WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Jerman Masih Memikat Andre Tedjono


JERMAN masih menjadi tempat favorit bagi Andre Kurniawan Tedjono. Pada 2015, dia tetap akan kembali ke negeri yang pernah terpisah oleh tembok di Kota Berlin tersebut.
 ‘’Saya 2015 kembali ke Jerman lagi. Kompetisi baru dilaksanakan Februari,’’ jelas Andre kepada smashyes.
 Ini berarti sudah empat musim, lelaki asal Magelang, Jawa Tengah, tersebut berada di Jerman. Dua tahun pertama dihabiskan di Bonn Beuel.
 ‘’Sekarang dan tahun lalu ikut Ludinghausen. Tahun lalu, kami mampu menjadi juara Bundesliga,’’ ungkap pemuda 28 tahun tersebut.
 Di Ludinghausen, Andre bergabung dengan pebulu tangkis Belgia yang punya darah Indonesia Yuhan Tan. Selain itu, ada juga Karin Schnasse, Heather Over,dan Matthew Notttingham.
Selain itu, klub juga memberinya kebebasan untuk tampil di berbagai turnamen. Ini membuat pebulu tangkis yang pernah digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut kemampuannya tetap terasah.
 Buktinya, pekan lalu, Andre mampu menjadi juara dalam Italia Challenge 2014. Dalam final yang dilaksanakan 12 Desember di Roma, dia mengalahkan pebulu tangkis Indonesia yang membela bendera Italia Indra Bagus Ade Candra.15-21, 21-18, 21-18. Ini sekaligus menjadi pembalas baginya setelah tahun lalu di event yang sama Andre dipaksa kalah.
Sayang, gelar dari Negeri Pizza, julukan Italia, itu tak banyak mendongkrak rankingnya. Dari rilis yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia). Amdre hanya naik satu setrip ke posisi 46 dunia. (*)

Mimpi Sony Kembali Masuk 10 Besar


SEMANGAT pantang menyerah diusung Sony Dwi Kuncoro. Lelaki asal Surabaya itu berharap bisa menembus kembali ranking 10 besar dunia pada 2015.
 ‘’Mau seperti itu. Meski, juga bukan pekerjaan mudah untuk mencapainya,’’ kata Sony kepada smashyes.
 Namun, jika kembali dalam peak performance-nya, sebenarnya itu bukan hal yang susah bagi Sony. Apalagi, cedera yang sempat membekapnya sudah mulai pulih.
 Buktinya, bapak dua anak tersebut dalam penampilan terakhir masih mampu menembus babak delapan besar Makau Grand Prix Gold 2014.Sayang, langkahnya dihentikan oleh unggulan ketiga asal India HS Prannoy 19-21. 17-21.
 Ini jauh lebih bagus dibandingkan turnamen-turnamen yang diikutinya pada 2014. Dalam dua turnamen super series premier, All England dan Indonesia Open, Sony langsung angkat koper di babak pertama. Begitu juga di Hongkong Super Series atau sepekan sebelum Makau Grand Prix Gold.
 Di All England, peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 itu dikalahkan Wang Zhengming dari Tiongkok 10-21, 10-21. Kemudian di kandang sendiri di Jakarta, Sony takluk 7-21, 11-21 kepada Lee Chong Wei dari Malaysia. Di Hongkong, bapak dua putri menyerah tiga game 21-17,15-21, 14-21.
 Imbasnya, ranking Sony pun merosot drastis.Di awal tahun masih di posisi 14, kini dalam rilis terakhir yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) Sony ada di tangga ke-134. Tentu, ini menjadi tempat yang tidak pas bukan Sony.
 Memang, cedera yang dialaminya dalam Super Series Final 2013, membuat Sony lama absen dan ketika kembali ke lapangan, dia belum fit 100 persen.
 Sony pernah menjadi pebulu tangkis yang disegani dunia. Lelaki 30 tahun itu pernah menjadi runner-up Kejuaraan Dunia 2007 sebelum dikalahkan Lin Dan dari Tiongkok.Dua tahun kemudian, Sony menjadi semifinal dalam event yang sama.
 Gelar Indonesia Super Series Premier pernah disandangnya pada 2008 dan juga Jepang Super Series.Sebelum cedera, tahun lalu, dia mampu menembus dua babak final super series, Malaysia dan Hongkong. (*)

Duh, Terburuk selama 2014

PASANGAN Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan berada dalam fase terburuk. Dari rilis yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada Kamis (18/12), mereka duduk di posisi kelima.
 Ini berarti Hendra/Ahsan melorot tiga peringkah setelah sebelumnya ada di ranking kedua. Posisi ini termasuk mengejutkan.
 Alasannya, dalam penampilan terakhirnya, Hendra/Ahsan mampu menjadi juara Hongkong Super Series 2014. Dalam babak final yang dilaksanakan pada 23 November, mereka menundukkan pasangan Tiongkok Liu Xiaolong/Qiu Zihan.
 Selain itu, sejak Januari 2014, ranking terburuk Hendra/Ahsan adalah turun ke posisi ketiga pada Novenber lalu. Namun, itu hanya bertahan selama dua minggu.
 Setelah itu, pasangan yang tahun ini juga mengoleksi gelar juara  All England Super Series Premier tersebut kembali ke posisi kedua.  Mereka belum bisa menggeser tempat pasangan Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong.
 Turunnya Hendra/Ahsan ke posisi kelima membuat para rivalnya naik yakni Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark) ke posisi kedua atau melonjak satu setrip dan ganda Jepang Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa ke posisi ketiga serta Lee Sheng Mu/Tsai Chia Hsin (Taiwan) di tangga keempat.
 Melorotnya posisi ini seakan menambah duka bagi Hendra/Ahsan. Dalam Super Series Finals yang tengah berlangsung di Dunai, Uni Emirate Arab. Mereka mundur dari event  tersebut karena Ahsan mengalami cedera. Ini membuat mereka pun gagal mempertahankan gelar.  (*)

Ranking ganda putra per 18 November 2014 (10 besar)
1Lee Yong-dae/Yoon Yeon-seong (Korea Selatan)
2.Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark)
3. Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang)
4. Lee Sheng Mu/Tsai Chia Hsin (Taiwan)
5.Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia)
6.Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel (Korea Selatan)
7.Chai Biao/Hong Wei (Tiongkok)
8. Liu Xiaolong/Qiu Zihan (Tiongkok)
9.Fu Haifeng/Zhang Nan (Tiongkok)
10. Markis Kido/Markus Fernaldi (Indonesia) 

Cedera, Menyerah sebelum Laga Usai

INDONESIA kehilangan dua wakil dalam Super Series Finals 2014. Mereka adalah pasangan ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan ganda putri Nitya Krishinda Maheswari.
 Ini menyusul cedera yang dialami dalam pertandingan pertama yang dilaksanakan di Dubai, Uni Emirat Arab, pada Rabu waktu setempat (17/12).
 Hendra/Ahsan harus mengundurkan diri saat menghadapi pasangan Tiongkok Chai Biao/Hong Wei di game pertama. Saat itu, kedudukan 11-7 buat ganda Negeri Tembok Raksasa, julukan Tiongkok.
‘’Saya sakit di pinggang,’’ kata Ahsan seperti dikutip situs federasi bulu tangkis dunia (BWF).
 Sakit itu, jelasnya, sudah dirasakan sehari sebelum pertandingan. Ketika itu, Hendra/Ahsan tengah menjalani latihan.
‘’Saya sempat sulit bernafas. Hanya, saya merasa, sebelum pertandingan kondisi sudah bagus kembali,’’ ungkap Ahsan.
 Kalau tidak mengalami cedera, Hendra/Ahsan diunggulkan bisa memetik kemenangan dalam pertandingan Grup A. Pasangan merah putih tersebut pernah mengalahkan Chai/Hong di All England Super Series Premier 2013 dengan dua game langsung 22-20, 21-16. Selain itu, dalam Super Series Finals, Hendra/Ahsan menyandang status juara bertahan. Selain Hendra/Ahsan dan Chai/Hong, di Grup A juga dihuni oleh Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korea Selatan) dan Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel yang juga dari Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan. 
 Hal yang sama juga dialami pasangan Nitya/Gresyia. Mereka gagal menuntaskan pertandingan saat kedudukan unggul 8-6. Di game pertama, mereka  menang 21-18. Namun, di game berikutnya menyerah 20-22 pada pertandingan yang masuk Grup B itu.
‘’Nitya mengalami masalah di akhir game kekdua. Saya bertanya kepadanya apakah dia mau melanjutkan pertandingan,’’ ungkap Greysia.
 Namun, Nitya siap melanjutkan pertandingan. Dia tak mau menyerah.
 ‘’Tapi, saat di lapangan ketika game ketiga, cederanya kambuh dan tak ada pilihan selain menghentikan pertandingan,’’ ucap Greysia. Di Grup B ini,  juga dihuni duo pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, Tian Qing/Zhao Yunlei dan Luo Ying/Luo Yu.
 Kekalahan Hendra/Ahsan dan Nitya/Gresysia ini membuat semua wakil Indonesia gagal memetik kemenangan. Di tunggal putra, Tommy Sugiarto, yang menghuni Grup B, menyerah dua game langsung 15-21, 9-21 kepada Jan O Jorgensen (Denmark) dan pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dipermalukan Liu Cheng/Bao Yixin (Tiongkok) 10-21, 21-12, 15-21. (*) 

Kido/Sinyo Tak Akan Berpasangan Lagi

PADA 2015, tak ada lagi pasangan Markis Kido/Markus ‘’Sinyo’’ Fernaldi. Itu setelah Kido memutuskan menggandeng pasangan baru, Agripina Prima Rahmanto.
 ‘’Saya ingin mencari pasangan yang  benar-benar pas. Saya sudah lagi dengan Sinyo,’’ kata Kido.
 Hanya, dia enggan menjelaskan secara pasti alasan tak lagi menggandeng pebulu tangkis yang juga putra pelatih Kurnia Hu tersebut. Kini, dia ingin fokus mengkompakan diri dengan pasangan barunya.
 Meski, sebenarnya, dia mengaku targetnya selama berpasangan dengan Sinyo terpenuhi. Apa itu? ‘’Saya masih bisa masuk 10 besar dunia. Ini sebuah hal yang sangat bagus,’’ ucap Kido.
 Selain itu, berpasangan dengan Agripina juga bakal tak mengalami banyak kendala. Alasannya, dia satu klub dengannya di Jaya Raya.
 ‘’Untuk pelatih, kami percayakan kepada Sigit Pamungkas,’’ ucap Kido.
 Nah, target yang dibidik pun tak sembarangan. Kido/Agripina berharap bisa menembus Olimpiade Brasil 2016 dengan menjadi duta Indonesia.
 Kido mulai berpasangan dengan Sinyo usai Kejuaraan Dunia 2013 di Guangzhou, Tiongkok. Dia sempat tampil di Negeri Panda, julukan Tiongkok, berpasangan dengan Alvent Yulianto. Bersama Sinyo, Kido merasakan manisnya juara Prancis Super Series 2013. Tahun ini, keduanya menjadi juara dalam Indonesia Grand Prix Gold 2014.
 Hanya, dalam beberapa turnamen terakhir, pamor Kido/Sinyo redup. Kegagalan selalu mengiringi penampilan keduanya.  Terakhir, Kido/Sinyo hanya mampu bertahan hingga babak kedua Hongkong Super Series. Selain itu, di ajang Prancis Super Series 2014, mereka hanya mampu sampai perempat final. Padahal, mereka datang dengan status juara bertahan.
 Nama Kido sangat diperhitungkan saat berpasangan dengan Hendra Setiawan. Keduanya mampu merajai berbagai turnamen pada pertengahan era 2000-an. Bahkan, dua gelar bergengsi, juara dunia dan olimpiade, mampu digapai. Juara dunia dipetik pada 2007 dan setahun kemudian, Kido/Hendra meraih emas Olimpiade Beijing 2008.
 Sayang, keduanya memutuskan untuk keluar dari Pelatnas pada 2010. Tiket mempertahankan gelar olimpiade pun tak diambil pada 2012.
 Pada 2013, Hendra memutuskan kembali ke Pelatnas Cipayung. Dia dipasangkan dengan Mohammad Ahsan. Gelar juara dunia diraih pada tahun yang sama.
 Sedangkan Agripina kali terakhir berpasangan dengan Fran Kurniawan. Mereka hanya berjaya di turnamen-turnamen kecil. Salah satunya menjadi juara Bulgaria International 2014. (*) 

