WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Febri Dekatkan Langkah Gelar Ketiga

PEREMPAT: Febriyan Irvannaldy (foto: sidiq)

DUA gelar nomor tunggal putra dalam sirkuit nasional (sirnas) sudah ada di tangan Febriyan Irvannaldy. Kini, lelaki asal Surabaya, Jawa Timur, tersebut berburu gelar ketiga.
 Langkah itu pun semakin dekat. Febri, sapaan karib Febriyan Irvannaldy, sudah menjejakkan kakinya di babak perempat final. Ini setelah lelaki yang membela bendera Wima, Surabaya, tersebut menang 20-22, 21-5, 21-17 atas Eka Fajar Kusuma dari Jaya Raya dalam pertandingan babak ketiga di Sritex Arena, Solo, pada Kamis WIB (26/6). Dalam Sirnas Seri Jawa Tengah ini, Febri menduduki unggulan kedua di bawah Alamsyah Yunus (JR Enkei).  
 ‘’Alhamdulillah, saya menang,’’ tulis Febri dalam pesan singkatnya kepada smashyes.
 Untuk bisa lolos semifinal, dia harus mengalahkan Rifan Fauzin Ivanudin. Wakil Pelatnas Cipayung ini lolos dari hadangan pebulu tangkis senior Nugroho ‘’Gepeng’’ Andi Saputro 21-19, 22-20.
 Gelar juara sirnas digapai Febri di Seri Sulawesi Selatan di Makassar dan Seri Kalimantan Tengah di Palangkaraya.
 Sementara, Alamsyah juga melaju ke perempat final. Kemenangan 21-17, 21-15 atas Muhammad Bayu Pangistu (Pelatnas) membuatnya ditantang Panji Akbar Sudrajat (Pelatprov DKI). Dia di babak kedua menjungkalkan unggulan ketujuh Evert Sukamta (Tangkas) dengan straight game 21-13, 21-10. (*)

Menang untuk Bisa Bersua di Semifinal

Simon Santoso

DUA tunggal Indonesia, Tommy Sugiarto dan Simon Santoso, masih bertahan di Australia Super Series 2014. Bahkan, langkahnya sudah sampai ke babak perempat final turnamen yang menyediakan hadiah total USD 750 ribu tersebut.
 Itu setelah Tommy dan Simon mengalahkan lawan-lawannya. Pada babak kedua yang dilaksanakan di States Sports Centre, Sydney, pada Kamis waktu setempat (26/6), Tommy menang dua game 21-16, 21-14 atas Brice Leverdez dari Prancis. Ini merupakan pertemuan perdana dari kedua pebulu tangkis tersebut.
 Untuk bisa menembus semifinal, Tommy, yang diunggulkan di posisi ketiga, akan dijajal Kento Momota. Unggulan ketujuh asal Jepang tersebut di babak sebelumnya mengalahkan rekannya sendiri, Sho Sasaki, 21-15, 19-21, 21-12.
 Kedua pebulu tangkis pernah dua kali bertemu dan saling mengalahkan. Tommy kalah di Tiongkok Masters 2013. Namun, putra legenda bulu tangkis Indonesia, Icuk Sugiarto tersebut membalasnya sebulan kemudian di Denmark Super Series Premier 2013.
 Sementara, Simon melaju ke perempat final usai melibas Lee Dong-keun (Korea Selatan) 21-18, 21-16.  Ini menjadi kemenangan ketiga Simon atas pebulu tangkis berperingkat 33 dunia tersebut.
 Di perempat final, Simon, yang kini melonjak ke posisi 18 dunia, akan menjajal ketangguhan Wong Wing Ki asal Hongkong. Lelaki yang mempunyai darah Indonesia tersebut di babak kedua menjungkalkan unggulan kedelapan asal Jerman Marc Zwiebler 21-18, 21-18.
 Simon punya rekor bagus jika bersua dengan Wing Ki, yang kini duduk di posisi 44 dunia tersebut. Dia belum pernah kalah.
 Pertemuan terakhir terjadi pada Indonesia Super Series Premier 2012. Saat itu, Simon menang 15-21, 21-16, 21-19. Saat itu, Simon akhirnya Simon menjadi juara.
 Jika Tommy dan Simon menang, kedua pebulu tangkis yang kini sama-sama berstatus penghuni Pelatnas Cipayung tersebut akan bersua di semifinal. Sebenarnya, Cipayung juga mengirimkan Wisnu Yuli Prasetyo. Sayang, dia sudah tersingkir di babak kualifikasi. (*)  

