 Dari aturan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), tiap negara maksimal mengirim tiga wakil asalkan punya tiga pasangan di 24 besar. Kebetulan, BWF mengizinka Kien Keat/Boon Heong berangkat ke Kopenhagen.  Saat ini, Kien Keat bergabung dengan klub di Thailand.
 Selain Kien Keat/Boon Hong, di posisi 24 besar, Malaysia meloloskan Hoon Thien How/Tan Wee Kiong (posisi 7) dan Goh V Shem/Lim Khim Wah (19).
 Sekjen BAM Ng Chin Chai merestui Kien Keat/Boon Heong bergabung lagi.’’Kami hanya membuang waktu saja kalau tak memberikan izin kepada Kien Keat/Boon Heong,’’ terang dia.
 Pihaknya berharap agar pasangan senior tersebut bisa mengharumkan nama  Malaysia lagi. Seperti yang pernah dicapai dengan lolos ke babal final Kejuaraan Dunia 2010 di Paris, Pancis. (*)

Greysia Kembali ke Ganda Campuran

LAMA: Tontowi Ahmad/Greysia Polii di 2010 (foto:badzine)

GREYSIA Polii kembali merasakan nomor ganda campuran. Namanya tercatat tampil di nomor kombinasi putra-putri itu dalam Indonesia Super Series Premier 2014.
 Greysia dipasangkan dengan Kevin Sanjaya. Pada babak pertama kualifikasi, pasangan anyar ini berhadapan dengan wakil Malaysia Mohd Lutfi/Soong Fie Cho. Nah, jika menang, Kevin/Greysia bakal bersua dengan rekannya sendiri.
 Ini disebabkan dua pasangan Indonesia, Rendra Wijaya/Keshya Nurvita dan Fran Kurniawan/Shendy Puspa Irawati, harus saling jegal di babak perdana. Sebelumnya, Greysia sudah tak lama bertarung di nomor ganda campuran. Di pentas internasional, dia hanya punya dua tandem yakni bersama Flandy Limpele dan Tontowi Ahmad.
 Bersama Flandy, mereka tampil pada 2009. Sedangkan bersama Tontowi, Greysia bahu membahu pada 2011.
 Kini, Flandy telah pensiun sebagai atlet dan Tontowi tampil di ganda campuran bersama Liliyana Natsir, yang mampu menjadi juara dunia dan tiga kali naik ke podium juara All England.
 Meski tampil di ganda campuran, Greysia tetap berlaga di ganda putri. Malah, bersama Nitya Krishinda, keduanya diunggulkan di posisi ketujuh.
 Pada babak pertama, Greysia/Nitya bersua pasangan Singapura Fu Mingtian/Vanessa Neo. Ini menjadi pertemuan perdana kedua pasangan.
 Hanya, dari ranking dua, Greysia/Nitya lebih unggul. Mereka ada di posisi kesepuluh sementara lawannya di ranking 35.
 Selain Greysia/Nitya, di babak utama tunggal putri, Indonesia diwakil Devi Tika/Keshya Nurvita, Suci Rizky Andini/Tiara Rosalia, Pia Zebadiah/Rizki Amelia Pradipta, dan Anggia Shitta/Della Destiara Haris,  (*)

Simon Tak Perlu Harus Tampil Dua Kali

Simon Santoso (foto:PBSI)

TIDAK ada nama Simon Santoso di babak kualifikasi. Namun, bukan berarti, lelaki asal Tegal, Jawa Tengah, tersebut mundur dari Indonesia Super Series Premier 2014.
 Ke mana Simon? Dalam undian terakhir, pebulu tangkis yang kembali dipanggil masuk Pelatnas Cipayung tersebut langsung menembus babak utama turnamen berhadiah total USD 750 ribu tersebut.
 Ini disebabkan adanya pebulu tangkis di babak utama yang mengundurkan diri. Padahal, dalam undian sebelumnya, Simon harus bisa tampil dua kali untuk bisa menembus babak elite.
 Simon menggantikan tempat Du Pengyu asal Tiongkok. Unggulan keenam turnamen yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, 17-22 Juni tersebut mengundurkan diri.
 Selain Du Pengyu, peserta tunggal putra yang mengundurkan diri adalah Gurusaidutt asal India. Posisinya pun ditempati Lee Dong-keun asal Korea Selatan.
 Namun, di babak utama, Simon langsung bertemu lawan berat. Dia berhadapan dengan Marc Zwiebler asal Jerman. Tahun lalu, Zwiebler mampu menembus babak final.Hanya, langkahnya dihentikan tunggal putra nomor satu dunia Lee Chong Wei asal Malaysia.
 Melihat ranking dunia, Simon memang kalah. Saat ini, dia di posisi 28 sementara Zwiebler di tangga ke-12.
 Namun, dari rekor pertemuan, Simon lebih unggul. Dia unggul dua kali dalam dua kali pertemuan yakni di Jepang Open 2004 dan Denmark Super Series 2009.
 Menariknya, Simon dan Zwiebler bahu membahu saat mengantarkan Musica meraih juara Superliga Bulu Tangkis Indonesia 2014 di DBL Arena, Surabaya, Maret lalu.
 Hadirnya Simon ini membuat Indonesia mempunyai tiga wakil di babak utama tunggal putra. Selain Simon, ada nama Sony Dwi Kuncoro dan Dionysius Hayom Rumbaka.
 Hanya, kedua wakil merah putih tersebut tak beruntung dalam undian. Sony dan Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, bersua dengan unggulan atas. Sony menjajal unggulan teratas sekaligus juara bertahan Lee Chong Wei dan Hayom menantang unggulan kedua Chen Long. (*)