Tommy Langsung Menyerah

START buruk bagi Tommy Sugiarto. Dia langsung menelan kekalahan dalam pertandingan perdana Super Series Finals 2014.
 Tunggal putra terbaik Indonesia saat ini tersebut menyerah cepat 15-21, 9-21 kepada Jan O Jorgensen dari Denmark pada laga Grup B yang dilaksanakan di Dubai, Uni Emirate Arab (UEA) pada Rabu waktu setempat (17/12).Ini menjadi pertemuan perdana bagi Tommy dan Jorgensen.
 Dari sisi ranking, Tommy masih kalah. Dia dua setrip di bawah lawannya yang ada di posisi ketiga dunia.
 Kekalahan ini juga membuktikan Tommy masih labil. Dia tak pernah konsisten dari satu turnamen ke turnamen yang lain.
 Selama 2014, putra salah satu legenda bulu tangkis Indonesia Icuk Sugiarto tersebut belum pernah menjadi juara. Capaian terbaiknya adalah menembus babak final Malaysia Super Series. Langkahnya dihentikan andalan tuan rumah Lee Chong Wei.
 Tumbang di babak pertama pun sudah lima kali dialaminya yakni di Korea Super Series,  All England Super Series Premier, Indonesia Super Series Premier, Denmark Super Series Premier, dan Hongkong Super Series. Di tahun ini, sebenarnya Tommy juga pernah duduk di posisi ketiga. Di Grup B ini, selain Tommy dan Jorgensen juga dihuni oleh K. Srikanth (india) dan Kento Momota (Jepang).
 Melawan Srikanth, Tommy punya kenangan manis. Dia pernah menang di Malaysia Super Series Premier 2014 dengan dua game 21-10, 21-15. Begitu juga dengan Momota.
 Lelaki asal Negeri Matahari Terbit, julukan Jepang, itu dikalahkannya dua kali yakni di Australia Super Series 2014 dengan 21-18, 21-7 dan Denmark Super Series Premier dengan 21-18, 21-8. Tommy hanya kalah dalam pertemuan pertama di Tiongkok Masters dengan 17-21, 14-21.
 Dalam ajang Super Series Finals 2014, selain Tommy di tunggal putra, Indonesia juga meloloskan Nitya Krishinda/Greysia Polii (ganda putri) dan pasangan ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, yang juga menyandang status juara bertahan. (*)

Chen Long, Atlet Putra Terbaik 2014

PAMOR Indonesia di pentas bulu tangkis dunia kembali diragukan. Merah putih tak mampu menempatkan wakilnya sebagai pebulu tangkis terbaik dunia.
 Sebaliknya, Tiongkok kembali mendominasi dengan meraih dua gelar terbaik, atlet putra dan putri. Di sektor putra, Chen Long dinobatkan menjadi the best atas capaiannya selama 2014 termasuk menjadi juara dunia tunggal putra. Sementara, Zhao Yunlei mempereoleh apresiasi karena dua gelarnya dalam Kejuaraan Dunia dari nomor ganda putri serta ganda campuran. Sedangkan Akane Yamaguchi sebagai pebulu tangkis dengan lompatan terbaik. Sebagai pebulu tangkis yang baru masuk tahap senior, perempuan asal Jepang ini mampu menembus final Tiongkok Super Series 2014. Penganugerahan ini dilaksanakan di Dubai, Uni Emirate Arab, pada Selasa malam (16/12).   
Chen Long memulai 2014 dengan sempurna. Dia memenangi Korea Super Series. Setelah itu  menjadi runner-up All England dan India Super Series. Dia menyerah kepada Lee Chong Wei asal Malaysia.
 Chen Long membalas kegagalannya dengan mengalahkan lawan yang sama dalam Kejuarana Dunia yang digeber di Kopenhagen, Denmark. Lelaki yang masuk duduk di ranking kedua dunia itu naik ke podium terhormat dalam Asian Games 2014.
Dalam perebutan atlet putra terbaik, Chen Long mengalahkan kompatriot (rekan senegaranya) Lin Dan dan Zhang Nan, serta atlet Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeong-seong.
 ‘’Saya sangat gembira dengan penghargaan ini,’’ kata Chen Long seperti dikutip dari situs BWF. (*)

Ketemu Rival di Babak Penyisihan Grup

HENDRA Setiawan/Mohammad Ahsan ketemu musuh bebuyutan. Pasangan ganda putra terbaik Indonesia itu bakal bentrok dengan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong dari Korea Selatan dalam Super Series Finals 2014.
 Sayangnya, mereka sudah saling jegal dalam babak penyisihan. Itu setelah Hendra/Ahsan  dan Yong-dae/Yeon-seong sama-sama menghuni grup A dalam event yang dilaksanakan di Dubai, Uni Enirate Arab, tersebut.
 Selain Hendra/Ahsan dan Yong-dae/Yeon-seong, di grup A juga terdapat nama Chai Biao/Hong Wei (Tiongkok) dan Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel (Korea Selatan).
 Bagi Hendra/Ahsan, Yong-dae/Yeon-seong merupakan momok yang menakutkan. Dari enam kali pertemuan, pasangan merah putih hanya sekali menang yakni di ajang putaran final Piala Thomas 2014 di New Delhi, India. Namun, dalam pertemuan terakhir di kandang sendiri dalam Indonesia Super Series Premier 2014, Hendra/Ahsan dipermalukan Yong-dae/Yeon-seong di babak final dengan dua game langsung 15-21, 17-21.
 Sementara, berhadapan dengan Chai Biao/Hong Wei juga bukan kali pertama. Hendra/Ahsan pernah mengalahkan ganda Negeri Panda, julukan Tiongkok, itu dengan dua game langsung 22-20, 21-16 dalam Jepang Super Series 2013.
 Namun, beda dengan Shin Ko Sung-hyun/Baek-choel. Hendra/Ahsan, yang kini kembali menduduki ranking kedua, belum sekalipun bersua.
 Dalam ajang Super Series Finals yang mulai dilaksanakan 17 Desember itu, Indonesia juga menempatkan Tommy Sugiarto di tunggal putra dan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di ganda campuran.
 Sejak 2008, Indonesia hanya sekali menempatkan wakilnya menjadi juara melalui Hendra/Ahsan tahun lalu. (*) 

Peraih juara Super Series Finals 2013
Tunggal putra: Lee Chong Wei (Malaysia)
Tunggal putri: Li Xuerui (Tiongkok)
Ganda putra: Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia)
Ganda putri: Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl (Denmark)
Ganda campuran: Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen

Jaya Raya Hentikan Ambisi Djarum Kudus

TAMPIL dengan materi juara dunia belum jaminan Djarum Kudus juara. Buktinya, mereka menyerah 2-3 kepada Jaya Raya Jakarta dalam final Kejuaraan Nasional Beregu Campuran Antarklub 2014 di Cirebon, Jawa Barat, pada Minggu (14/12).
 Memang, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, yang merupakan juara nomor gamda campuran 2013, sukses menyumbangkan kemenangan. Keduanya tak mengalami kesulisan saat menundukkan Markis Kido/Greysia Polii dengan 22-20, 21-10.
 Raihan ini pun membuat Dionysius Hayom Rumbaka pun terpacu semangatnya. Mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut melibas tunggal putra Jaya Raya Hermansyah dengan dua game langsung 21-14, 21-15.
 Ini membuat Djarum Kudus tunggal butuh satu kemenangan dari tiga partai yang tersisa. Namun, Jaya Raya tak mau menyerahkan gelar juaranya begitu saja.
 Klub ibu kota itu membuka harapan dari ganda putra. Pasangan dadakan Hendra Setiawan/Angga Pratama tak mengalami kesulitan untuk menghentikan perlawanan duet Djarum Kudus Kevin Sanjaya/Praveen Jordan 21-15, 21-17.
 Jaya Raya mampu menyamakan kedudukan lewat tunggal putri andalannya, Bellaeterix Manuputty. Dia menghentikan perlawanan mantan rekannya di pelatnas Maria Febe Kusumastuti dengan 21-10, 21-15.
 Nah, poin juara dipastikan melalui pasangan ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda. Peraih emas Asian Games 2014 itu menjinakkan Liliyana Natsir/Vita Marissa 22-20, 21-15. (*)
 

Lepas dari Posisi Juru Kunci

MAIN: Fauzi Adnan
JAYA Raya Suryanaga lepas dari malu. Klub asal Surabaya tersebut duduk di posisi ketiga Divisi I Grup B Kejuaraan Nasional  Beregu Campuran Antarklub 2014.
 Itu setelah Suryanaga memetik kemenangan 5-0 atas USM dalam pertandingan yang dilaksanakan di Cirebon, Jawa Barat, pada Jumat (12/12). Kemenangan ini membuat tim asal Kota Pahlawan, julukan Surabaya, duduk di posisi ketiga.
 Kemenangan Suryanaga diawali oleh pasangan ganda campuran Tri KusumaWardhana/Ni Ketut Mahadewi yang menang 21-19, 21-11 atas Fuad Alfaris/Alfa Vivianita. Fauzi Adnan yang kembali dipercaya di nomor tunggal putra tak mengalami kesulitan untuk menjinakkan wakil USM Rendy Rontulalo 21-10, 21-10.
Suryanaga memastikan terhindar dari juru kunci berkat kemenangan yang dipetik Afni Fadilah dari nomor ganda putri. Dia melibas Rina Andriani 13-21, 21-12, 21-10.
 Christopher Rusdianto/Rian Agung Saputro di nomor ganda putra memantapkan kemenangan Suryanaga berkat kemenangan 21-8, 21-14 atas Raymond Bimo Prakoso/Rendy Rontualo. Hasil manis klub yang diketuai mantan Sekjen PP PBSI Yacob Rusdianto itu ditutup oleh Meirisa Cindy/Ni Ketut Mahadewi yang melibas Arinda Sari Sinaga/Rina Andriani 21-15, 21-16.
 Dalam dua laga sebelumnya, Suryanaga menelan kekalahan telak 0-5. Masing-masing dari SGS Bandung dan Jaya Raya Jakarta.(*)

