WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Bakal Ketat hingga Partai Kelima

SEPANJANG sejarah Piala Thomas, Jepang belum pernah merasakan menjadi juara. Capaian terbaik adalah menembus babak semifinal dalam dua gelaran terakhir, 2010 di Kuala Lumpur (Malaysia) dan 2012 di Wuhan (Tiongkok).
 Kini, di 2014, Negeri Matahari Terbit, julukan Jepang, secara mengejutkan melaju di babak final. Lawan yang ditumbangkan di babak semifinal di Siri Fort Indoor Stadium, New Delhi, India, pada Jumat waktu setempat (23/5) bukan tim sembarangan, Tiongkok, sang juara bertahan. Skornya pun sangat telak 3-0 langsung.
 Kini, kans mengukir sejarah sudah di depan mata. Kenichi Tago dkk bakal berhadapan dengan Malaysia pada Minggu waktu setempat (25/5). Malaysia sendiri lolos ke partai puncak setelah mempermalukan Indonesia juga dengan skor 3-0.
 Menghitung kekuatan yang ada, pertandingan bisa berlangsung selama lima partai. Asumsinya, Jepang bakal memetik kemenangan di ganda pertama, tunggal kedua, dan tunggal ketiga.
 Di tunggal putra, Tago bakal menyerah kepada Lee Chong Wei. Dalam 16 kali pertemuan, 15 kali Chong Wei memetik kemenangan.
 Selain itu, dari sisi ranking, Chong Wei duduk di ranking pertama sementara Tago di posisi keempat. Namun, di atas lapangan, bisa berubah.
 Tago pernah membuat Chong Wei menelan kekalahan perdana di semifinal Prancis Super Series 2013. Saat itu,  Tago menang 17-21, 21-16, 21-12. Namun, dalam Korea Super Series 2014, Chong Wei membalasnya juga di babak semifinal dengan straight game 21-17, 21-17.
 Di partai kedua, pasangan Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa lebih diunggulkan untuk bisa menundukkan ganda Malaysia Tan Boon Heong/Hoon Thien How. Meski, pasangan Malaysia tersebut di babak semifinal lalu menjungkalkan juara dunia asal Indonesia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
 Namun, hasil tersebut bukan menjadi acuan. Endo/Hayakawa sangat solid di lapangan.
 Nah, Jepang bakal kembali memetik kemenangan di partai ketiga yang mempertemuan Kento Momota dengan Chong Wei Feng.
Meski pernah kalah di Malaysia Grand Prix Gold 2012, namun, Momota  bakal tak mudah lagi ditumbangkan oleh Wei Feng. Apalagi,dari sisi ranking, Momota masih unggul. Dia ada di posisi ke-14 sementara Wei Feng masih 13 setrip di bawahnya.
 Tapi, Malaysia bisa jadi  akan menang mudah di nomor ganda. Pasangan dadakan Goh V Shem/Tan Wee Kiong masih diunggulkan untuk menang atas  Keigo Sonoda/Takeshi Kamura. Pengalaman V Shem masih akan sangat membantu untuk bisa memetik poin. Meski, dia tak tampil dengan pasangan aslinya, Lim Khim Wah, yang merupakan juara Malaysia Super Series Premier 2014.
 Hanya, dua kemenangan Malaysia bakal sia-sia karena tunggal ketiganya Liew Daren bakal menyerah kepada Sho Sasaki. Hanya, partai kedua pebulu tangkis ini juga akan menguras emosi dan tenaga.
 Dari sisi ranking, Sasaki unggul jauh. Kini, dia di posisi 17 sedangkan Daren di tangga ke-66.
 Namun, siapa pun pemenangnya, telah membuat terbuka peta persaingan beregu yang tak lagi di dominasi Tiongkok dan Indonesia. (*)