Yong-dea/Yeon-seong Siap Menggusur

NAIK: Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong
POSISI Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan terusik. Musuh besarnya di nomor ganda putra, Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong asal Korea Selatan, kini ada di possi kedua.
 Ini tak lepas dari capaian yang dipetik oleh ganda Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut dalam dua turnamen terakhir, Jepang Super Series 2014 dan Indonesia Super Series Premier 2014. Yong-dae/Yeon-seong mampu menjadi juara. Menariknya, dalam final, mereka mengalahkan lawan yang sama, Hendra/Ahsan.
 Bahkan, tak menutup kemungkinan, poin Yong-dae/Yeon-seong bakal bertambah. Ini disebabkan mereka masih bertahan di Australia Super Series 2014.
 Pasangan yang pernah duduk di posisi teratas dunia tersebut melaju ke babak perempat final. Jalan menuju juara pun terbentang lebar.
 Sebelumnya, peringkat Yong-dae/Yeon-seong mengalami penurunkan. Penyebabnya, sejak Februari lalu, keduanya absen dari berbagai turnamen karena sanksi yang diterima Yong-dae.
 Pebulu tangkis yang digandrungi banyak perempuan itu terkena sanksi selama 1 tahun oleh BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia). Dia menolak saat harus menjalani tes doping.
 Untung, hukuman tersebut tak dilakoni selama satu tahun. Baru dua bulan, Yong-dae mendapat pengampunan.
 Faktor Yong-dae/Yeon-seong juga yang membuat PP PBSI tak jadi mengirimkan Hendra/Ahsan ke Australia Super Series 2014. Alasannya, agar mental juara dunia 2013  tersebut bisa pulih.
 Ya, selama lima kali pertemuan, Hendra/Ahsan hanya menang sekali atas Yong-dae/Yeon-seong. Itu terjadi pada babak perempat final Piala Thomas 2014 di New Delhi, India, pada Mei lalu.
 Dalam ranking ganda putra yang dikeluarkan 26 Juni itu, Pelatnas Cipayung masih menempatkan Angga Pratama/Rian Agung Saputra di posisi 10 besar. Meski, capaian mereka di Indonesia Super Series Premier 2014 tak sesuai harapan karena tersingkir di babak awal. Padahal, Angga/Rian diharapkan mampu menembus babak final sehingga All Indonesian Finals bisa tercipta. (*)

Ranking Ganda Putra (10 besar)

1.Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia)
2. Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel)
3. Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang)
4. Mathias Boe/Cartsen Mogensen (Denmark)
5. Kim Ki-jung/Kim Sa-rang (Korsel)
6. Lee Sheng-Mu/Tsai Chia Hsin (Taiwan)
7. Hoon Thien How/Tan Wee Kiong (Malaysia)
8. Markis Kido/Markus Gideon Fernaldi
9. Liu Xialong/Qiu Zihan
10. Angga Pratama/Rian Agung Saputro

Jauh dari Finlandia hanya untuk Kalah WO

KEKECEWAAN ada di benak Anton Johan Kaisti/Iikka Johanes Heino. Niatnya bisa menjajal pasangan Indonesia kandas.
 Bukan karena kalah di atas lapangan. Anton/Likka dinyatakan kalah WO (walk over) atas pasangan Gesttano Ganedra/Viky Anindita dari Tangkas Jakarta dalam pertandingan nomor ganda putra Sirkuit Nasional (Sirnas) Seri Jaw Tengah yang dilaksanakan di Sritex Arena, Solo.
 ‘’Mereka nggak terima dinyatakan kalah WO. Jam main mereka Rabu pukul 23.00 WIB. Infonya telat sampai jam 02.00 Kamis pagi,’’ kata Imam Teguh Santoso, pelatih Anton/Likka, yang saat ini masih berada di Finlandia.
 Saat anak asuhnya datang pukul 01.00 WIB, ternyata keduanya sudah dinyatakan kalah WO. Mereka, tambah Imam, mengaku kecewa sekali.
 Padahal, lanjut dia, kedatangannga ke Indonesia untuk menjajal atmosfer persaingan sirnas. Hanya, Imam menjelaskan kepada anak asuhnya bahwa kondisi Indonesia memang seperti itu.
 Di nomor tunggal, keduanya juga tumbang. Iikka kalah di babak kedua oleh Hardianto dari Tangkas Jakarta dengan 7-21, 10-21. Sedangkan Anton takluk 18-21, 21-19, 8-21 kepada unggulan ketiga Senatria Agus Setia Putra (SGS Bandung). ‘’Yang Anton kalah karena kepanasan. Game ketiga dia benar-benar sudah habis,’’ ungkap lelaki asal Jakarta itu.
 Mantan asisten pelatih di Cipayung itu menambahkan, bahwa Anton dan Likka bakal menimba ilmu di Djarum Kudus hingga Agustus. Di sela-sela menimba ilmu itu, keduanya akan tampil dalam Taiwan Grand Prix Gold pada 15-20 Juli dan Indonesia Challenge pada 12-16 Agustus.
Dalam daftar peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Johan mempunyai ranking 191 di nomor tunggal putra, 181 di ganda putra, dan 99 di ganda campuran.  Sedangkan Iika ada di 397 di nomor tunggal putra, 181 di nomor ganda, dan 1131 di nomor ganda campuran. (*)