Sukses Revans, Andre Raih Gelar Perdana

AKHIRNYA: Andre Kurniawan Tedjono
TUNTAS sudah dendam Andre Kurniawan Tedjono. Dia mampu mengalahkan Indra Bagus Ade Candra 15-21, 21-18, 21-18 dalam pertandingan final tunggal putra Italia Challenge 2014 di Roma pada Jumat waktu setempat (12/12).  Tahun lalu, dalam event yang sama Andre dipermalukan 21-19, 15-21, 12-21.
 Meski sama-sama pernah digembleng di Pelatnas Cipayung, tapi kini kedua pebulu tangkis membela bendera yang berbeda. Andre masih setia dengan tulisan Indonesia di punggung. Sementara, Indra membela tuan rumah.
 Kemenanan ini juga membuat Andre memperbesar rekor kemenangan atas Indra. Kini, dia tiga kali memetik kemenangan dalam empat pertemuan. Dua kemenangan sebelumnya dipetik dalam Indonesia Challenge 2010 dan JPGG Challenge 2008. Menariknya, dalam dua perjumpaan itu, Indra membela bendera yang berbeda.
 Pada 2008, dia masih memakai merah putih di dada. Sedangkan dalam 2010, dia memperkuat Spanyol.
 Dari sisi ranking, Andre memang lebih layak diunggulkan. Dalam rilis peringkat terbaru yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia). Andre berada di posisi 47 sementara Indra di ranking 94. Di Indonesia, Andre berasal dari Djarum Kudus sedangkan Indra dari Tangkas. 
 Saat ini, kedua pebulu tangkis sama-sama mengais rezeki di Eropa. Andre banyak berkutat dalam kompetisi bulu tangkis Jerman (Bundesliga) dan Indra kini di Italia setelah sebelumnya di Negeri Matador, julukan Spanyol.
 Kemenangan atas Indra juga membuat Andre mampu meraih gelar selama 2014. Sebelumnya, dari 16 turnamen yang diikutinya, dia selalu gagal. Poin tertinggi di dapatnya di Belanda Grand Prix. Dengan menembus babak semifinal, Andre membawa pulang 3.850.
 Selain revans yang sukses dilakukan Andre, kejutan terjadi di sektor tunggal putri. Unggulan teratas Beatriz Corrales asal Spanyol dipermalukan Sashina Vignes Waran dari Prancis dengan 21-16, 17-21, 17-21. (*)

Suryanaga Makin Terpuruk

GAEK:Jeffer Rosobin (foto:djarum)
JAYA Raya Suryanaga babak belur. Dalam dua kali penampilannya dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Beregu Campuran Antarklub 2014, klub asal Surabaya itu selalu kalah.
 Bahkan, kekalahan yang ditelan cukup telak, 0-5. Setelah dihancurkan oleh SGS Bandung (10/12), mereka dipermalukan Jaya Raya Jakarta dengan skor yang sama dalam pertandingan Divisi I Grup A yang dilaksanakan di Cirebon, Jawa Barat, pada Kamis WIB (11/12).
 Kekalahan Suryanaga diawali oleh pasangan ganda campuran Ronald Alexander/Ni Ketut Mahadewi yang menyerah 17-21, 14-21 kepada Alfian Eko/Greysia Polii. Kemudian, pebulu tangkis senior Jeffer Rosobin tak berdaya saat menghadapi wakil Jaya Raya Jakarta Eka Fajar Kusuma. Dia kalah 19-21, 13-21.
 Skor menjadi 0-3 ketika Rian Agung Saputra/Trikusuma Wardhana takluk dalam pertandingan tiga game 21-15, 18-21, 19-21 kepada pasangan juara dunia 2007 Markis Kido/Hendra Setiawan. Dalam partai keempat yang mempertandingkan tunggal putri, Tike Arieda Ningrum dilibas Bellaetrix Manuputty 22-20, 12-21, 18-21.
 Nesta klub asal Kota Pahlawan, julukan Surabaya, semakin lengkap dengan kekalahan mudah Afni Fadilah/Meirisa Cindy 13-21, 8-21 kepada Greysia Polii/Rizky Amelia Pradipta.
 Suryanaga masih bisa terhindar dari aib juru kunci. Syaratnya, mereka mampu mengalahkan USM Semarang dalam pertandingan Jumat (12/12). Di atas kertas, Suryanaga masih bisa memenangkan pertandingan.
 Dalam Kejurnas Beregu Campuran Antarklub 2014 ini, Suryanaga kehilangan tunggal putra andalannya, Sony Dwi Kuncoro. Peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 itu telah berganti kostum Tjakrindo Masters yang juga berasal dari Surabaya.
 Sebaliknya, bagi Jaya Raya, kemenangan atas Suryanaga membuat tim asal ibu kota tersebut memimpin klasemen Grup B. (*)

Asa Tinggal di Pundak Andre

BERTAHAN:Andre Kurniawan Tedjono (foto:djarum)

ASA Indonesia juara di Italia Challenge 2014 ada di pundak Andre Kurniawan Tedjono. Dia menjadi satu-satunya duta merah putih yang masih bertahan di nomor tunggal putra.
 Bahkan, kini, langkah pebulu tangkis binaan Djarum Kudus tersebut sudah sampai perempat final. Ini setelah dia mengalahkan Shih Kuei  Chun dari Taiwan dengan dua game langsung 23-21, 21-13 pada pertandingan yang dilaksanakan di Roma pada Rabu waktu setempat (10/12) atau Kamis dini hari WIB (11/12).
 Untuk bisa menembus semifinal, Andre harus bisa mengalahkan Thomas Rouxel dari Prancis.  Kedua pebulu tangkis pernah bertemu sekali di Skotlandia Grand Prix 2013.
 Hasilnya, Andre menang dua game langsung 21-6, 21-17.Dari sisi ranking, Andre juga masih unggul. Dari ranking terakhir yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), mantan penghuni Pelatnas Cipayung tersebut duduk di posisi 47 sementara Rouxel di posisi 78.
 Sayang, langkah Andre menembus perempat final gagal diikuti oleh wakil Indonesia lainnya, Adi Pratama, Lelaki yang kini jadi sparring partner di Austria tersebut menyerah 16-21, 14-21 kepada unggulan ketiga asal Spanyol Pablo Abian.
 Sebenarnya, masih ada wakil Indonesia di babak perempat final yakni Indra Bagus Ade Candra. Hanya, dia tampil dengan bendera tuan rumah. Di baba kedua, Indra melibas unggulan keempat Wang Tzu Wei dari Taiwan dengan 21-17, 22-24, 21-15.
 Tahun lalu, Indra bersua dengan Andre di babak final. Dengan kemenangan di tangan Indra lewat rubber game 19-21, 21-15,21-12. (*)

Juara Dunia Tampil di Kejurnas

BEDA LEVEL: Tontowi (kanan) dan Liliyana (foto:PBSI)
KEJUARAAN nasional beregu antarklub 2014 bertabur bintang. Hampir semua pebulu tangkis papan atas dunia yang berasal dari Indonesia turun ke lapangan dalam event yang dilaksanakan di Cirebon, Jawa Barat, 10-14 Desember tersebut.
 Pasangan sekaliber Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pun turun gunung. Juara dunia 2013 itu membela klub asalnya, Djarum Kudus.
 Tentu saja, mereka tak mengalami kesulitan saat mengalahkan wakil Pertamina Fastron Jakarta Iksawan Indra/Nadya Melati dengan dua game langsung 21-7, 21-13. Kemenangan ini menjadi modal berharga bagi Djarum untuk bisa memetik kemenangan 4-1 dalam pertandingan Divisi 1 Grup 3.
 Tiga poin lain disumbangkan Dionysius Hayom Rumbaka di tunggal putra, Mohammad Ahsan/Kevin Sanjaya (ganda putra), dan Vita Marissa/Rosyita Eka Putri Sari (ganda putri).
 Hayom,sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, menang mudah 21-7, 21-10 atas Indra Setiawan, Ahsan/Kevin melibas Muhammad Imam Sholeh/M. Khadafi 21-13, 21-17. Sementara Vita/Rosyita bertarung tiga game 19-21, 21-10, 21-12 atas Nadya Melati/Dian Fitriani.
 Satu-satunya partai yang lepas adalah sektor tunggal putri. Wakil Djarum Dinar Dyah Ayustine menyerah 16-21, 21-14, 13-21 kepada Ganis Nurrahmanadani. Di grup yang sama, Mutiara Bandung menumbangkan Tangkas Jakarta dengan skor ketat 3-2. 
 Di grup lainnya, Grup A, Jaya Raya menang besar 5-0 atas USM Semarang. Lima wakil klub ibu kota tersebut, Hermansyah (tunggal putra), Ruselli Hartawan (tunggal putri), Angga Pratama/Agripina Putra Rahmanto (ganda putra), Anggia Shitta/Rizky Amalia Pradipta(ganda putri), dan Alfian Eko/Greysia Polii tak terkalahkan. (*)

Unggulan Teratas Langsung Tersingkir

TUMBANG: Brice Leverdez (foto:franceolympique)
BRICE LEVERDEZ sempat membuat kejutan. Di Hongkong Super Series 2014, lelaki asal Prancis itu mempermalukan mantan pebulu tangkis terbaik Indonesia Simon Santoso di babak pertama dengan 14-21, 21-19, 21-19 (19/11).
 Sayang, langkahnya di turnamen kasta kedua BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) itu terhenti di babak kedua. Brice dipaksa mengakui ketangguhan Viktor Axelsen asal Denmark 7-21, 14-21 (20/11).
 Setelah itu, Brice terbang ke Jakarta untuk membela Europe All-Stars dalam ajang Axiata Cup 2014. Pebulu tangkis 28 tahun tersebut selalu tampil dalam tujuh pertandingan.
 Nah, usai berlaga di Axiata Cup 2014, Brice pun terbang ke Roma, Italia. Dia berlaga dalam ajang Italia Challenge 2014.
 Dengan ranking 25-nya, Brice diunggulkan di posisi teratas kandidat juara tunggal putra. Namun, faktor kelelahan tampaknya membuatnya tak bisa optimal.
 Dia langsung tersingkir dalam penampilan pertama. Brice menyerah straight game 15-21, 21-23 kepada Artem Pochtarev dari Ukraina di Roma pada Rabu waktu setempat (10/12). Secara ranking, sebenarnya Brice jauh lebih unggul. Lelaki asal negara pecahan Uni Soviet tersebut hanya nangkring di posisi 121.
 Di Italia Challenge 2014, Indonesia menempatkan Andre Kurniawan Tedjono sebagai unggulan kedua. Dalam pertandingan pertama, dia dipaksa tampil tiga game 21-19, 18-21, 21-19 oleh Jan Frohlich dari Rep Ceko.
 Selain itu, ada juga Adi Pratama. Mantan penghuni Pelatnas Cipayung yang kini menjadi sparring partner timnas Austria tersebut unggul 21-9, 21-14 atas Patrick Kaemnitz. (*) 

Tanpa Chong Wei, Malaysia Tak Punya Wakil

TERSANDUNG: Lee Chong Wei (foto:thestar)
KETERGANTUNGAN kepada Lee Chong Wei membuat Malaysia gigit jari. Untuk kali pertama, negeri jiran tak mempunyain wakil dalam Super Series Finals 2014 yang dilaksanakan di Dubai, Uni Emirate Arab (UEA) pada 17-21 Desember mendatang.
 Direktur Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM) Morten Frost Hansen mengatakan kejadian serupa bakal tak terulang tahun depan. Untuk itu, lelaki asal Denmark yang baru mulai bekerja Maret mendatang tersebut bakal menyusun program awal dan mendisksikannya bersama para pelatih yang ada di BAM.
 Deputi Presiden BAM Datuk Norza Zakaria menambahkan absennya wakil Malaysia di Dubai karena adanya tiga kelemahan. Yakni terlalu bergantungnya kepada Lee Chong Wei, kurangnya perencanaan, dan gagalnya pembibitan.
 Chong Wei gagal berlaga di Dubai karena kasus doping yang menimpanya pada Kejuaraan Dunia 2014 di Kopenhagen, Denmark, Agustus lalu. Ini membuatnya sejak 2007 tak bisa berlaga dalam Super Series Finals.
  Padahal, tahun ini, bapak satu anak itu mengukir juara di Malaysia Super Series Premier, All England Super Series Premier, India Super Series, dan Jepang Super Series. orza is clearly disappointed.
 “Kami terlalu bergantung kepada Chong Wei. Saya kecewa dua penerusnya, 
Chong Wei Feng dan Liew Daren, yang gagal mendekati Chong Wei,’’ujar Norza.
 Untuk itu, dia berharap Morten bisa segara membenahi kelemahan yang ada dan membuat Malaysia kembali disegani.
 Sejak 2007, Malaysia selalu melahirkan juara di ajang Super Series Finals melalui Chong Wei (tunggal putra 2008, 2009, 2010, 2013), Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (ganda putra 2008), Wong Mew Choo (tunggal putri 2009) serta Wong Pei Tty/Chin Eei Hui (ganda putri 2008 dan 2009). (*)