Putri Tiongkok Raih Gelar Ke-13

TIM Uber Tiongkok makin susah dikejar. Mereka mampu mengoleksi 13 gelar trofi lambang supremasi bulu tangkis beregu putri dunia tersebut.
Gelar terakhir diraih Negeri Panda, julukan Tiongkok, setelah menundukkan Jepang dengan skor 3-1 dalam final Piala Uber 2014 yang dilaksanakan di Siri Fort Indoor Stadium, New Delhi, India, pada Sabtu waktu setempat (24/5).
 Tiongkok membuka kemenangan melalui Li Xuerui. Tunggal putri nomor satu dunia tersebut menang Minatsu Mitani dengan dua game langsung 21-15, 21-5 pada pertandingan yang hanya memakan waktu 36 menit.  Ini merupakan kemenangan kelima Xuerui atas lawannya yang kini duduk di ranking 12 dunia.
 Namun, Negeri Sakura, julukan Jepang, mampu menyamakan kedudukan. Di partai kedua yang mempertandingkan nomor ganda, pasangan Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi mempermalukan Bao Yixin/Tang Jinhua dengan 21-18, 21-9.
 Hasil ini menjadi kemenangan perdana bagi Misaki/Ayaka yang tak pernah atas lawannya dalam tiga kali perjumpaan sebelumnya. Apalagi, dari sisi peringkat, Bao/Tang dua setrip di atas mereka yang ada di ranking keempat.
 Sayang, di laga ketiga yang mempertemukan nomor tunggal, wakil Jepang Sayaka Takahashi menyerah straight game 16-21, 12-21 kepada Wang Shixian. Perlawanan Jepang terhenti saat pasangan Miyuki Maeda/Reika Kakiwa menyerah mudah 13-21, 6-21 kepada Zhao Yunlei/Wang Xiaoli.
 Dengan hasil yang sudah 3-1, partai terakhir yang mempertemukan Akane Yamaguchi, juara dunia junior tahun lalu, dengan Wang Yihan, yang kini duduk di posisi ketiga dunia, tak dilaksanakan.
 Trofi di Piala Uber ini sekaligus mengobati kekecewaan di ajang Piala Thomas. Datang dengan status lima kali beruntun menjadi juara di event beregu putra itu, Tiongkok secara mengejutkan tumbang dengan skor 0-3 kepada Jepang pada pertandingan yang dilaksanakan Kamis waktu setempat (23/5).
 Di final, Jepang akan bersua dengan Malaysia yang di semifinal menundukkan Indonesia juga dengan skor 3-0. (*)

Sejarah India Cukup Semifinal


INDIA gagal melanjutkan sejarah. Setelah mampu mengukir sukses menembus semifinal, Saina Nehwal dkk harus mengakui ketangguhan Jepang dengan skor tipis 2-3 dalam pertandingan semifinal Piala Uber 2014 yang dilaksanakan di Siri Fort Indoor Stadium, New Delhi, India, pada Sabtu malam waktu setempat (23/5).
 Di awal pertandingan, sebenarnya harapan menembus final terbentang lebar. Tuan rumah langsung memimpin 2-0. Dua tunggal putri andalannya, Saina dan PV Sindhu, menundukkan wakil Negeri Sakura, julukan Jepang.
 Saina, yang kini duduk di posisi kedelapan, menang mudah 21-12, 21-13 dalam pertandingan yang berlangsung selama 41 menit. Ini merupakan kemenangan keempat  selama enam kali pertemuan. Meski, dalam dua pertemuan terakhir, di Pancis Super Series 2012 dan Kejuaraan Dunia 2013, Saina kalah.
 Torehan Saina di partai pertama membakar semangat Sindhu. Perempuan yang kini duduk di posisi 11 ini menang rubber game 19-21, 21-18, 26-24 atas Sayaka Takahashi.
 Petikan ini membuat Sindhu juga mampu melakukan revans atas Takahashi. Dua tahun lalu di Malaysia Grand Prix, dia dipaksa takluk dua game langsung 19-21, 12-21.
 Nah, di partai ketiga, India berharap peristiwa seperti melawan India sehari sebelumnya (22/5) kembali terulang. Pasangan Jwala Gutta/Ashwini Ponnapa menjadi tumpuan untuk memastikan kemenangan.
 Sayang, asa itu gagal terlaksana. Jwalla/Ashwini menyerah tiga game 12-21, 22-20, 16-21 kepada Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi.
 Nah, kekalahan ini langsung membuat posisi India berubah. Mereka tak lagi diunggulkan menembus final.
 Alasannya,tunggal ketiga India Thulasi dan ganda kedua Saina/Sindhu kekuatannya masih di bawah wakil Jepang. Akhirnya terbukti. Thulasi menyerah 14-21, 15-21 kepada Eriko Hirose dan Saina/Sindhu tumbang 14-21, 11-21 kepada Miyuki Maeda/Reika Kakiiwa.
 Di final, Jepang akan menantang juara bertahan sekaligus kolektor 12 kali Piala Uber, Tiongkok, pada pertandingan yang dilaksanakan Sabtu waktu setempat (24/5). (*)