Lala Cari Pasangan yang Pas

MANTAN: Lala (kiri) dan Vita Marissa (foto:PBSI)
VARIELLA ‘’Lala’’Aprilsasi punya pasangan baru. Pebulu tangkis spesialis ganda asal Suryanaga Surabaya tersebut bertandem dengan Meiliana Jauhari dalam Sirkuit Nasional (Sirnas) Seri Jawa Tengah yang tengah berlangsung di Sritex Arena, Solo. Bahkan, keduanya langsung ditempatkan sebagai unggulan teratas.
 ‘’Saya ganti pasangan lagi. Maunya sama Vita (Marissa) sih,’’ kata Lala.
 Hanya, pihak Djarum Kudus, klub Vita, tak mengizinkan. Mereka memilihkan Vita dengan Shendy Puspa Irawati.
  ‘’Sebenarnya, klop dengan Vita,’’ terang dia.
 Ya, harus diakui bersama pebulu tangkis putri senior tersebut, Lala mampu mengukir prestasi. Tahun lalu, meski baru berpasangan, Lala/Vita mampu menjadi juara di Australia Grand Prix Gold. Saat ini, turnamen yang dilaksanakan di States Sports Centre, Sydney, itu tengan berlangsung dan naik status menjadi super series karena hadiah yang naik tajam.
 ‘Sedih juga nggak bisa mempertahankan gelar di Australia,’’ ungkap perempuan yang juga pernah digembleng di Pelatnas Cipayung itu.
 Dalam final, Lala/Vita menundukkan pasangan Thailand Taerattanachai Sapsiree/Amitrapai Savitree dengan dua game langsung 21-19, 21-15 (13/4/2013). Sepekan kemudian, di Selandia Grand Prix, mereka nyaris kembali naik ke podium terhormat. Sayang, langkah pasangan yang sama-sama dikenal tomboy tersebut dihentikan Vivian Kah/Woon Khe Wei dari Malaysia dengan tiga game 19-21, 21-15, 17-21.
 Setelah itu, dalam Malaysia Grand Prix Gold 2013, Lala/Vita melaju hingga babak semifinal. Langkahnya ke babak pemungkas digagalkan sesama pasangan Indonesia Pia Zebadiah/Rizky Amelia Pradipta 17-21, 21-16, 17-21 (4/5/2013).
 Capaian ini membuat ranking pebulu tangkis Suryanaga/Djarum Kudus tersebut melompat tingga hingga masuk 10 besar. Namun, setelah itu, pelahan tapi pasti, prestasi keduanya mengalami penurunan.
Puncaknya, setelah mengikuti Malaysia Grand Prix Gold  2014, Lala dan Vita berpisah. Apalagi, dalam turnamen tersebut,  mereka langsung tersingkir di babak I. Padahal, dalam turnamen itu, Lala/Vita menempati unggulan teratas.
 Setelah Malaysia Grand Prix Gold, Lala sempat berpasangan dengan Sri Wulan Sari dalam Indonesia Super Series Premier 2014. Namun, mereka langsung kalah dalam penampilan perdana saat berhadapan dengan sesama pasangan merah putih Gebby Ristiyani/Ni Ketut Mahadewi.
 ‘’Setelah ini, saya belum punya jadwal main di turnamen mana lagi. Masih nyari pasangan yang pas,’’ pungkas Lala. (*)

Angga/Rian Menunggu Vonis

DOWN: Angga Pratama (kiri)/Rian Agung  (foto: PBSI)
POSISI Angga Pratama/Rian Agung Saputro di Pelatnas Cipayung semakin tertekan. Kegagalan demi kegagalan teus ditelan ganda nomor dua di kawah candradimuka Pelatnas Cipayung tersebut.
 Terakhir, Angga/Rian kembali gagal naik ke podium terhormat dalam Australia Super Series 2014. Pada pertandingan yang dilaksanakan di States Sports Centre pada Rabu waktu setempat (25/6), mereka langsung tersingkir di babak pertama.
 Angga/Rian dipermalukan pasangan Jepang Kenta Kazuno/Kazushi Yamada 20-22, 17-21. Selama 2014, hasil yang dicapai dalam turnamen berhadiah total USD 750 ribu tersebut merupakan yang terburuk. Sebelumnya, Angga/Rian mentok di babak kedua dalam dua turnamen yakni India Super Series dan Singapura Super Series.
 Kegagalan di Negeri Kanguru, julukan Australia, ini juga menambah panjang paceklik gelar mereka. Kali terakhir, Angga/Rian juara di Indonesia Grand Prix Gold 2013. Selain itu, mereka datang ke Australia juga dengan status juara bertahan. Hanya, tahun lalu, kejuaraan yang dilaksanakan di Sydney tersebut masih berada di level grand prix gold.
 Sebenarnya, jika menang, Angga/Rian besar kemungkinan besar bersua dengan musuh beratnya asal Korea Selatan Kim Ki-jung/Kim Sa-rang. Pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut tak bisa dikalahkan dalam tiga pertemuan.
 Pada babak kedua Australia Super Series 2014, Indonesia hanya menyisakan Markis Kido/Markus ‘’Sinyo’’ Fernaldi. Dalam penampilan perdananya, pasangan yang diunggulkan di posisi keenam tersebut menang dua game 21-15, 21-18 atas Philip Chew/Sattawat Pongnairat (AS).
 Untuk bisa menembus perempat final, Kido/Sinyo akan bersua dengan Goh V Shem/Tan Wee Kiong. Pasangan Malaysia ini melibas Magnaye Peter Gabriel/Paul Jeerson (Filipina) 21-12, 21-9. (*)

Mendadak Ikuti Jejak Ahsan/Hendra

MUNDUR: Tontowi (kanan)/Liliyana (foto:victor)
PP PBSI  tengah membenahi kekuatan. Buktinya, para andalannya di nomor ganda putra dan ganda campuran batal berlaga dalam Australia Super Series 2014.
 Setelah Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan mengundurkan diri, kali ini giliran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir melakukan langkah serupa dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 750 ribu tersebut. Hanya, bedanya, posisi Hendra/Ahsan masih bisa digantikan pasangan Filipina Philip Joper/Ronel Estanislao. Sedangkan, posisi Tontowi/Liliyana tak bisa digantikan karena mendadak. Ini membuat lawannya, Phillip Chew/Jamie Subandhi dari Amerika Serikat (AS), langsung lolos ke babak kedua tanpa memeras keringat.
 Tampaknya, kegagalan di Indonesia Open Super Series 2014 membuat Tontowi/Liliyana tak sembarangan dikirim ke berbagai event. Dalam turnamen yang juga menyediakan hadiah utama USD 750 ribu tersebut, Tontowi/Liliyana gagal menjadi juara.
 Bermain di depan publiknya sendiri, mereka dipermalukan pasangan Tiongkok yang menjadi musuh beratnya, Xu Chen/Ma Jin, dari Tiongkok pada babak semifinal. Mereka menyerah 21-18, 12-21, 15-21.
 Sebelum berlaga di Indonesia, pada April lalu, Tontowi/Liliyana sukses naik ke podium terhormat dalam Singapura Super Series. Kini, PP PBSI berharap agar Tontowi/Liliyana hanya konsentrasi kepada Kejuaraan Dunia 2014 yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark, 25-30 Agustus.
 Apalagi, status pasangan tersebut merupakan juara bertahan. Selain itu, pada Juli mendatang, tidak ada turnamen super series premier yang mewajibkan Tontowi/Liliyana turun.
 Dengan absennya mereka, di Australia Super Series 2014, Indonesia hanya mengandalkan Riki Widianto/Richi Dili Puspita dan Markis Kido/Pia Zebadiah. Keduanya pun sudah lolos ke babak kedua.
 Dalam pertandingan yang dilaksanakan di States Sports Centre pada Rabu waktu setempat (25/6), Riki/Puspita menang dua game langsung 24-22, 21-13 atas Kim Ki-jung/Kim So-young (Korea Selatan). Ini menjadi pertemuan perdana bagi kedua pasangan.
 Sayang di babak kedua, Riky/Dilli, yang kini terperosok di posisi 16, akan bertemu dengan Kido/Pia. Ini setelah pasangan kakak beradik tersebut menang 21-16, 21-19 atas pasangan Jerman Peter Kaesbauer/Isabel Herttrich. Dalam dua kali pertemuan, Kido/Pia selalu menang yakni di Indonesia Grand Prix Gold 2012 dan Thailand Grand Prix 2013.(*)