Peserta Super Series Finals
Tunggal putra: 1. Chen Long (Tiongkok); 2. Jan O Jorgensen (Denmark), 3. Son Wan-ho (Korsel), 4. K. Srikanth (India), 5. Kento Momota (Jepang), 6. Hans-Kristian Vittinghus (Denmark), 7. Tommy Sugiarto (Indonesia), 8. Kenichi Tago (Jepang).
Tungal putri: 1. Wang Shixian (Tiongkok), 2. Wang Yihan (Tiongkok), 3. Saina Nehwal (India), 4. Ratchanok Intanon (Thailand), 5. Sung Ji-hyun (Korsel), 6. Tai Tzu-ying (Taiwan), 7. Bae Yeon-ju (Korsel), 8. Akane Yamaguchi (Jepang).
Ganda putra: 1. Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel), 2. Lee Sheng-mu/Tsai Chia-hsin (Taiwan), 3. Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang), 4. Mohd Ahsan/Hendra Setiawan (Indonesia), 5. Liu Xiaolong/Qiu Zihan (Tiongkok), 6. Chai Biao/Hong Wei (Tiongkok), 7. Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark), 8. Ko Sung-hyun/Shin Baek-cheol (Korsel).
Ganda putri: 1. Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang), 2. Reika Kakiiwa/Miyuki Maeda (Jepang), 3. Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok), 4. Christinna Pedersen/Kamilla Rytter Juhl (Denmark), 5. Luo Ying/Luo Yu (Tiongkok), 6. Chang Ye-na/Kim So-yeong (Korsel), 7. Jung Kyung-eun/Kim Ha-na (Korsel), 8. Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari (Indonesia). 
Ganda campuran: 1. Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok), 2. Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok), 3. Tantowi Ahmad-Lilyana Natsir (Indonesia), 4. Ko Sung-hyun/Kim Ha-na (Korsel), 5. Sudket Prapakamol/T. Saralee (Thailand), 6. Chris Adcock/Gabrielle Adcock (Inggris), 7. Joachim Fischer Neilsen/Christinna Pedersen (Denmark), 8. Michael Fuchs/Birgit Michels (Jerman).

Sehari Tampil dalam Dua Ajang Berbeda

MEMERAS TENAGA:Tommy Sugiarto
INDONESIA gagal menjadi juara Axiata Cup 2014. Dalam babak final yang dilaksanakan di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (7/12), merah putih bermain imbang 2-2 melawan Thailand.
 Namun, dalam total game yang menjadi acuan, skor Indonesia kalah 138-140. Salah satu poin yang lepas adalah di nomor tunggal putra.
 Pebulu tangkis nomor satu Indonesia Tommy Sugiarto secara mengejutkan menyerah dua game langsung 20-22, 13-21 kepada Tanongsak Saensomboonsok. Memang, dalam dua kali pertemuan terakhir, putra salah satu legenda bulu tangkis Indonesia Icuk Sugiarto tersebut selalu kalah.
 Namun, sebenarnya, ada fakta lain yang terungkap dari kekalahan terebut. Pagi harinya, Tommy sudah turun ke lapangan. Bukan di ajang Axiata tapi di liga bulu tangkis Malaysia atau yang akrab disebut Purple League. Final Axiata sendiri dilaksanakan malam hari waktu setempat.
 Pagi harinya, Tommy bertanding membela Puchong United. Turun sebagai tunggal putra pertama, pebulu tangkis nomor lima dunia itu tak mengalami kesulitan untuk mengalahkan wakil Klang United Puah Chen Hao dengan 2-11, 4-11, 1-11.
 Meski tak terlalu memeras keringat, namun tampil sehari dua kali dalam dua ajang yang berbeda tentu perlu mendapat sorotan. Alangkah lebih bagusnya jika Tommy hanya membela Indonesia di ajang Axiata Cup. Apalagi, di event yang menyediakan totaln hadiah USD 1 miliar tersebut, Indonesia gagal menjadin juara tahun lalu.
 Sebelumnya, Tommy juga telat bergabung dengan Tim Indonesia di Axiata Cup 2014. Alasannya juga sama, dia berlaga di Purple League.
 Tommy baru membela Indonesia saat berhadapan dengan Filipina pada 30 November di Jakarta. Padahal, Axiata Cup sudah dimulai sejak 27 November. Tanpa Tommy, tunggal putra pertama diisi oleh Dionysius Hayom Rumbaka dan Simon Santoso. (*)

Duh, Axiata Cup pun Gagal Diraih

CHAMPION:Thailand menjadi juara Axiata Cup 2014 (foto:axiata)

KEGAGALAN demi kegagalan terus dialami tim bulu tangkis Indonesia. Bukan hanya di ajang Piala Thomas dan Piala Uber serta Piala Sudirman, di event Axiata Cup pun, lagu Indonesia Raya gagal berkumandang.
 Itu setelah Indonesia bermain imbang 2-2 melawan Thailand dalam final Axiata Cup 2014 yang dilaksanakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Minggu waktu setempat (7/12).
 Skor bisa terjadi 2-2 karena dalam Axiata Cup hanya menggelar empat partai yakni tunggal putra, tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran. Artinya, nomor ganda putri tidak dipertandingkan. Jika skor sama, maka hitungan menang kalah poin dalam empat pertandingan dihitung.
 Pada babak final, Indonesia memetik dua kali kemenangan di nomor ganda putra dan ganda campuran. Di ganda putra, pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan menang dua game langsung 21-16, 21-12 atas Wannawat Ampunsuwan/Patiphat Chalardchaleam. Kemudian, Riky Widianto/Richi Dili Puspita unggul 21-17, 21-10 atas pasangan ganda campuran Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, Maneepong Jongjit/Sapsiree Taerattanachai.
 Sayang, di dua nomor tunggal, Tommy Sugiarto di sektor putra dan Hanna Ramadhini di putri, gagal menyumbangkan kemenangan. Tommy dipermalukan Tanongsak Saensomboonsuk straight game 20-22, 13-21.
 Bagi Tommy, Tanongsak memang menjadi lawan yang memberikan mimpi buruk. Dalam tiga pertandingan sebelumnya, Tommy dua kalah kalah. Ironisnya, dua kekalahan tersebut ditelannya dalam dua pertemuan terakhir di All England Super Series Premier 2013 dan Jepang Super Series 2013. Tommy hanya sekali menang di Taiwan Grand Prix 2011.
 Sedangkan Hanna masih kalah kelas dengan Ratchanok Intanon. Juara dunia 2013 itu menang 21-9, 21-12.   Secara total,Thailand unggul 140-38. Tahun lalu, Axiata Cup dimenangkan oleh Malaysia. (*)

Sony Masih Punya Arti

Sony Dwi Kuncoro (foto;PBSI)
USIA boleh semakin uzur. Kemampuannya pun dianggap sudah tak seperti dulu.
 Namun, itu tetap tak membuat nilai jual Sony Dwi Kuncoro pudar. Buktinya, mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut masih diminati klub Malaysia.
 Dalam liga bulu tangkis negeri jiran itu atau yang akrab dinamakan Purple League, Sony membela klub Ampang Jaya. Dia hanya tampil sejak babak utama.
 Meski klub tersebut, harus berjuang dari babak kualifikasi. Selama perebutan tiket ke babak bergengsi, posisi tunggal putra di Ampang Jaya mengandalkan Kelvin Ng. Dalam dua kali penampilannya, dia selalu kalah.
 Saat berhadapan Bangsar Hawks, dia dipermalukan Ahmad Maziri 11-6, 6-11, 6-11, 7-11 (22/11). Ini membuat Ampang Jaya takluk 1-2.
 Di hari yang sama saat berhadapan dengan Puchong United, Kelvin kembali menyerah 5-11, 11-7, 6-11, 4-11 kepada Vincenth Puah pada (22/11).  Hanya, kekalahan itu tak membuat klubnya kembali tumbang. Ampang Jaya unggul 2-1.
 Hasil tersebut sudah cukup membuat klub tersebut menembus babak utama. Dalam penampilan di babak bergengsi, posisi tunggal sudah tak lagi dipercayakan kepada Kelvin.
 Sebagai gantinya, ada dua pebulu tangkis Goh Giap Chin dan Andrew Liw dipercaya turun ke lapangan ketika Ampang Jaya menang 5-1 atas Bangsar Hawks (27/11). Ini sekaligus membalas kekalahan di kualifikasi. Di babak ini, nomor tunggal putri, mereka mengandalkan pebulu tangkis Indonesia Aprilia Yuswandari yang ikut menyumbangkan angka.
 Pada 30 November, Ampang Jaya kembali memetik kemenangan. Kali ini, Kajang yang dikalahkan 4-2. Goh Giap Chin ikut menyumbangkan poin, sementara Kelvin yang kembali tampil, harus menelan kekalahan. Di Kajang,  ada nama pebulu tangkis senior spesialis ganda Hendra Setiawan, yang ikut memetik kemenangan ketika berhadapan dengan Ong Soon Hock.
 Nah, saat berhadapan dengan Klang United (3/12), Sony baru turun ke lapangan. Dia baru bisa tampil karena berlaga di Hongkong Grand Prix dan Makau Grand Prix Gold.
 Dalam debutnya di Purple League, Sony dipaksa memeras keringkat oleh pebulu tangkis Singapura Derek Wong 6-11, 11-6, 11-10, 8-11, 11-3.
 Kemenangan ini membuat Sony mambalas kekalahan yang ditelannya dalam Kejuaraan Dunia di Tiongkok 2013. Saat itu, dia dipermalukan 22-24, 16-21. Donasi Sony ini ikut memberi andil kepada Ampang Jaya untuk bisa mengalahkan Klang United 4-2. Aprilia juga kembali mendonasikan poin.
 Dengan tiga kali kemenangan, Ampang Jaya pun berada di posisi ketiga. Klub itu hanya kalah poin menang kalah di tiga partai oleh Muar City dan Puchong United. (*)

Kembali ke Posisi Terbaik

YESS:Edi Subaktiar/Gloria Emmanuelle Widjaja
LOMPATAN berarti dilakukan pasangan Edi Subaktiar/Gloria Emmanuelle Widjaja. Pasangan muda Pelatnas Cipayung tersebut kini duduk di posisi 33 dunia.
 Artinya, dari rilis yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 4 Desember 2014,Edi/Gloria melonjak 18 setrip dari pekan sebelumnya. Capaian ini tak lepas dari hasil yang dipetik dari Makau Grand Prix Gold 2014.
 Dalam turnamen yang dilaksanakan pekan lalu itu, pasangan yang sama-sama berasal dari Djarum Kudus tersebut mampu naik ke podium juara. Dalam final yang dilaksanakan Minggu (30/11) tersebut, Edi/Glorioa mengalahkan unggulan kedua asal Singapura Danny Bawa Chrisnanta/Vanessa Neo dengan tiga game yang seru 21-15, 29-30, 22-20.
 Hasil dari pulau yang pernah menjadi koloni Portugal tersebut membuat pebulu tangkis yang pernah sama-sama menyandang gelar juara dunia tersebut membawa pulang 7000 poin. Berada di posisi 33 dunia juga menjadi capaian terbaik Edi/Gloria. Menariknya, posisi yang sama pernah ditempati mereka 6 November lalu.
 Selama 2014, mereka sudah tampil dalam sembilan turnamen. Hasilnya, paling mentok hanya mampu menembus babak semifinal. Itu dilakukan di empat turnamen yakni Malaysia Grand Prix Gold, Indonesia Grand Prix Gold, dan Belanda Grand Prix. Satu lagi adalah Bulgaria Internasional.
 Posisi Edi/Gloria ini juga membuat mereka  di bawah Tontowi Ahmad/Liliyana Narsir (keempat), Riky Widianto/Richi Dili Puspita (10), Praveen Jordan/Debby Susanto (12), Markis Kido/Pia Zebadiah (16), dan Muhammad Rijal/Vita Marissa (17).
 Ranking tertinggi dunia masih ditempati pasangan Tiongkok Zhang Nan/Zhao Yunlei. (*)

Malaysia Ingin Tarik Rexy Lagi

MASA LALU: Rexy Mainaky saat menangani Malaysia.