Belum Bisa Menanggung Beban Berat


DUA kali menjadi penentu, dua kali pula amanah itu gagal dilaksanakan. Itulah gambaran tentang Dionysius Hayom Rumbaka di ajang Piala Thomas dalam dua edisi terakhir.
 Dua tahun lalu di Wuhan, Tiongkok, pemuda asal Jogjakarta tersebut juga kalah oleh wakil dari Jepang Takume Ueda. Saat itu, Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, menyerah dua game langsung 14-21, 19-21.
 Kekalahan ini menjadi aib bagi Indonesia. Sejak mengikuti Piala Thomas 1957, baru pada 2012 merah putih tak mampu menembus babak semifinal.
 Nah, tahun ini pun kembali terulang. Hayom menanggung beban harus menang untuk membuka peluang Indonesia bisa lolos ke final.
 Kans itu terbuka. Alasannya, lawan yang dihadapi adalah Chong Wei Feng. Secara peringkat, Hayom,sapaan karib Dionysius HayomRumbaka, masih di atas lawannya. Dia di posisi 19 sedangkan Wei Feng  delapan setrip di bawahnya.
 Hanya, beban Hayom sangat  berat. Dua partai awal, Indonesia kalah sehingga kedudukan sebelum dia turun ke lapangan sudah 0-2.
 Sayang, seperti halnya di Wuhan, host Piala Thomas 2012, Hayom pun gagal memberikan sumbangan donasi angka yang sangat dibutuhkan Indonesia. Indonesia pun harus gigit jari karena gagal lagi menggapai partai puncak yang sudah ada di depan mata.
Kekalahan Hayom pun menamatkan langkah merah putih karena kalah 0-3. Nampaknya, PP PBSI tak hanya memberikan porsi latihan yang lebih berat lagi kepada Hayom tapi juga menempa mentalnya agar punya mental juara. (*)

Gagal ke Final, Buang Kesempatan Terbesar


ASA memulangkan Piala Thomas kembali ke Indonesia tak tergapai. Merah putih dipaksa harus mengakui ketangguhan Malaysia 0-3.
 Ironisnya, pil pahit tersebut ditelan sudah di babak semifinal event beregu putra tersebut. Tommy Sugiarto yang diharapkan mencuri kemenangan dari tunggal terbaik dunia saat ini Lee Chong Wei malah tampil hangat-hangat tahi ayam.
 Dia hanya mampu memberikan perlawanan di game pertama sebelum akhirnya menyerah 19-21. Pada game kedua, Tommy jadi mainan Chong Wei dengan 13-21.
 Nah, pada game kedua, skenario Indonesia bisa mengalahkan langsung kandas. Juara dunia 2013 Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan secara mengejutkan kalah 19-21, 21-8, 21-23 kepada Tan Boon Heong/Hoon Thien How.
 Di atas kertas, pasangan merah putih seharusnya bisa memenangkan pertandingan. Hendra/Ahsan merupakan juara dunia sekaligus peringkat pertama dunia saat ini. Sementara,  lawannya merupakan pasangan dadakan di Piala Thomas 2014.
 Namun, di atas lapangan berkata lain. Beban untuk menyamakan kedudukan membuat Hendra/Ahsan tampil tegang, khususnya di game terakhir.
 Di partai ketiga, Dionysius Hayom Rumbaka tak kuasa membendung aksi Chong Wei Feng. Dia menyerah dua game langsung 10-21, 18-21.
 Kekalahan ini pun menambah panjang kegagalan Indonesia membawa pulang Piala Thomas. Kali terakhir, merah putih merebut Piala Thomas 2002 di Guangzhou, Tiongkok.
 Sebenarnya, peluang itu sangat terbuka tahun ini. Alasannya, kekuatan semua negara tengah merata. Bahkan, bisa disebut, Indonesia masih sedikit di atas.
 Tiongkok yang selama ini merajai Piala Thomas pun tengah berada di tren menurun. Materi yang dimiliki tak setangguh sebelum-sebelumnya.
 Ini memang terbukti. Lin Dan dkk terhenti di semifinal oleh Jepang dengan skor telak 0-3. Sayang, beberapa jam kemudian, giliran Indonesia yang langkahnya terhenti.(*)