Lolos tanpa Keluar Keringat

FEBRIYAN Irvannaldy beda dengan para unggulan. Pebulu tangkis asal Wima, Surabaya, itu  tak perlu memeras keringat untuk bisa menembus babak II.
Febriyan (foto:sidiq)
 Ini dikarenakan lawannya, Alvindo Saputra, dari Tangkas Jakarta mengundurkan diri dalam pertandingan Sirkuit Nasional (Sirnas) Jawa Tengah di Sritex Arena, Solo, pada Selasa waktu setempat (24/6).
 Pada babak kedua yang dilaksanakan Rabu  (25/6), Febri, sapaan karib Febriyan Irvannaldy, akan dijajal M. Hadiyat Mustaqien (SGS Bandung) yang di babak pertama menang rubber game 21-10, 19-21, 21-10 atas wakil Latansa Lebak Eric Romadon.
 Dalam seri yang dilaksanakan di Kota Bengawan, julukan Solo, itu, Febri diunggulkan di posisi kedua. ‘’Unggulan teratas tetap diduduki Alamsyah Yunus,’’ kata Febri.
 Pada babak perdana, Alamsyah juga tak mengalami hambatan berarti. Dia mengalahkan Rohmat Abdul Rohman(Exist) dengan straight game 21-17, 21-18. Kemenangan ini membuat mantan penghuni Pelatnas Cipayung itu bersua Muh Sulton (Mutiara Bandung), yang menang 21-12, 21-19 atas rekan Febri, Rizky Antasari.
 Pada Seri Jawa Tengah ini, Pelatnas Cipayung juga menurunkan wakilnya. Mereka adalah Muhammad Bayu Pangisthu, Anthony Sinusuka Ginting, dan Firman Abdul Kholiq. Ketiga juga menembus babak II. (*)

Tak Mau Bertemu Yong-dae/Yeon-seong

NYALI: Hendra Setiawan (kanan)/Ahsan (foto:PBSI)

TIDAK ada nama Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di Australia Super Series 2014. Mulai Selasa pagi (24/6), nama pasangan Pelatnas Cipayung tersebut digantikan Philip Joper Escueta/Ronel Estanislao dari Filipina.
 Ini tentu sangat mengejutkan. Alasannya, selama ini, Hendra/Ahsan belum pernah mundur dari jadwal turnamen yang diagendakan.
 Bisa jadi, ini imbas dari kegagalan meraih juara dalam dua turnamen terakhir, Jepang Super Series 2014 dan Indonesia Super Series Premier 2014.
 Ironisnya, lawan yang mengalahkannya sama, Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong, dari Korea Selatan. Skor pertemuan kedua pasangan pun sangat jomplang.
 Hendra/Ahsan hanya menang sekali dalam lima kali pertemuan. Satu-satunya hasil manis dipetik pasangan merah putih tersebut dalam putaran final Piala Thomas 2014 yang dilaksanakan di New Delhi, India, Mei lalu.
 Sebenarnya, peluang Hendra/Ahsan untuk bisa bertemu pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, di Australia Super Series 2014 terbuka. Ini disebabkan,kedua pasangan menghuni grup atas. Hendra/Ahsan menempati unggulan pertama dan Yong-dae/Yeon-seong diunggulkan di posisi keempat.
 Memang, Yong-dae/Yeon-seong menjadi momok bagi ganda putra terbaik Indonesia tersebut. Dua gelar bergengsi, juara dunia 2013 dan juara All England Super Series 2014 digapai karena tak bersua dengan mereka.
 Bahkan, juara All England Super Series 2014 dipetik ketika Yong-dae/Yeon-seong tak tampil. Ini dikarenakan Yong-dae masih menjalani sanksi akibat menolak menjalani tes doping.
 Dengan mundurnya Hendra/Ahsan, di Australia Super Series 2014, Indonesia bertumpu kepada Markis Kido/Markus ‘’Sinyo’’ Fernaldi dan Angga Pratama/Rian Agung Saputro. Pasangan terakhir menyandang status juara bertahan. Hanya, tahun lalu, event ini masih bertitel grand prix gold.  (*)

Gagal Tambah Wakil di Babak Utama

TERHENTI: Wisnu Yuli (foto:victor)