ASOSIASI Bulu Tangkis Malaysia (BAM) tak mau main-main dalam membangun kekuatan bulu tangkisnya.  Mereka sukses mendatangkan legenda asal Denmark Morten Frost Hansen untuk dijadikan sebagai Direktur Teknik.
 Juara tunggal putra All England empat kali itu akan mulai bekerja Maret mendatang. Namun, itu belum juga membuat BAM puas.
 Kali ini, bidikan diarahkan ke Rexy Mainaky. Tentu, ini menjadi sinyal yang bahaya bagi PP PBSI.
 Alasannya, sampai saat ini, dia masih berstatus sebagai Kabidbinpres PP PBSI. Di tangan lelaki asal Ternate, Maluku Utara, tersebut, bulu tangkis Indonesia hampir kembali ke masa kejayaan.
 Dia mampu mengantarkan bulu tangkis menjadi penyumbang emas bagi kontingen Indonesia dalam Asian Games 2014 melalui Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di nomor ganda putra dan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari di ganda putri.
 Keseriuan BAM menggaet  Rexy pun tak main-main. Sebuah media Malaysia memberitakan bahwa Rexy telah bertemu dengan Presiden BAM Tengku Tan Sri Mahaleel Tengku Arif  untuk membicarakan kemungkinan kembalinya peraih emas nomor ganda putra Olimpiade Atlanta 1996 bersama Ricky Subagdja tersebut..
 Malaysia memang bukan negeri yang asing bagi Rexy. Selama 7,5 tahun hingga 2012, dia berada di sana.  Di bawah polesannya, muncul pasangan tangguh Koo Kien Keat/Tan Boon Heong.
Mereka diantarkan Rexy mampu meraih emas Asian Games 2006 dan beberapa turnamen bergengsi dengan salah satunya turnamen bergengsi All England 2007.
 Selain Rexy dan Morten, BAM juga mengikat dua pelatih asal Tiongkok– He Guo Quan dan Zhou Yang – pada Oktober lalu. Guo Quan merupakan pelatih Lin Dan, juara dunia lima kali nomor tunggal putra, saat masih junior. Besar kemungkinan, Guo akan memoles tunggal putra.
 Masih ada juga nama Hendrawan.Mantan juara dunia asal Indonesia itu sudah enam tahun menangani tim pelapis Malaysia. (*)

Penerus Tradisi di Makau

MELAJU: Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja

TRADISI juara nomor ganda campuran dalam Makau Grand Prix Gold kembali terjaga. Ini setelah pasangan muda Pelatnas Cipayung Edi Subaktiar/Gloria Emanuelle Widjaja  menang tiga game yang menegangkan 21-15, 29-30, 22-20 atas pasangan Singapura Danny Bawa Chrisnanta/Yu Yan Vanessa Neo dalam pertandingan final yang dilaksanakan pada Minggu waktu setempat (30/11).
 Sayangnya, kemenangan itu gagal diikuti pasangan ganda putra Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi. Di babak pemungkas, mereka dipaksa mengakui ketangguhan unggulan kedua asal Singapura Danny Bawa Chrisnanta/Chayut Triyachart 21-19, 22-20.
 Sebelumnya, dalam tiga tahun beruntun, Indonesia selalu memenangi nomor ganda campuran melalui Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pada 2010, 2011, dan 2012. Tahun lalu,keduanya tak ikut ambil bagian. Gelar juara 2013 jatuh ke tangan wakil Tiongkok Lu Kai/Huang Yaqiong.
 Bagi Edi/Gloria, juara di Makau ini menjadi capaian tertinggi sekaligus menjadi gelar perdana. Pasangan ini mulai dipasangkan sejak tahun lalu. Harapannya, Edi/Gloria mampu meneruskan kejayaan nomor ganda campuran Indonesia di kancah internasional.
 Secara individu, sebenarnya Edi dan Gloria punya status juara dunia di nomor ganda campuran. Bedanya, Edi juara pada 2012 saat berpasangan dengan Melati Daeva Oktaviani. Sementara, Gloria melakukannya pada 2011 ketika dipasangkan dengan Alfian Eko Prasetya. Saat ini, Alfian berpasangan dengan Melati.
 Hasil di Makau Grand Prix Gold 2014 bakal mengerek peringkat Edi/Gloria. Dalam rilis terakhir yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), mereka ada di posisi 51 dunia. Capaian terbaik keduanya adalah menembus ranking 33 dunia pada 6 November lalu. (*)

Jalan Edi Subaktiar/Gloria Emmanuelle Widjaja juara
Babak I: Wong Fai Yin/Mei Kuan Chow (Malaysia): 21-10, 21-15
Babak II: Tang Chun Man/Chan Kaka (Hongkong): 21-19, 21-17
Perempat final: Lu Ching Yao/Hsuan-Yu (Taiwan/Australia): 21-18, 21-18
Semifinal:Huang Kaixiang/Huang Dongping (Tiongkok) 21-15, 18-21, 22-20
Final: Dannya Bawa Chrisnanta/Yu Yan Vanessa Neo (Singapura): 21-15,29-30, 22-20

Dari Malaysia Langsung ke Axiata

BELA BANGSA: Hendra Setiawan (foto: yonex)
HENDRA Setiawan seperti tak punya lelah. Dia bisa langsung turun dalam dua event yang jadwalnya nyaris berbarengan, Axiata Cup 2014 dan Liga Bulu Tangkis Malaysia atau yang akrab disebut Purple League 2014.
 Di Purple Cup, pebulu tangkis senior spesialis ganda ini membela Kajang. Bahkan, dalam dua kali penampilannya, Hendra yang berpasangan dengan Ong Soon Hock selalu memberikan kemenangan bagi Kajang. Saat tampil pertama melawan Klang United (28/11),  Hendra / Soon Hock melibas Mohd Fairuizuan/Nelson Heg dengan 11-10, 11-8, 11-10.
 Sayang, donasi poin tersebut tak mampu menolong timnya dari kekalahan. Kajang menyerah 2-4.
Dua hari  kemudian (30/11), Kajang kembali turun lapangan menghadapi Klang United. Hendra/Soon Hock kembali memetik kemenangan atas Muhammad Amzzar /Tay Ken Yew (Ampang Jaya) 11-9, 11-8, 9-11, 11-8. Seperti di laga sebelumnya, Kajang kembali menelan malu dengan takluk 2-4.
 Ya, dalam Axiata Cup yang tengah berlangsung di Jakarta, juara dunia 2007 dan 2013 itu belum sekalipun turun ke lapangan. Menariknya, dua pasangannya saat menjadi juara, Markis Kido (2007) dan Mohammad Ahsan (20013), bertandem di lapangan membela Indonesia.
 Mereka selalu memberikan poin bagi setiap penampilannya. Ketika berhadapan dengan ganda India yang membela Asia All-Stars (27/11) , Kido/Ahsan unggul 21-15, 21-16 atas Manu Attri/Sumeeth Reddy. Donasi satu poin membuat Indonesia batal malu karena ditahan imbang 2-2.
 Sehari kemudian ketika berhadapan dengan Vietnam, pasangan yang belum pernah turun di ajang resmi itu melibas Bao Minh/Huynh Nguyen Kang 21-11, 21-15. Indonesia pun menang 4-0.
 Pada Sabtu (29/11),Kido/Ahsan menyikat ganda Malaysia Tan Boon Heong/Tan Wee Kiong 21-17, 21-13 dan membuat merah putih menyapu bersih empat partai. Kemudian, mereka diistirahatkan saat Indonesia mempermalukan Filipina 4-0. Posisinya digantikan Markus Fernaldi/Kevin Sanjaya. Sinyo, sapaan karib Markus Fernaldi, merupakan pasangan tetap terakhir dari Kido.
 Nah, pada Senin (1/12), Hendra baru turun ke lapangan membela Indonesia di ajang Axiata Cup 2014. Dia pun berpasangan dengan tandem lamanya, Kido. Hasilnya, pasangan Singapura Hendra Wijaya/Hee Yong disikat 21-19, 21-10 yang membuat Indonesia menang 4-0. (*)

Jadwal Indonesia di Penyisihan Axiata Cup 2014
2 Desember 2014: v Europe All-Stars
3 Desember 2014: v Thailand  

Saatnya Ade/Wahyu Unjuk Kemampuan

Ade Yusuf/Wahyu Nayaka (foto:zimbio)

SEMPAT berhembus kabar pasangan Ade Yusu/Wahyu Nayaka bakal dipisah. Bahkan, salah satu sumber yang enggan disebutkan namanya menjelaskan bahwa Ade pun akan dipulangkan ke klub asalnya, Wima Surabaya.
 Ini seiring dengan jebloknya performa Ade/Wahyu.Selama 2014, mereka belum pernah naik ke podium juara.Beda dengan 2013, saat itu, keduanya mampu meraih dua  gelar yakni di Iran Challenge dan Belanda Grand Prix.
  Di Iran, Ade/Wahyu ,menundukkan rekannya sendiri di Pelatnas Cipayung, Ronald Alexander/Selvanus Geh dengan 21-19, 13-21, 22-20. Mereka mengulanginya di Negeri Kincir Angin, julukan Belanda, berkat kemenangan 14-21, 21-18, 21-17 yang juga atas teman sepelatihan, Berry Anggriawan/Ricky Karanda Suwardi.
 Sementara, pada 2014, capaian terbaik adalah menembus babak semifinal Indonesia Grand Prix Gold 2014. Dalam event yang dilaksanakan di Palembang, Sumatera Selatan, tersebut, Ade/Wahyu dihentikan oleh pasangan nonpelatnas Markis Kido/Markus Fernaldi dua game langsung 13-21, 19-21.
 Selain itu,,, untuk level super series dan super series premier, sinar prestasi mereka seakan redup. Di Korea Super Series, Malaysia Super Series, All Englang Super Series Premier, India Super Series, Singapura Super Series,  Indonesia Super Series Premier, dan Prancis Super Series langkah Ade/Wahyu seakan terasa berat untuk bisa menembus babak-babak akhir.
Bahkan, di Malaysia, Singapura, Indonesia, dan Prancis, keduanya langsung tersungkur dalam penampilan perdana. Sedangkan di Korea,All England, dan India,Ade/Wahyu sudah terhenti dalam penampilan kedua.
Capaian yang kurang moncer itu pun membuat ranking mereka hanya berkutat di luar 20 besar dunia.  Posisi terbaik yang ditempati pasangan beda klub itu pun ‘’hanya’’ di 22 besar dunia. Dari ranking terakhir yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 27 November, mereka terjerambab di posisi 36.
 Namun, tak menutup kemungkinan, posisi mereka bakal naik. Alasannya, di Makau Grand Prix Gold 2014, Ade/Wahyu mampu menembus babak semifinal.
 Itu setelah pasangan yang mulai digandengkan 2012 itu menundukkan Andrew Ellis/Peter Mills (Inggris) dengan 21-15, 21-19 pada pertandingan perempat final di Makau pada Jumat waktu setempat (28/11). Untuk bisa menembus semifinal,Ade/Wahyu harus bisa melibas Danny Bawa Chrisnanta/Chayut Triyachart.
 Bagi pasangan merah putih, kans menembus final tetap terbuka Ade/Wahyu pernah mengalahkan ganda Negeri Singa, julukan Singapura, di Indonesia Challenge 2012 dengan 21-18,17-21, 21-17. (*)