Tiongkok Stop di Angka Lima


TIONGKOK gagal memecahkan rekor Indonesia di ajang Piala Thomas. Ambisi meraih Piala Thomas untuk kali keenam secara beruntun digagalkan oleh Jepang di babak semifinal.
 Negeri Tembok Raksasa, julukan Tiongkok,tersebut menyerah 0-3 langsung dalam pertandingan yang dilaksanakan di Siri Fort Indoor Stadium, New Delhi, India, pada Jumat sore waktu setempat (23/5). Kemenangan Negeri Matahari Terbit, julukan Jepang, disumbangkan Kenichi Tago dan Kento Momota dari nomor tunggal serta pasangan Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa.
 Tago yang dipercaya turun di partai pertama menumbangkan Chen Long dengan dua game langsung 21-13, 21-11. Kemenangan ini cukup mengejutkan karena ranking Tago dua setrip masih di bawah Chen Long, yang ada di posisi kedua.
 Selain itu, Tago juga tampil dalam pertandingan perempat final. Dia dipermalukan tunggal pertama Prancis Brice Leverdez.
 Kemenangan Tago ini diikuti oleh Endo/Hayakawa yang menjungkalkan Chai Biao/Hong Wei 22-20, 21-19. Tiket ke final digenggaman Jepang berkat kemenangan Momota atas Pengyu dengan rubber game 23-25, 21-18, 21-14.
 Bagi Jepang, ini merupakan final perdana. Sebaliknya, kegagalan menembus babak pemungkas ini yang pertama sejak 2002.
 Padahal, jika lolos ke final dan kembali menjadi juara, Tiongkok akan memecahkan rekor Indonesia menjadi juara enam kali beruntun dalam ajang perebutan supremasi bulu tangkis beregu putra tersebut.
 Sejak 2004, Tiongkok selalu menjadi pemenang. Sedangkan Indonesia melakukannya pada 1994-2002. (*)

Kembali Berharap dari Simon Santoso


 Hanya, sudah 12 tahun, Indonesia tak pernah lagi berhadapan dengan negeri jiran tersebut. Saat itu, ketika event perebutan  supremasi beregu putra dilaksanakan di Guanghou, Tiongkok, merah putih mampu mengalahkan Malaysia dua kali.
 Dua kali? Ya, ketika itu, Indonesia  juga satu grup dengan Malaysia di babak penyisihan. Merah Putih unggul 4-1 dalam pertandingan yang digelar 12 Mei  2012 tersebut.
 Kedua negara pun kembali bersua di babak final yang dilaksanakan 19 Mei 2012. Hasilnya, merah putih pun berkibar setelah unggul 3-2.
Tiga kemenangan disumbangkan Candra Wijaya/Sigit Budiarto yang mengalahkan Chan Chong Ming/Chew Choon Eng 7-3, 7-4, 7-2 (masih memakai format 7).Kemudian pasangan Halim Haryanto/Tri Kusharyanto yang melibas Choong Tan Fook/Lee Wan Wah  8-7, 7-8, 7-1, 7-3.  Kemenangan ini membuat skor imbang 2-2. Sebelumnya, Indonesia kehilangan angka dari tunggal pertama.
 Marleve Mainaky menyerah kepada Wong Choong Han 5-7, 5-7, 1-7. Di tunggal kedua, Taufik Hidayat, yang menjalani debutnya di Piala Thomas, takluk 7-1, 5-7, 2-7, 7-2, 3-7 kepada Lee Tsuen Seng.
 Nah, di partai terakhir, Hendrawan memastikan Indonesia merebut Piala Thomas untuk kali ke-13 setelah memupus asa Roslin Hashim 8-7, 7-2, 7-1. Ironisnya, sekarang, Hendrawan menjadi bagian pelatih Malaysia.
 Kejadian serupa bisa kembali terulang. Pertarungan Indonesia versus  Malaysia yang dilaksanakan Jumat sore waktu setempat (23/5) bisa berlangsung lima partai.
 Nah, di sini, Simon Santoso memegang peranan besar. Pertimbangannya, Malaysia bakal mencuri melalui nomor tunggal dari aksi Lee Chong Wei dan ganda kedua Goh V Shem/Tan Wee Kiong. Chong Wei diprediksi tak akan mengalami kesulitan menundukkan Tommy Sugiarto.
 Pertimbangannya, Tommy tak pernah menang atas Chong Wei dalam sembilan kali pertemuan. Kali terakhir, putra legenda bulu tangkis Indonesia Icuk Sugiarto tersebut kalah 19-21, 9-21 di final Malaysia Super Series Premier 2014.
 Di Malaysia Super Series Premier 2014 pula, Angga/Rian menyerah kepada V Shem/Wee Kiong. Jadi, peran Simon sangat dibutuhkan. Harapannya, Simonlah yang akan menang atas tunggal ketiga negeri jiran Liew Daren. (*)