INDONESIA gagal menambah wakil di babak utama nomor tunggal putra Australia Super Series 2014. Satu-satunya wakil merah putih di babak kualifikasi, Wisnu Yuli, terhenti langkahnya di babak final.
 Ucil, sapaan karib Wisnu Yuli, menyerah dua game yang mudah 11-21, 6-21 kepada wakil Jepang Riichi Takeshita di States Sports, Sydney, pada Selasa siang waktu setempat (24/6).
 Sebenarnya, pada pertandingan perdana, Ucil sudah menundukkan Daniel Guda (Australia) dengan 21-19, 21-9. Kekalahan ini membuat pebulu tangkis binaan Surya Baja, Surabaya, tersebut rekornya menjadi 1-2.
Ucil pernah mengalahkan Riichi pada Indonesia Grand Prix Gold 2012. Sayang, pada Singapura Super Series, dia gagal mengulangi.
 Pekan lalu, dalam Indonesia Super Series Premier 2014, Ucil mampu menembus babak kedua. Ini yang membuat dia pun dipercaya berlaga di Negeri Kanguru, julukan Australia.
 Sebenarnya, jika lolos, pebulu tangkis yang pernah membela Jawa Timur di ajang PON 2012 itu bakal berhadapan dengan Brice Leverdez asal Prancis. Meski kalah peringkat, secara skill, Ucil masih lebih unggul.  Dalam ranking BWF terakhir, Ucil ada di posisi 133 sementara lawannya di posisi 32.
 Dengan tumbangnya Ucil ini, di babak utama, Indonesia bertumpu kepada Tommy Sugiarto dan Simon Santoso. Dalam turnamen berhadiah USD 750 ribu ini, Tommy diunggulkan di posisi ketiga.
 Pada babak pertama, putra legenda bulu tangkis Indonesia Icuk Sugiarto itu akan ditantang Mohammad Arif Abdul Latif yang lolos dari babak kualifikasi. Dari enam kali pertemuan, Tommy menang lima kali.
 Sayang, kekalahan itu ditelan Tommy dalam pertemuan terakhir di Taiwan Open 2012. Yang bisa membuat tunggal terbaik Indonesia saat ini bisa kalah lagi adalah kondisinya yang masih meragukan. Cedera yang dialami membuat dia tak pernah bisa tampil optimal. Di Piala Thomas, Tommy seakan menjadi kartu mati. Diharapkan menyumbang poin di laga krusial, dia malah kalah.
Terakhir, Tommy hanya sampai pada babak kedua Indonesia Super Series Premier. Padahal, dia diharapkan mampu melangkah lebih jauh.
 Sementara, Simon pada babak pertama akan bersua dengan pebulu tangkis  Jepang  Kazumasa Sakai. Kini, jalan lelaki asal Tegal, Jawa Tengah, tersebut terus melaju terbuka lagi. Unggulan kedua Kenichi asal Negeri Matahari Terbit,julukan Jepang, mengundurkan diri. (*)

Jajal Sistem Baru mulai Agustus

TERUS BERGANTI: Skoring di bulu tangkis.

BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terus melakukan inovasi. Mereka akan  memakai sistem skor yang baru mulai Agustus mendatang.
 Sistem yang dipakai nanti adalah 5x11. Namun, kemenangan tiga game sudah cukup untuk menundukkan lawannya. Selain itu, sistem baru tersebut juga takada deuce atau selisih dua jika skor imbang di poin-poin terakhir.
 ‘’Dari pertemuan BWF pada 30 Mei lalu telah disetujui untuk memakai sistem baru,’’ terang BWF dalam pernyataannya.
 Presiden BWF Poul-Erik Hoyer mengatakan bahwa sistem baru ini akan membuat persaingan bakal semakin ketat. Dia menambahkan, sistem 5x11 ini bakal dicoba dalam beberapa turnamen kecil antara Agustus hingga November.
 Setelah itu,tambah Poul, hasilnya akan dikonsultasikan layak dilakukan apa tidak.
Sebelumnya, sistem skor di bulu tangkis sudah mengalami beberapa perubahan. Semula,game 15 dengan dua set kemenangan, Hanya, di tunggal putri, poin kemenangan di angka 11.
 Setelah itu, sempat dipakai game 7 dengan tiga set kemenangan. Inovasi ini belum tuntas.
 BWF pun memperkenalkan sistem reli poin dengan poin terakhir 21. (*) 

Jalan Firda Lakukan Revans

MUSUH LAMA: Adriyanti Firdasari

CAROLINA Marin bagai mimpi buruk bagi Adriyanti Firdasari. Dalam dua kali pertemuan tahun lalu, di Indonesia Super Series Premier dan Kejuaraan Dunia, Firda, sapaan Karin Adriyanti Firdasari, selalu kalah.
 Padahal, asal Marin bukan dari sebuah negara yang kuat di bulu tangkis. Dia berasal dari Spanyol.
 Namun, dia semakin matang setelah tahun lalu menima ilmu di Indonesia.  Hasilnya,  gadis 21 tahun itu mampu menjadi juara Eropa 2014. Ini membuatnya jadi pebulu tangkis Spanyol yang mencetak sejarah dengan menjadi juara Benua Putih, julukan Eropa.
 Dia pun sempat menembus 10 besar. Saat ini, dari ranking terbaru yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Marin ada di posisi 11.
 Tapi, bukan berarti Marin tak bisa dikalahkan. Kini, penampilan Firda kembali menanjak.
 Kans mantan pebulu tangkis Pelatnas Cipayung itu pun untuk melakukan revans sekaligus memperkecil rekor pertemuan pun terbentang luas saat keduanya bertemu di babak pertama Australia Super Series 201. Apalagi, dalam drawing (undian) terakhir, Firda menjadi pebulu tangkis yang bisa diandalkan bisa berbicara banyak di nomor tunggal putri.
 Ini setelah dua wakil Pelatnas Cipayung, Bellaetrix Manuputty dan Lindaweni Fanetri, mengundurkan diri. Sebenarnya, masih ada Millicent Wiranto.
 Sayang, undian kurang berpihak dengannya. Millicent langsung menantang unggulan teratas Wang Shixian asal Tiongkok. (*)