Sony hanya Sampai Perempat Final

PENAKLUK: Prannoy HS (foto:thehindu)

LANGKAH Sony Dwi Kuncoro dalam Makau Grand Prix Gold 2014 terhenti. Dia dipaksa menyerah 19-21. 17-21 kepada Prannoy HS dari India pada pertandingan babak perempat final yang dilaksanakan pada Jumat waktu setempat (28/11).
 Kekalahan ini membuat Sony gagal membalaskan pil pahit yang ditelannya pada India Grand Prix Gold 2011. Saat itu, arek Suroboyo tersebut takluk juga dengan dua game 16-21,15-21.
 Selain itu, tumbangnya Sony juga membuat Indonesia sudah tak punya kans menjadi juara nomor tunggal putra. Ini sekaligus membuat paceklik gelar wakil merah putih di Makau semakin panjang. Kali terakhir, pebulu tangkis Indonesia yang naik ke podium terhormat di nomor tunggal putra adalah Taufik Hidayat pada 2008.
 Hasil di Makau Grand Prix Gold 2014 ini juga membuat Sony belum bisa menembus babak semifinal dalam turnamen resmi yang masuk kalender BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada 2014. Sebelumnya, capaian terbaik bapak dua putri itu juga menembus perempat final dalam Indonesia Grand Prix Gold di Palembang.
 Ya, setelah terdepak dari Pelatnas Cipayung, langkah Sony masih terseok-seok. Pekan lalu di Hongkong Super Series, dia langsung angkat koper di babak pertama. Peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 itu takluk oleh Takuma Ueda (Jepang) 21-17, 15-21, 14-21.
  Kurang memuaskan hasil yang dipetiknya dalam beberapa turnamen pun membawa imbas kepada rankig dunianya. Dari rilis yang dikeluaran BWF pada 26 November lalu, Sony ada di posisi 125 dunia. Ini merupakan ranking terburuknya selama berkecimpung di olahraga tepok bulu tersebut. (*)

Pebulu Tangkis Indonesia Marakkan Liga Bulu Tangkis Malaysia

AMPANG JAYA: Aprilia Yuswandari
PEBULU tangkis Indonesia tetap disegani. Buktinya, lebih dari 10 pebulu tangkis merah putih ikut ambil bagian dalam Liga Bulu Tangkis Malaysia atau yang lebih dikenal dengan Purple League 2014-2015.
 Dari nama-nama yang ada, bisa dikatakan hampir semua tukang tepok bulu papan atas Indonesia dapat ringgit. Sebut saja ada nama Tommy Sugiarto, Simon Santoso, dan Sony Dwi Kuncoro.
 Hanya, mereka membela klub yang berbeda. Sony tercatat di Ampang Jaya. Selain arek Suroboyo tersebut, di Ampang Jaya juga ada nama Alamsyah Yunus, Andre Kurniawan, dan Aprilia Yuswandari.
 Langkah memperkuat sektor tunggal putra juga diikuti Klang United. Selain sudah memakai tenaga Simon Santoso, mereka juga menggunakan tunggal putra masa depan Indonesia Firman Abdul Kholiq.
 Sementara Tommy membela bendera Puchong United bersama dengan pebulu tangkis senior spesialis ganda Markis Kido. Ada juga dua pebulu tangkis asal Djarum Kudus Fran Kurniawan dan Agripina Prima.
 Dalam liga bulu tangkis yang baru kali pertama dilaksanakan di Malaysia itu memakai format yang berbeda dengan format yang biasa dipakai di Piala Thomas, Uber, maupun Sudirman. Purple Leagu  mempertandingkan dua nomor tunggal putra, dua nomor ganda putra, tunggal putri, dan ganda campuran.
 Malaysia tampaknya ingin mengikuti jejak beberapa negara yang menggelar liga bulu tangkis seperti Indonesia, Tiongkok, dan India. Ketiganya mengundang para pebulu tangkis papan atas dunia.  (*)


Ada wakil Indonesia
1. Ampang Jaya:  Alamsyah Yunus, Sony Dwi Kuncoro, Andre Kurniawan, Aprilia Yuswandari
2. Bangsar Hawks: -
3. Cheras: Markus Gideon, Pia Zebadiah, Febby Angguni
4. Kajang: Hendra Setiawan, Liliyana Natsir
5. Kepong: Andrei Adistia, Hendra Aprida Gunawan, Vita Marissa
6.Klang United: Simon Santoso, Firman Abdul Kholiq, Muhammad Rian Ardianto, Kevin Sanjaya
7.Muar City: Adriyanti Firdasari, Rusydina Antardayu, Fikri Hadmadi
8. Nusa Jaya: -
9. Petaling: Ardiansyah, Tike Arieda, Rizky Hidayat
10. Puchong United: Markis Kido, Fran Kurniawan, Agripina Prima, Tommy Sugiarto
11. Serdang: -
12. Petaling Jaya:  -

Jalan Terjal Sony Tembus Semifinal

LIBAS:Sai Praneeth (foto:badmintonindia)
BABAK perempat final Makau Grand Prix Gold 2014 mampu ditembus Sony Dwi Kuncoro. Itu setelah bapak dua putri  tersebut memetik kemenangan dengan rubber game 21-16, 19-21, 21-17 atas Sai Pranneth dari India dalam pertandingan babak III yang dilaksanakan di Makau pada Kamis waktu setempat (27/11).
 Ini merupakan kemenangan perdana Sony atas lawannya yang berada di ranking 41 dunia tersebut. Sebelumnya, mereka memang belum pernah bersua.
 Namun, untuk bisa melanjutkan kiprahnya hingga babak semifinal bukan hal yang mudah. Sony, yang diunggulkan di posisi ke-13, akan menantang lawan yang juga berasal dari India HS Prannoy. Lelaki yang menempati unggulan ketiga tersebut di babak sebelumnya dipaksa tampil tiga game 17-21, 21-19, 21-14 atas Lin Yu Hsien (Taiwan).
 Dari sisi ranking, Sony kalah jauh. Dari ranking terbaru yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 27 November 2014, pebulu tangkis yang kini bernaung di klub Tjakrindo Masters tersebut ada di posisi 125. Sedangkan Prannoy di posisi 26.
  Sony juga pernah kalah dari Prannoy. Itu terjadi dalam India Grand Prix Gold 2011. Saat itu, dia menyerah dua game langsung 16-21, 15-21.
 Jebloknya ranking Sony dikarenakan hasil yang kurang memuaskan yang diraihnya dalam beberapa bulan terakhir. Apalagi, dia juga sudah tak intensif tampil dalam berbagai turnamen internasional setelah tak lagi menjadi penghuni Pelatnas Cipayung.
 Ya, setelah cedera yang sering mendera, lelaki yang moncer usai dipoles pelatih kawakan asal Surabaya, Jawa Timur, Ferry Stewart itu terdepak dari kawah candradimuka bulu tangkis Indonesia tersebut. Salah satu buktinya adalah pekan lalu di Hongkong Super Series 2014.
 Sony langsung tersingkir di babak pertama. Dia menyerah 21-17, 15-21, 14-21 kepada wakil Jepang Takuma Ueda.
 Di Makau Grand Prix Gold 2014, Sony juga menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang masih bertahan di babak perempat final tunggal putra. Fikri Ihsandi gagal mengikuti jejaknya usai kalah mudah 11-21, 12-21 kepada unggulan kedua asal Jepang Marc Zwiebler. Sejak kali pertama dilaksanakan 2006, hanya Taufik Hidayat pada 2008 yang mampu menjadi juara. (*)

Daftar juara tunggal putra Makau Open
2006: :Lin Dan (Tiongkok)
2007: Chen Jin (Tiongkok)
2008: Taufik Hidayat (Indonesia)
2009: Lee Chong Wei (Malaysia)
2010: Lee Chong Wei (Malaysia)
2011: Lee Hyun-il (Korea Selatan)
2012: Chen Yueken (Tiongkok)
2013: Shon Wan-ho (Korea Selatan)

Kembali Tempati Ranking II

NAIK: Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (foto:xinhua)

SEBULAN berada di ranking ketiga sudah cukup bagi Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Ganda putra terbaik Indonesia itu akhirnya naik satu setrip ke posisi kedua.
 Dalam ranking tebaru yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 27 November, Hendra/Ahsan menggeser posisi pasangan Denmark Mathias Boe/Carsten Mogensen. Capaian ini tak lepas dari hasil Hongkong Super Series 2014.
  Dalam event berhadiah total USD 350 ribu dan berakhir pekan lalu itu, Hendra/Ahsan mampu menjadi juara. Dalam final yang digelar Minggu (23/11) di Kowloon tersebut, mereka mengalahkan pasangan Tiongkok Liu Xiaolong/Qiu Zihan dengan rubber game 21-16. 17-21, 21-15.
 Capaian itu membuat Hendra/Ahsan  mendapat bonus 9.200 poin. Gelar itu juga menjadi pelepas dahaga pasangan Pelatnas Cipayung itu setelah delapan bulan paceklik prestasi. Kali terakhir, mereka menjadi juara dalam All England Super Series Premier 2014.
 Posisi kedua sebenarnya juga bukan posisi terbaik Hendra/Ahsan. Mereka pernah duduk di posisi teratas dunia.
 Bahkan, keduanya menempatinya cukup lama yakni hampir sembilan bulan mulai Desember hingga Agustus. Hendra/Ahsan tergusur setelah absen dari Kejuaraan Dunia 2014. Padahal, mereka menyandang status juara bertahan.
 Posisi itu kembali melorot pada akhir Oktober lalu. Ini imbas penampilan yang jeblok dari Denmark Super Series Premier 2014.
 Saat ini, posisi teratas masih diduduki oleh ganda Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong. Dalam Hongkong Super Series, ganda Negeri Ginseng ini terdepak di babak kedua.
 Pasangan Indonesia yang masuk di 10 besar dunia adalah Markis Kido/Markus Fernaldi. Keduanya menempati ranking 10. (*)

 5 besar pasangan Indonesia

2. Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan
10. Markis Kido/Markus Fernaldi
16. Angga Pratama/Rian Agung Saputro
23. Andrei Adistia/Hendra AG
28. Berry Anggriawan/Ricky Karanda