Ketemu Malaysia di Semifinal


SIMON Santoso menjadi pahlawan Indonesia ke semifinal Piala Thomas 2014. Kemenangan 21-12, 22-20 atas Soo Hwang-joo membuat merah putih unggul 3-2 atas Korea Selatan dalam pertandingan perempat final yang dilaksanakan di Siri Fort Indoor Stadium, New Delhi, India, pada Kamis malam waktu setempat (23/5).
 Sebelumnya, Indonesia sempat tertinggal setelah tunggal pertama Tommy Sugiarto menyerah 21-23, 22-24 atas Son Wan-ho dalam waktu 1 jam 6 menit. Kekalahan ini memberikan pil pahit kepada Tommy dua kali beruntun.Sebelumnya, di babak penyisihan Grup A, dia juga kalah saat berhadapan dengan tunggal pertama Thailand Boonsak Ponsana.
 Namun, lagi-lagi, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan membuka kembali harapan lolos ke empat besar. Penampilan tak kenal menyerah, membuat juara dunia 2013 tersebut unggul 21-15, 17-21, 21-19 atas Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong.
 Ini merupakan kemenangan perdana Hendra/Ahsan atas pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, tersebut. Dalam tiga laga sebelumnya, mereka tak pernah memetik kemenangan.
 Pelatih ganda Herry I.P pun benar-benar  membuktikan omongannya. Saat kali terakhir bertemu di semifinal, dia mengaku sudah tahu titik lemah Yong-dae/Yeon-seong meski saat itu kalah 20-22, 20-22.
 Indonesia kembali leading saat  Dionysius Hayom Rumbaka menang straight game 21-17, 21-16 atas  Lee Dong-keun. Pertandingan ini merupakan pertemuan perdana kedua pebulu tangkis.
 Hanya, secara ranking,Hayom, sapaan karib Dionysius Hayom Rumbaka, unggul. Dia ada di posisi 19 sementara lawannya   32.
 Kubu Indonesia kembali deg-degan saat Angga Pratama/Rian Agung Saputro menyerah tiga game 14-21, 21-10, 13-21. Kedudukan pun menjadi imbang 2-2. Untung, pada pertandingan penentuan, Simon mampu menjawab kepercayaan yang diberikan.
 Di babak semifinal, Indonesia bersua dengan Malaysia yang di perempat final mengalahkan Denmark 3-1. Satu laga lainnya mempertemukan Tiongkok dengan Jepang. Tiongkok lolos berkat kemenangan 3-0 atas Thailand dan Jepang menundukkan Prancis 3-1. (*)