Tantangan Berat Simon Obati Kegagalan

TERJAL: Simon Santoso (foto:sidiq)

SIMON Santoso mencari pelampiasan di Australia Super Series 2014. Dia bakal turun dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 750 ribu tersebut.
 Hanya, langkah terjal bakal mengiringi perjalanannya di  States Sports Centre, Sydney. Pada babak pertama, Simon akan dijajal Kazumasa Sakai dari Jepang.
 Simon belum pernah bersua dengan pebulu tangkis berperingkat 62 dunia tersebut. Namun, kemampuannya tetap tak boleh di pandang sebelah mata. Dalam Jepang Super Series 2014, Sakai mencuri satu game saat berhadapan dengan legenda tunggal putra asal Tiongkok Lin Dan.
 Jika menang atas Sakai, lawan berat kembali siap menghadang Simon. Besar kemungkinan, lelaki yang kini duduk di ranking 27 dunia itu berhadapan dengan unggulan kedua yang juga berasal dari Jepang Kenichi Tago. Pada babak pertama, dia dijajal Lee Dong-keun dari Korea Selatan. Di Jepang Super Series 2014, Tago mengalahkan lawannya itu dengan 21-12, 22-24, 21-8.
 Bagi Simon, Tago bukan lawan yang asing. Kedua pebulu tangkis punya rekor pertemuan 2-2.
 Hanya, dalam dua kali pertemuan terakhir, Simon selalu kalah. Pil pahit tersebut ditelannya di Piala Sudirman 2011 dan Malaysia Open 2012.
 Selain itu, Tago tengah on fire. Dalam Indonesia Super Series Premier 2014, dia mampu lolos ke babak final. Sayang, di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (22/6), Tago harus mengakui ketangguhan Jan O Jorgensen (Denmark) dengan 21-18, 21-18.
Tago juga menjadi kunci Negeri Sakura, julukan Jepang, menjadi juara Piala Thomas 2014. Ini menjadi gelar perdana bagi negerinya dalam ajang perebutan trofi lambang supresmasi  beregu putra itu.
 Sementara, Simon juga tengah moncer. Selama 2014, dia sudah mengoleksi dua gelar yakni Malaysia Grand Prix Gold dan Singapura Super Series. Menariknya, kedua posisi terhormat itu digapai setelah dia didepak dari Pelatnas Cipayung.
 Kini, Simon pun kembali ke sana. Hanya, saat dia balik ke kawah candradimuka bulu tangkis Indonesia itu, lelaki asal Tegal, Jawa Tengah, itu kembali menerima kado kegagalan. Langkahnya dihentikan Hu Yun (Hongkong) di babak kedua Indonesia Super Series Premier. (*)

Noda setelah Bergulir 32 Tahun

TAK MAIN: Ma Jin/Tan Yuanting (foto:thestar)

INDONESIA Super Series Premier 2014 mencatat dua noda. Ironisnya, itu terjadi di babak final.
 Satu aib tentunya kekalahan pasangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan pada nomor ganda putra. Pil pahit ini membuat tuan rumah gagal menyabut satu gelar pun dalam turnamen yang berhadiah total USD 750 ribu tersebut.
 Yang satu lagi adalah kemenangan yang diperoleh pasangan Tiongkok Tian Qing/Zhao Yunlei atas rekan senegaranya Ma Jin/Tang Yuanting. Tian/Zhao naik ke podium terhormat tanpa memeras keringat alias menang walkover (WO).
 Dalam sejarah Indonesia Open (sebutan familiar Indonesia Super Series Premier 2014), belum pernah ada pertandingan final yang urung dilaksanakan. Padahal, turnamen kebanggaan Indonesia itu sudah dilaksanakan sejak 1982 atau 32 tahun lalu.  Semua pemenang akan memperoleh medali setelah mereka berpeluh keringat di lapangan pada babak pemungkas.
 Memang, sebenarnya, aksi kemenangan WO atas sesama wakil Tiongkok ini bukan hal yang baru. Sudah banyak terjadi jika All Chinas Finals tersebut, mereka memilih salah satu mengundurkan diri.
 Sayang, hingga saat ini, BWF selaku pemegang otoritas bulu tangkis di atas bumi ini belum pernah menjatuhkan sanksi. Ini disebabkan belum ada aturan yang bisa membuat Negeri Tembok Raksasa, julukan lain Tiongkok, terkena sanksi.
 Ketua Bidang Pertandingan dan Perwasitan PP PBSI Eddyanto Sabarudin ketika ditanya masalah ini belum memberikan jawaban. Saat coba di SMS tak ada balasan dan ketika ditelepon tidak diangkat. (*)