Sony Harus Bisa Lebih

UNJUK KEKUATAN: Sony Dwi Kuncoro
SONY Dwi Kuncoro melangkah lebih jauh. Dia tak hanya langsung tampil dan tersingkir dalam Makau Grand Prix Gold 2014.
 Langkah arek Suroboyo tersebut sudah sampai ke babak ketiga dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 120 ribu tersebut. Itu setelah Sony memetik kemenangan dua game langsung 21-16, 21-13 atas wakil Thailand Khosit Phetpradab di Makau pada Rabu waktu setempat (26/11). Sehari sebelumnya, unggulan ke-13 itu juga menang straight game 21-8, 25-23 atas Kenta Nishimoto.
 Dalam lima turnamen yang diikuti selama 2014, Sony selalu kalah di babak pertama. Hanya di Indonesia Grand Prix Gold di Palembang, bapak dua putri tersebut mampu melaju hingga babak ketiga.
 Di Makau Grand Prix Gold 2014, Sony akan menjajal ketangguhan unggulan kedelapan asal India Sai Pranneth, yang di babak kedua menghentikan pebulu tangkis senior Singapura berdarah Indonesia Ronald Susilo 21-15, 21-18.
 Ini menjadi pertemuan perdana bagi Sony dengan Sai. Hanya, kalau melihat ranking terbaru yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Sony bakal di posisi underdog. Dia ada di ranking 78 sementara lawannya 40.
 Ranking yang dimiliki Sony terus menurun. Sempat berada di posisi keempat, kemudian cedera yang memaksanya absen di berbagai event. Apalagi, setelah Sony terdepak dari Pelatnas Cipayung yang sudah 10 tahun dihuninya.
 Imbasnya, kesempatan baginya turun di berbagai ajang pun semakin tipis. Bahkan, untuk tahun ini, kali pertama di berlaga di ajang Sirkuit Nasional. Hasilnya, dia tersungkur dalam final Seri Banten dan menjadi juara dalam Seri Jawa Timur.
 Hingga babak ketiga Makau Grand Prix Gold 2014, di nomor tunggal putra, selain Sony Indonesia mamsih mempunyai wakil Fikri Ihsandi Hamadi. Dia bakal menjajal unggulan kedua asal Jerman Marc Zwiebler yang di babak kedua melibas Andrew Smith (Inggris) 21-15, 21-16.  Dalam perjalanan karirnya, Fikri belum pernah berjumpa dengan Zwiebler. (*)

Akhir Penantian Tujuh Tahun


JUARA: Hendra/Ahsan (foto;PBSI)
PACEKLIK gelar Indonesia di Hongkong Open berakhir. Setelah kali terakhir juara melalui pasangan ganda putra Hendra Setiawan/Markis Kido, tahun ini merah putih kembali b
erjaya.
 Memang, Hendra kembali menjadi aktor utama. Namun, pasangannya sudah beda yakni Mohammad Ahsan.
 Dalam pertandingan final yang dilaksanakan di Kowloon pada Minggu waktu setempat (23/11), Hendra/Ahsan menang rubber game 21-16, 17-21, 21-15 atas wakil Tiongkok yang juga duduk di unggulan keenam Liu Xiaolong/Qiu Zihan. Kemenangan ini juga membalas dua kekalahan dari lawan yang sama.
 Hasil dari Hongkong juga membuat Hendra/Ahsan mengoleksi dua gelar selama 2014. Sebelumnya, pada All England Super Series Premier, mereka juga naik ke podium terhormat.
 Artinya, Hendra/Ahsan puasa gelar selama delapan bulan. Ini juga yang membuat ranking satu ganda putra harus lepas ke Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong asal Korea Selatan.
 Selain itu,hasil dari Hongkong Super Series 2014 juga menjadi obat kecewa pekan lalu. Dalam turnamen Tiongkok Super Series Premier, Hendra/Ahsan langsung tersingkir di babak pertama. Secara mengejutkan, mereka harus mengakui  pasangan tuan rumah Li Junhui/Liu Yuchen dua game langsung 21-23, 8-21.
 Kemenangan di Hongkong Super Series 2014 diharapkan bisa kembali mendongkrak posisi Hendra/Ahsan minimal naik satu setrip ke posisi kedua. (*)

Hasil Hongkong Super Series 2014
Tunggal putra:Son Wan-ho (Korsel x6) v Chen Long (Tiongkok x1) 21-19, 21-16

Tunggal putri: Tai Tzu Ying (Taiwan x6) v Nozomi Okuhara (Jepang) 21-19, 21-11

Ganda putra: Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia x2) v Liu Xiaolong/Qiu Zihan (Tiongkok x6) 21-16, 17-21, 21-15

Ganda putri: Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x2) v Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang x1) 21-13, 21-13

Ganda campuran:Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok x1) v  Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok x2) 21-14, 21-19

X=unggulan

Eksperimen Silang Yang Gagal

GRES: Angga Pratama/Ricky Karanda (foto:PBSI)

HONGKONG Super Series 2014 menjadi lahan eksperimen PP PBSI. Khususnya di nomor ganda putra dan ganda campuran.
 Dalam turnamen yang menyediakan hadiah USD 350 ribu tersebut, induk organisasi tepok bulu itu melakukan bongkar pasang. Mereka yang turun bukan dengan pasangan tetapnya.
 Di ganda putra, muncul pasangan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi dan Berry Anggriawan/Rian Agung Saputro. Artinya pasangan tersebut dari hasil silang. Biasanya, Angga berpasangan dengan Rian dan Ricky dengan Berry.
 Hasilnya pun gagal total. Kedua pasangan sudah tersingkir di babak pertama. Angga/Ricky menyerah kepada unggulan pertama Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong 20-22, 23-25. Sementara, Berry/Rian tak berdaya saat berhadapan dengan Hirokatsu Hashimoto/Noriyasu Hirata dari Jepang dan menyerah 19-21, 12-21.
 Selama ini, kedua pasangan, Rian/Angga dan Ricky/Berry memang tampil belum sesuai harapan. Mereka tak mampu mengimbangi ganda pertama Indonesia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
 Rian/Angga yang sempat memberikan harapan, akhir-akhir ini tampil angin-anginan. Ranking dunianya pun terus menurun. Sempat menembus 10 besar dunia, kini mereka ada di posisi 15. Posisi yang lebih buruk ditempati Ricky/Berry. Rankingnya jauh di bawah yakni di 28 dunia.
 Di ganda campuran, pada Hongkong Super Series, muncul pasangan Tontowi Ahmad/Debby Susanto dan Praveen Jordan/Liliyana Natsir. Ini diluar kebiasaan karena Tontowi biasanya bersama Liliyana dan begitu juga sebaliknya.
 Hasil pasangan silang di ganda campuran pun cukup mengecewakan. Tontowi/Debby hanya sampai babak perempat final sebelum dikalahkan unggulan kedua Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok) 17-21, 14-21  dan Praveen/Liliyana hanya sampai babak kedua. Mereka dikalahkan pasangan suami istri asal Inggris Chris Adcock/Gabrielle Adcock, yang juga unggulan ketiga, dengan 14-21, 17-21. (*)

Lin Dan Kembali ke Top Ten

TANGGUH: Lin Dan (foto:sportskeeda.com)

LIN Dan kembali menembus 10 besar dunia. Dari ranking terbaru nomor tunggal putra yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 20 November2014. Lelaki Tiongkok 31 tahun tersebut ada di posisi ketujuh.
 Itu berarti Lin Dan naik tujuh setrip dibandingkan pekan sebelumnya. Capaian ini tak lepas dari hasil Tiongkok Super Series Premier 2014 yang berakhir pekan lalu. Dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 700 ribu tersebut, suami mantan ratu bulu tangkis dunia Xie Xingfang tersebut mampu menembus babak final.
Namun, di babak pemungkas, dia kalah dua game langsung 15-21, 23-21 kepada wakil India Srikant Kidambi. Kekalahan ini juga cukup mengejutkan. Selain bermain di kandang sendiri, Lin Dan punya rekor bagus jika berhadapan dengan Srikanth.
 Dia selalu menang dalam dua kali pertemuan sebelumnya yakni di Thailand Grand Prix 2012 dan Kejuaraan Asia 2014. Semuanya dimenangkannya Lin Dan. Di Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, dia menang 21-11, 21-13 sementara di Kejuaraan Asia, dia unggul 21-7, 21-14.
  Namun, kekalahan di kandang sendiri sudah membuat dia memperoleh donasi 9350 poin. Artinya, itu sudah cukup baginya untuk kembali ke top ten.
 Pada 2014 ini, sebenarnya Lin Dan juga pernah kembali ke 10 besar yakni pada pekan terakhir Juli. Hanya, setelah itu dia terlempar usai absen dari Kejuaraan Dunia 2014 yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark.  Alasannya, dia banyak kehilangan poin karena Lin Dan tahun lalu mampu menjadi juara.
 Selain itu, hasil Tiongkok Super Series Premier ikut melambungkan Srikanth. Untuk kali pertama, dia mampu menembus 10 besar dunia. Sebelum dari Negeri Tembok Raksasa, julukan Tiongkok, Srikanth masih ada di posisi 16 besar.
 Namun, harapan kembali menembus final dua kali beruntun gagal dilakukannya. Langkahnya hanya sampai babak semifinal Hongkong Super Series 2014 yang tengah berlangsung. Wakil Tiongkok Chen Long, yang juga unggulan teratas, menghentikannya dengan tiga game 17-21, 21-19, 6-21. (*)

Ranking 10 Besar Dunia Tunggal Putra (per 20 November 2014)
1.Lee Chong Wei (Malaysia)
2.Chen Long (Tiongkok)
3.Jan O Jorgensen (Denmark)
4. Tommy Sugiarto (Indonesia)
5.Kenichi Tago (Jepang)
6. Son Wan-ho(Korea Selatan)
7. Lin Dan (Tiongkok)
8. Chou Tien Chen (Taiwan)
9. Wang Zhengming (Tiongkok)
10. Srikanth Kidambi (India)

Kutukan Jadi Juara Dunia Tunggal Putri

SAAT CHAMPION: Carolina Marin (foto:firts)

MENJADI juara dunia sepertinya menjadi kutukan di nomor tunggal putri. Khususnya dalam dua edisi terakhir.
 Pada 2013, pebulu tangkis Thailand Rachanok Inthanon secara mengejutkan naik ke podium terhormat saat Kejuaraan Dunia dilaksanakan di Guangzhou, Tiongkok.Di babak final, Ratchanok menundukkan pebulu tangkis tuan rumah yang duduk di posisi teratas dunia Li Xuerui dengan rubber game 22-20, 18-21, 21-14.
 Sayang, setelah itu, gadis 19 tahun tersebut tak pernah menjadi juara lagi. Capaian terbaiknya menembus babak final di Malaysia Super Series Premier 2014 dan Indonesia Super Series Premier 2014.
 Namun, di gagal menjadi pemenang. Di Malaysia Super Series Premier 2014, Ratchanok dikalahkan Wang Yihan asal Tiongkok 21-13, 21-19. Sementara, di Indonesia Super Series Premier 2014, perempuan yang juga merasakan menjadi juara dunia junior tersebut dihentikan Li Xuerui dengan dua game yang mudah 21-13, 21-13.
 Di turnamen lain, kegagalan demi kegagalan terus mengiringi. Imbasya, ranking yang ditempati pun terus melorot.
 Sempat ada di posisi kedua, Ratchanok pun kini ada di tangga keenam. Terakhir, di Hongkong Super Series 2014 yang tengah bergulir, dia hanya bertahan sampai babak kedua. Satu-satunya juara dunia asal Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, tersebut ditumbangkan pebulu tangkis asal babak kualifikasi Akane Yamaguchi dari Jepang dengan tiga game 19-21, 21-19, 19-21.
 Sama halnya dengan Carolina Marin. Juara dunia 2014 itu tak pernah lagi menjadi juara setelah mengalahkan Li Xuerui 17-21, 21-17, 21-18 dalam final Kejuaraan Dunia yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark,31 Agustus. Dalam tiga kali beruntun,Marin selalu kandas sebelum naik ke podium juara.
 Dalam Bitburger Grand Prix yang menjadi penampilan perdananya,Marin kalah di babak final oleh Yu Sun dari Tiongkok dengan 19-21, 14-21. Bahkan, di Tiongkok Super Series Premier, dia menyerah kepada Tai Tzu Ying 14-21, 17-21 di babak pertama.  Setelah itu, pada Sabtu (22/11), Marin kalah di semifinal oleh wakil Jepang yang berstatus nonunggulan Nozomi Okuhara dua game yang cepat 13-21, 9-21. (*)