Penantian 18 Tahun Belum Berakhir


HARAPAN memulangkan Piala Uber ke Indonesia lagi gagal. Itu setelah langkah merah putih dihentikan India dengan skor telak 0-3 dalam pertandingan perempat final yang dilaksanakan di Siri Ford, New Delhi, India, pada Kamis sore waktu setempat (23/5).
 Sebenarnya, jika Indonesia mampu mencuri satu partai di tiga pertandingan lawan, langkah menembus babak semifinal sangat terbuka lebar. Sayang, Lindaweni Fanetri, Bellaetrix Manuputty, dan pasangan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari gagal menundukkan wakil tuan rumah.
 Linda, sapaan karib Lindaweni Fanetri, yang turun di partai pertama menyerah dua game langsung 17-21, 10-21 kepada Saina Nehwal. Ini menjadi kekalahan kedua Linda kepada pebulu tangkis India yang pernah duduk di tangga kedua peringkat dunia tersebut.
 Sebelumnya, dia menyerah kepada Sania di Indonesia Super Series Premier 2013 dengan 17-21, 13-21. Tapi, sepekan kemudian, Linda membalasnya di Singapura Super Series dengan memetik kemenangan 17-21, 21-13, 21-13.
Kekalahan Lindan atas Sania di pertandingan pertama membuat Bella, sapaan karib Bellaetrix Manuputty, terbebani. Sempat tegang dan kalah 16-21 oleh P V Sindhu, dia membalikkan keadaan di game kedua dengan memetik kemenangan  21-10.
 Pertandingan di game ketiga atau game pemungkas, pertandingan Bella dan Sidhu berlangsung alot. Namun, Sindhu lebih beruntung dan memenangi game ketiga dengan 25-23.
 Pada pertandingan ketiga, Greysia/Nitya tak berdaya di tangan Jwala Gutta/Ashwini Ponnapa dan menyerah 18-21, 18-21. Kekalahan ini membuat penantian Indonesia merebut Piala Uber semakin panjang. Kali terakhir, Indonesia menjadi juara pada 1996 atau 18 tahun lalu.
 Kemenangan ini membawa India akan berhadapan dengan Jepang di babak semifinal yang dilaksanaan Jumat waktu setempat (23/5). Negeri Sakura, julukan Jepang, menembus empat besar setelah menundukkan Denmark 3-0.
 Sementara, semifinal lain saling bertemu antara Tiongkok dan Korea Selatan. Negeri Panda, julukan Tiongkok, menghentikan perlawanan Inggris 3-0 dan Korea Selatan membungkam Thailand dengan 3-1.
 Lolos ke semifinal juga menjadi sejarah bagi India. Selama ini, mereka belum pernah menjejakkan kaki di empat besar. (*)

Prancis Bikin Jepang Sempat Kaget


KEJUTAN Prancis di ajang Piala Thomas 2014 terhenti. Tak masuk dalam daftar unggulan, mereka mampu menembus babak perempat final dengan status runner-up Grup D.
 Dalam penyisihan selama tiga pertandingan, Prancis hanya menyerah kepada Tiongkok dengan skor 0-5. Sementara, dua partai lainnya dilalui dengan kemenangan atas Rusia 3-2 dan Taiwan juga dengan 3-2.
 Saat berhadapan dengan Jepang di babak perempat final yang dilaksanakan din Siri Fort Indoor Stadium, New Delhi, India, pada Kamis siang waktu setempat (22/5), Prancis juga membuat gempar di laga pembuka. Tunggal pertama Negeri Anggur, julukan Prancis, Brice Leverdez mempermalukan Kenichi Tago dengan rubber game 21-14, 15-21, 21-16 dalam pertarungan yang berlangsung selama 1 jam enam menit tersebut.
 Tago sendiri merupakan pebulu tangkis yang menduduki ranking keempat dunia.  Sementara, Brice terdampar di posisi 31. Selain itu, pada pertemuan pertama di India Super Series 2011, Tago memetik kemenangan 25-23, 21-13.
 Sayang, kemenangan Brice gagal diikuti rekan-rekannya. Jepang mampu menyamakan kedudukan melalui Sho Sasaki yang menjungkalkan Lucas Corvee dengan dua game yang mudah 21-12, 21-11. Negeri Matahari Terbit, julukan Jepang, unggul berkat kemenangan Keigo Sonoda/Takeshi Kamura atas wakil Prancis Bastian Kersaudy/Gaetan Mittelheisser 21-8, 21-13.
 Jepang memastikan menggenggam tiket semifinal setelah tunggal ketiganya Takuma Ueda melibas Thomas Rouxel 21-13, 21-12. Ini membuat partai kelima yang seharusnya mempertandingkan nomor ganda antara Kenichi Hayakawa/Hiroyuki Endo melawan Brice Leverdez/Lucas Corvee urung dilaksanakan. (*)