Ukir Sejarah dengan Dua Gelar

PODIUM: Joachim Fiscer Nielsen/Christinna Pedersen

DENMARK mengukir sejarah di Indonesia Open. Dalam turnamen yang tahun ini mempunyai titel resmi BCA Indonesia Open Super Series Premier 2014 tersebut mampu membawa pulang dua gelar.
 Posisi terhormat tersebut disumbangkan dari nomor tunggal putra melalui Jan O Jorgensen dan pasangan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen dari  ganda campuran. Dalam final yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Minggu WIB (22/6), dia mengalahkan Kenichi Tago (Jepang) dengan straight game 21-18, 21-18.
 Kemenangan di Jakarta ini membuat dia sudah mengoleksi dua gelar selama 2014. Sebelumnya, Jorgensen menjadi juara Eropa.
 Tahun lalu, Jorgensen juga menjadi juara di level super series dengan memenangi Prancis Super Series 2013. Kebetulan, lawan yang dikalahkannya di babak final juga Tago.
 Jorgsen juga menjadi tunggal Denmark atau pun juga Eropa yang mampu naik ke podium terhormar di Indonesia Open. Pebulu tangkis sekelas Peter Gade di masa jayanya pun belum pernah melakukannya.
 Sementara, di nomor ganda campuran, Joachim/Christinna harus bertarung tiga game 18-21,21-16, 21-14 atas Xu Chen/Ma Jin dari Tiongkok. Ini menjadi kemenangan keenam mereka dari 12 kali pertemuan dengan pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut.
 Gelar di Indonesia juga menjadi yang kedua selama 2014.  Sukses diraih Joachim/Christinna di India Super Series. Dalam babak pemungkas, mereka mengalahkan Ko Sung-hyun/Kim Ha-na dari Korea Selatan.
 Selama Indonesia Open brgulir, Denmark hanya sekali meraih gelar yakni pada 1991 di nomor ganda campuran melalui Thomas Lund/Pernille Dupont. Di babak final, mereka mengalahkan pasangan  tuan rumah Aryono Miranat/Eliza. (*)

Gagal Total Kembali Terulang

TUMBANG: Hendra memeluk Ahsan (foto:chinadaily)

INDONESIA kembali gagal total di kandang sendiri. Hendra Setiawan dkk gagal meraih sekeping medali pun dalam turnamen Indonesia Super Series Premier 2014.
 Hendra/Mohammad Ahsan yang  yang jadi tumpuan akhirnya tersandung di babak final ganda putra. Menempati unggulan teratas, mereka dipermalukan pasangan Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong dengan dua game langsung 15-21, 17-21 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Minggu petang WIB (22/6).
 Ini menjadi kekalahan kelima Hendra/Ahsan dari pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut. Kali terakhir, juara dunia 2013 tersebut menyerah di final Jepang Super Series 2014 pekan lalu di Tokyo.
 Sebenarnya, PP PBSI memasang target juara di dua nomor, ganda putra dan ganda campuran. Bahkan, di ganda putra, induk organisasi bulu tangkis tertinggi di Indonesia itu brharap bisa terjadi final sesame pasangan merah putih (All Indonesian Finals).
 Sayang, asa tersebut menguap. Pasangan nomor dua Pelatnas Cipayung Angga Pratama/Rian Agung Saputro sudah tersandung di babak kedua. Begiu juga pasangan muda Berry Anggriawan/Riky Karanda Suwardi.
 Sementara di nomor ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir terhenti langkahnya di babak semifinal turnamen berhadiah total USD 750 ribu tersebut. Unggulan kedua ini  kalah oleh Xu Chen/Ma Jin.
 Selama penyelenggaraan Indonesia Open (sebutan Indonesia Super Series Premer) sejak 1992, merah putih empat kali gagal total yakni 2007, 2009, 2010, dan 2011.  (*)


Hasil Final Indonesia Open Super Series Premier 2014
Tunggal Putra: Jan O Jorgensen (Denmark x3) v Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok x3) 18-21, 21-16, 21-14

Tunggal Putri: Li Xuerui (Tiongkok x1) v Ratchanok Intanan (Thailand x4) 21-13, 21-13

Ganda Putra: Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel x5) v Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia x1) 21-15, 21-17

Ganda Putri:Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x8) v Ma Jin/Tang Yuanting (Tiongkok) WO

Ganda Campuran: Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark x4) v Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok x3) 18-21, 21-16, 21-14
X=unggulan

Lagi-Lagi Tinggal Sisakan Tontowi/Liliyana

KLOP: Chris Adcock/Gabrielle Adcock
 KEJUTAN Kevin Sanjaya/Greysia Polii di Indonesia Super Series Premier 2014 gagal berlanjut. Langkah pasangan ganda campuran anyar Pelatnas Cipayung tersebut terhenti hanya sampai babak kedua.
 Kevin/Greysia harus mengakui ketangguhan Lee Yong-dae/Shin Seung-chan asal Korea Selatan dengan dua game 21-18, 21-17 pada pertandingan yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Kamis waktu setempat (19/6). Sebelumnya, pada babak pertama, (18/6) Kevin/Greysia menumbangkan unggulan pertama sekaligus juara Olimpiade London 2012 asal Tiongkok Zhang Nan/Zhao Yunlei.
 Kekalahan juga ditelan pasangan Praveen Jordan/Debby Susanto. Mereka menyerah tiga game 21-16, 16-21, 11-21 kepada unggulan keempat asal Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen. Ini menjadi kekalahan kedua bagi pasangan merah putih dalam dua kali pertemuan. Pada Malaysia Super Series 2014, Jordan/Debby juga kalah.
 Untung, di nomor ganda campuran, Indonesia masih memiliki Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Juara dunia 2013 tersebut melaju ke babak perempat final berkat kemenangan rubber game 21-11, 22-24, 21-13. Di babak pertama, Tontowi/Liliyana juga dipaksa tampil tiga game oleh Michael Fuchs/Brigit Michels (Jerman).
 Namun, untuk bisa menembus babak semifinal juga bukan tugas yang ringan bagi Tontowi/Liliyana.  Unggulan kedua di Indonesia Super Series Premier 2014 ini akan ditantang Chris Adcock/Gabrielle Adcock.
 Pasangan suami-istri tersebut mampu mengalahkan Tontowi/Liliyana dalam pertemuan terakhir di Prancis Super Series 2013. Saat itu, mereka menang 22-20, 21-17. Ini membalas kekalahan di Singapura Super Series 2013. (*)

Tidak Perlu Tunggu SK

Sony Dwi Kuncoro

KEKALAHAN di babak pertama Indonesia Super Series Premier membuat Sony Dwi Kuncoro siap-siap angkat koper dari Pelatnas Cipayung. Bagaimana perasaan Sony. Berikut petikan wawancaranya.