Hapus Rekor Buruk Hendra/Ahsan


PASANGAN Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menembus final ganda putra Hongkong Super Series 2014. Pada babak semifinal yang dilaksanakan di Kowloon pada Sabtu waktu setempat (22/11), mereka mengalahkan wakil Denmark Mads Conrad-Petersen/Mad Pieler Kolding dengan tiga game 21-16, 15-21, 21-19.
Bagi Hendra/Ahsan, kemenangan ini mengulangi hasil di Indonesia Super Series Premier 2014. Saat itu, di Jakarta 18 Juni, mereka menundukkan lawan yang sama dengan dua game 23-21,21-11.
 Pada babak final yang dilaksanakan Minggu (23/11), pasangan yang lama duduk di posisi pertama itu ditantang unggulan keenam asa Tiongkok Liu Xiaolong/Qiu Zihan. Ganda Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut lolos ke babak pemungkas usai menang 18-21, 21-13, 21-14 atas  Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang).
 Dalam dua kali pertemuan, Hendra/Ahsan selalu kalah yakni pada All England Super Series 2013 dengan 17-21, 21-13, 17-21 dan di babak penyisihan Super Series Final 2013 dengan 13-21, 21-11, 12-21. Bagi pasangan merah putih, ini merupakan kesempatan naik ke podium terhormat setelah kali terakhir memenangi gelar di All England Super Series Premier pada Maret lalu.
 Selain itu, hasil manis nanti juga akan mengobati pil pahit pekan lalu di Tiongkok Super Series Premier. Dalam event yang menyediakan hadiah total USD 700 ribu tersebut, Hendra/Ahsan langsung tersingjkir di babak pertama. Mereka dipermalukan   Li Junhui/Liu Yuchen dengan dua game langsung 21-23, 8-21.
 Sebenarnya, kans menjuarai Hongkong Super Series 2014 terbuka. Rival beratnya asal Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong sudah tersungkur di babak kedua. Ganda nomor satu dunia tersebut dikalahkan  18-21, 21-12, 14-21 oleh Michael Fuchs/Johannes Schoettler dari Jerman.
 Di ajang Hongkong Super Series, kali terakhir Indonesia menjadi juara pada 2007. Juga melalui Hendra Setiawan.Hanya, ketika itu, dia berpasangan dengan Markis Kido yang saat ini bertandem dengan Markus ‘’Sinyo’’ Fernaldi. (*)

Agenda Final Hongkong Super Series 2014
Tunggal putra:Chen Long (Tiongkok x1) v Son Wan-ho (Korsel x6)

Tunggal putri: Tai Tzu Ying (Taiwan x6) v Nozomi Okuhara (Jepang)

Ganda putra:Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia x2) v Liu Xiaolong/Qiu Zihan (Tiongkok x6)

Ganda putri: Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang x1) v Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x2)

Ganda campuran: Zhang Nan/ZhaonYunlei (Tiongkok x1) v Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok x2)
X=unggulan

Naik Turun Tommy Sugiarto

TAUFIK Hidayat sudah pensiun. Simon Santoso dan Sony Dwi Kuncoro pun semakin uzur dengan dimakan usia.
 Tentu harapan dibebankan di pundak Tommy Sugiarto. Hanya, asa membawa nomor tunggal putra Indonesia kembali disegani masih jauh panggang dari api.
 Putra salah satun legenda bulu tangkis Indonesia Icuk Sugiarto tersebut sering tampil angin-anginan. Bahkan, sampai November 2014, Tommy belum sekalipun mengoleksi gelar juara.
Capaian terbaiknya  adalah menembus babak final Malaysia Super Series Premier. Sayang, di babak final, Tommy dikalahkan unggulan pertama sekaligus pujaan penonton tuan rumah Lee Chong Wei dengan dua game langsung 19-21, 9-21.
 Hanya, sepekan sebelumnya, dia tumbang pada babak pertama di Korea Super Series 2014. Tommy, yang diunggulkan di posisi ketiga, kalah 12-21, 17-21 oleh pebulu tangkis nonunggulan asal Tiongkok Tian Houwei.
 Kekalahan di babak pertama kembali ditelan Tommy dalam All England Super Series Premier 2014.  Datang dengan status unggulan ketiga, lelaki yang pernah disebut-sebut dekat dengan adik Markis Kido, Pia Zebadiah, itu dipermalukan 13-21, 21-10, 18-21 oleh Gao Huan dari Negeri Panda, julukan Tiongkok.
 Kali ini, kekalahan di babak pertama dialami Tommy di Hongkong Super Series 2014. Pebulu tangkis binaan Pelita Jaya itu takluk tiga game kepada Wei Nan asal Hongkong 21-15, 19-21, 19-21.
 Kekalahan Tommy ini juga membuat Indonesia sudah tak punya wakil di babak kedua nomor tunggal putra. Dia menyusul dua seniornya, Simon dan Sony, juga langsung angkat koper.
 Ini juga membuat dahaga gelar juara tunggal putra dalam Hongkong Open semakin panjang. Kali terakhir wakil Indonesia yang juga di negeri bekas koloni Inggris tersebut adalah Budi Santoso pada 1998.Selain itu, Tommy juga belum bisa mengikuti jejak sang ayah yang menjadi pemenang di tahun 1988.   (*)

Bertahan atau Kembali Keluar, Simon

PINTU keluar dari Pelatnas Cipayung kembali terbuka bagi Simon Santoso. Penampilannya tak sesuai harapan.
 Ini terjadi dalam Hongkong Super Series 2014. Simon langsung tersingkir pada penampilan perdana dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 350 ribu atau sekitar Rp 3,5 miliar tersebut.
 Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Kowloon pada Rabu waktu setempat, secara mengejutkan dia kalah tiga game 21-14. 19-21, 19-21 kepada Brice Leverdez. Kekalahan ini membuat Simon gagal mengulangi hasil Tiongkok Super Series Premier 2011. Saat itu, dia menang dua game langsung 21-16, 21-15.
 Secara ranking, Simon memang kalah. Dari daftar peringkat terakhir yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Simon memang kalah. Pebulu tangkis yang pernah mengundurkan diri dari Pelatnas Cipayung pada awal 2014 itu ada di posisi 26 sementara Brice empat setrip lebih bagus.
 Penampilan di Hongkong super Series 2014 juga merupakan penampilan perdana bagi Simon setelah empat bulan absen. Kali terakhir, dia berlaga di Taiwan Grand Prix Gold 2014. Dalam event itu, langkahnya dihentikan oleh Wei Nan asal Hongkong dengan tiga game.
 Setelah dari Taiwan, sebenarnya, lelaki 28 tahun itu berlaga pada Kejuaraan Dunia 2014 yang digeber di Kopenhagen, Denmark, pada 25-31 Agustus. Dengan alasan cedera,  Simon pun memilih absen.
 Sebenarnya, selama 2014, dia membuat catatan yang bagus. Simon mampu menjadi juara salah satu turnamen super series, Singapura. Lawan yang dikalahkannya di babak pemungkas pun tak main-main. Pebulu tangkis nomor satu dunia nomor tunggal putra asal Malaysia Lee Chong Wei disikatnya dengan dua game langsung 21-15, 21-10.
 Simon pun tak tersentuh kekalahan ketika membela Indonesia dalam putaran final Piala Thomas 2014 yang dilaksanakan di New Delhi, India. Dia mampu menyumbangkan empat poin bagi merah putih. Selain itu, Simon juga menjadi kunci bagi Musica Champions Kudus saat menjuarai Superliga Bulu Tangkis Indonesia (SBI) 2014.
 Hanya, penampilannya yang kembali angin-anginan bisa membuat dia tak lagi berada di Pelatnas Cipayung. Kita tunggu saja. (*)

Lin Dan Tumbang di Kandang

LIN Dan malu di kandang. Dia gagal menjadi juara nomor tunggal putra dalam Tiongkok Super Series Premier 2014.
 Dalam final yang dilaksanakan di Fuzhou pada Minggu waktu setempat (16/11),secara mengejutkan Lin Dan menyerah dua game langsung 19-21, 17-21 kepada pebulu tangkis nonunggulan asal India Srikanth Kidambi. Kekalahan ini cukup mengejutkan. Meski sama-sama berstatus bukan kandidat juara, namun kemampuan Lin Dan dianggap jauh di atas Srikanth.
 Dia merupakan juara dunia lima kali dan dua kali peraih emas olimpiade, di Beijing 2008 dan London 2012. Selain itu, pada 2014, Lin Dan sudaj juara empat turnamen level atas. Sementara, Srikantah hanya pebulu tangkis muda yang dalam tahun ini belum pernah juara dan hanya memenangi Thailand Grand Prix Gold 2013.
 Lin Dan pun juga punya rekor bagus atas lawannya. Dalam dua kali pertemuan, suami mantan ratu bulu tangkis dunia Xie Xingfang itu juga selalu memetik kemenangan yakni dalam Kejuaraan Asia 2014 di Taiwan dengan 21-7, 21-14 dan di Thailand Grand Prix Gold 2012 dengan 21-11, 21-13.
  Kekalahan Superdan, julukan Lin Dan, juga membuat tuan rumah gagal mendominasi. Dalam lima gelar yang diperebutkan dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 700 ribu, Tiongkok hanya memperoleh dua gelar dari nomor ganda campuran melalui pasangan Zhang Nan/Zhao Yunlei dan ganda putri lewat Wang Xiaoli/Yu Yang.
 Hasil yang sama juga dipetik India. Negeri beribukota New Delhi tersebut mencuri dua gelar dari dua nomor tungal putra dan putri. Di nomor tunggal putri, Saina Nehwal menjadi yang terbaik dan membuktikan dirinya belum habis.
 Satu-satunya gelar yang lepas dari cengkeraman Tiongkok dan India adalah ganda putra. Pasangan terkuat dunia saat ini, Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong mampu menjadi juara. (*) 

Hasil Tiongkok Super Series Premier 2014

Tunggal putra: Srikantah (India) v Lin Dan (Tiongkok) 21-19, 21-17

Tunggal putri: Saina Nehwal (India x6) v Akane Yamaguchi (Jepang) 21-12,22-20

Ganda putra:Lee Yong-dae/Yoo Yeong-seong (Korea Selatan x1) v Chai Biao/Hong Wei (Tiongkok x8) 21-14, 21-15


Ganda putri:Wang Xiaoli/Yu Yang (Tiongkok x5) v Tan Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x2) 21-16, 19-22, 22-20


Ganda campuran: Yang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok x1) v Yoo Yeon-seong/Won Eom-hye (Korsel) 23-25, 21-14, 21-18

X=unggulan