Hanya Alamsyah Yunus yang Tersingkir


DOMINASI Alamsyah Yunus di ajang Sirkuit Nasional (Sirnas) mulai goyah. Buktinya, dalam dua seri yang diikuti, Jakarta dan Jawa Barat, dia gagal menjadi juara.
 Padahal, tahun lalu, dari sembilan seri yang diikuti, Alamsyah menjadi juara delapan kali. Sementara di Seri III atau Seri Jakarta, lelaki 29 tahun tersebut kalah oleh pebulu tangkis muda asal Pelatnas Cipayung Jonatan Christie di babak final.
 Di seri IV yang dilaksanakan di GOR UPI, Bandung, dia sudah tersingkir di babak ketiga. Secara mengejutkan, Alamsyah kalah tiga game 22-20, 21-15, 21-19 oleh wakil Jaya Raya R. Eka Fajar dalam pertandingan yang dilaksanakan Kamis (22/5).
 Kekalahan Alamsyah ini menjadi satu-satunya pil pahit yang ditelan unggulan papan atas. Unggulan Jonatan Christie, Senatria  Agus (SGS Bandung), dan Febiyan Irvannaldy (WimaSurabaya) tak menemui hambatan berarti di babak kedua.
 Jonatan menghentikan langkah Muhammad Maftuki (Pelatprov DKI Jakarta) 25-23, 21-10. kemudian Agus, yang diunggulkan ketiga, memupus asa wakil dari PB Candra Wijaya Elham Saptono 21-12, 21-13 dan Febri, sapaan karib Febriyan Irvannaldy, yang diunggulkan di posisi keempat menang 21-16, 21-16 atas Ryan Fajar Satrio (Djarum Kudus).
 Juara sirnas 2014 ini dibagi rata oleh tiga pebulu tangkis. Febri menjdi kampiun seri perdana di Makassar (Sulawesi Selatan), Jeffer Rosobin (Jeffer Rosobin Academy) menjadi pemenang di Seri Kepulauan Riau, dan Jonatan  memegang gelar terhormat di seri III di Jakarta. (*)

Lumbung Poin dari Lin Dan


LIN Dan terus diberi kesempatan. Dalam tiga pertandingan, juara dunia lima kali nomor tunggal putra asal Tiongkok tersebut turun ke lapangan dua kali dalam ajang penyisihan Grup D Piala Thomas 2014 yang dilaksanakan di Siri Fort Indoor Stadium, New Delhi, India.
 Hasilnhya, Lin Dan memberi donasi poin. Saat menghadapi Prancis (18/5), dia menundukkan Lucas Claerbout  dengan dua game langsung 21-5, 21-11. Saat melawan Rusia (19/5), suami Xie Xingfang tersebut digantikan juniornya, Tian Houwei.
 Namun,ketika berhadapan dengan Taiwan, Lin Dan kembali mendapat amanah. Hanya, dia dipaksa bermain tiga game 19-21, 21-13, 21-14 oleh Lin Yu Hsien.
 Pada babak perempat final melawan Thailand pada Kamis waktu setempat (22/5), tentu Lin Dan bakal mengisi posnya lagi. Lawan yang dihadapi pun, Thammasin Sitthikom, pun akan dilibas dengan mudah.
 Keduanya bersua dalam Tiongkok Masters Grand Prix Gold 2014 pada 16 April lalu.Hasilnya, Lin Dan menang mudah dua game 21-12, 21-12.
 Sehingga, sampai perempat final, peraih emas di Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012 tersebut akan selalu menjadi lumbung poin bagi Tiongkok.
 Jadi, selama ini, tak salah kalau Lin Dan dipaksa untuk turun lagi setelah delapan bulan absen usai Kejuaraan Dunia 2013 di Guangzhou, Tiongkok. Dua turnamen yang jadi pemanasannya, Tiongkok Masters Grand Prix Gold dan Kejuaraan Asia, pun mampu dimenangi.
 Ranking dunianya pun ikut melonjak. Kini, Lin Dan ada di posisi 58 setelah sempat terdampar di luar 100 besar. (*)