Setelah 10 tahun di Pelatnas Cipayung, bagaimana perasaan sekarang?
-13 tahun Mas he he he. Ya lumayan sedih. Tapi, semua pemain akan situasi atau keadaan seperti ini. Ya dinikmati saja. Habis ini kan senang dan semangat lagi karena di Surabaya (Surabaya merupakan kota asal Sony)

Tujuan nanti apa, mau balik ke Pelatnas Cipayung?
-Saya mau jadi profesional dulu.

Jadi pemain profesional, biaya sendiri  atau sudah ada sponsor?
-Belum tahu. Nanti nyari sponsor dulu he he he

Sony keluar karena ada orang yang tidak suka ?
-Anggap saja nggak ada. Biar tenang. Biasanya sih kalau gagal, banyak yang senang

Sony sudah dipanggil Ketua Umum PP PBSI atau Binpres PP PBSI?
-Belum. Palingan nggak ada panggilan. PBSI kan sukanya begitu. SK nya saja kadang yang ngasihkan orang lain

SK pencoretan dari Pelatnas Cipayung apa sudah keluar?
-Belum dan nggak tahu kapan keluarnya.

Apa ke Surabaya-nya nunggu SK keluar?
-Gak juga nggak apa-apa he he he. Saya awal Juli ke Surabaya bersama keluarga. (*)

Simon Gagal Ulangi Capaian 2012

PENAKLUK: Hu Yun 
 SEPAK terjang Simon Santoso terhenti kandang sendiri. Setelah tak terkalahkan sejak April dan menjuarai dua turnamen, dia  harus menelan malu.
 Itu setelah Simon dipaksa harus mengakui ketangguhan Hu Yun dari Hongkong dengan rubber game 18-21, 21-13, 20-22 dalam pertandingan babak II Indonesia Super Series Premier 2014 yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Kamis sore WIB (19/9).
 Ini juga menjadi kekalahan pertama yang ditelan Simon dari Hu Yun. Dalam dua kali pertemuan sebelumnya, pebulu tangkis yang kembali dipanggil masuk Pelatnas Cipayung ini selalu menuai hasil manis yakni di Indonesia Super Series 2010 dan India Super Series Premier 2013.
 Kekalahan ini juga membuat Simon gagal mengulangi sukses dua tahun lalu. Saat itu, lelaki asal Tegal, Jawa Tengah, tersebut mampu menjadi juara. Tahun lalu, Simon gagal mempertahankan gelar dengan alasan cedera.
  Namun, harus diakui, performa Hu Yun memang lagi on fire. Pekan lalu, pebulu tangkis yang pernah membela Suryanaga di ajang Superliga Bulu Tangkis Indonesia 2013 tersebut juga mampu menembus babak final Jepang Super Series 2014. Namun, langkahnya dihentikan oleh tunggal putra peringkat satu dunia Lee Chong Wei asal Malaysia. Hasil itu yang membuat Hu Yun pun kembali menembus posisi 10 besar dunia.
 Sebelumnya, dua pebulu tangkis senior di Pelatnas Cipayung, Sony Dwi Kuncoro dan Dionysius Hayom Rumbaka, sudah angkat koper sejak babak pertama Rabu (17/7). Sony menyerah kepada Chong Wei, yang juga unggulan pertama,  dan Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, kalah oleh unggulan kedua asal Tiongkok Chen Long. Hasil tersebut semakin membuat pintu keluar dari Pelatnas Cipayung bagi keduanya terbuka lebar. (*)

Seminggu Jadi Sparring di Klub Jepang

GO INTERNATIONAL: Andre Kurniawan (foto:djarum)
ANDRE Kurniawan Tedjono gagal menembus babak utama Djarum Indonesia Super Series Premier 2014. Dalam final kualifikasi yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, pada Selasa (16/6), dia harus mengakui ketangguhan Chen Yuekun (Tiongkok) dengan dua game langsung 21-15, 21-7.
 ‘’Sebenarnya, lawan nggak bagus. Hanya, main saya lagi kacau,’’ kata Andre kepada smashyes.
 Ini, tambah dia, karena dia baru saja pulih dari cedera lutut. Petaka itu dialaminya di Eropa dua bulan lalu.
 ‘’Cedera sih sudah sembuh.Tapi, kepercayaan memang belum balik,’’ tambah lelaki yang masih tercatat sebagai anggota PB Djarum Kudus itu.
 Meski gagal, sederet agenda sudah menunggu mantan pebulu tangkis Pelatnas Cipayung. Andre bakal bolak-balik Jakarta-Jepang-Jakarta-Taipe.
 ‘’Minggu depan (22/6), saya akan ke Jepang. Tepatnya di Kota Akita. Saya jadi sparring partner, klub Hokuto,’’ ucap Andre.
 Rencananya, dia akan berada di Negeri Sakura, julukan Jepang, selama seminggu. Diharapkan ilmu pemuda 27 tahun tersebut bakal ditularkan kepada pebulu tangkis lokal.
 ‘’Setelah dari Jepang, saya kembali dulu ke Jakarta. Persiapan Taiwan Grand Prix Gold 2014,’’ papar Andre.
 Andre Kurniawan sudah lama malang melintas di luar negeri. Bahkan, sampai saat ini, dia masih sering tampil di ajang kompetisi bulu tangkis Jerman, Bundesliga.
 Dalam ranking terakhir, Andre ada di posisi 58 dunia. Posisi terbaik yang pernah didudukinya adalah 18. (*)