Lin Dan di Piala Thomas 2014
18 Mei: Lin Dan v Lucas Claerbout  (Prancis) 21-5, 21-11
20  Mei: Lin Dan v Lin Yu Hsien (Taiwan) 19-21, 21-13, 21-14

Tim Uber Indonesia Cium Aroma Semifinal

Suci Rizky Andini/Tiara Rosalia (foto:PBSI)

INDONESIA gagal menjadi juara Grup X Piala Uber 2014. Risikonya, Lindaweni Fanetri dkk bisa berhadapan dengan para juara grup, salah satunya Tiongkok, yang selama ini menjadi momok bagi pebulu tangkis putri Indonesia di ajang Piala Uber.
 Namun, undian berkata lain. Indonesia berhadapan dengan India dalam pertandingan perempat final yang dilaksanakan di Siri Fort Indoor Stadium, New Delhi, India,pada Kamis waktu setempat (22/5). Indonesia gagal menjadi pemuncak grup karena dikalahkan Korea Selatan dengan skor 1-4.
 Melawan India tentu tak seberat menghadapi Tiongkok ataupun Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan. Namun, tuan rumah juga tak boleh dipandang sebelah mata.
 Mereka mempunyai tiga andalan yang diharapkan bisa menamatkan perlawanan lawan-lawannya. Tiga poin India diharapkan lahir dari dua nomor tunggal melalui Saina Nehwal, PV Sindhu, dan pasangan Jwala Gutta/Ashwini Ponnapa. Jika Indonesia bisa mencuri satu dari tiga partai tersebut,kemenangan sudah ada di tangan.
 Jika melihat kekuatan yang ada, di tunggal pertama, Indonesia akan memainkan Lindaweni Fanetri. Selama ini, Linda, sapaan karib Lindaweni, dan Saina sudah dua kali bertemu dan sama-sama saling mengalahkan.
 Linda, yang kini duduk di posisi 23 dunia, kalah di Indonesia Super Series Premier 2013 dengan 17-21, 29-27, 13-21. Namun, sepekan kemudian, dia membalasnya di Singapura Super Series 2013 dengan memetik kemenangan 17-21, 21-13, 21-13 atas lawannya yang kini ada di posisi delapan dunia tersebut.
 Di tunggal kedua, merah putih mempunyai Bellaetrix Manuputty dan Maria Febe Kusumastuti. Namun, Bella, sapaan karib Bellaetrix Manuputty, lebih layak diberi kesempatan menantang Sindhu.
 Dua tahun terakhir, kedua pebulu tangkis tak bertemu. Hanya, seperti halnya Linda dan Saina, antara Bella dan Sindhu pun punya rekor imbang 1-1.
 Sindhu mengalahkan Bella di Indonesia Challenge 2011 dengan 21-15,  13-21, 16-21. Tapi, setahun kemudian di Hongkong Super Series, Bella membalasnya dengan 21-12, 18-21, 21-15.
 Sementara, Jwala/Ashwini belum pernah bersua dengan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari, yang besar kemungkinan bakal diturunkan. Hanya, melihat ranking, pasangan Indonesia lebih unggul karena di ranking kedelapan sementara Jwala/Ashwini di posisi 36 dunia.
 Dengan mencuri satu kemenangan akan memudahkan Pia Zebadiah/Rizki Amelia Pradipta atau Tiara Rosalia Nuraidah/Suci Rizky Andini dan Adriyanti Firdasari lebih peercaya diri di lapanagan.
 Kemenangan atas India akan membuat Indonesia kembali merasakana aroma semifinal setelah dua tahun lalu di Wuhan, Tiongkok, merah putih menyerah dari Jepang dengan skor 2-3 di babak perempat final. (*)

Saatnya Hendra/Ahsan Menang

BISA: Hendra Setiawan (kanan)/Mohammad Ahsan (foto;PBSI)

HENDRA Setiawan/Mohammad Ahsan selalu memetik kemenangan dalam pertandingan Piala Thomas Grup A. Namun, rekor manis tersebut terancam saat Indonesia berhadapan dengan Korea Selatan dalam pertandingan perempat final yang dilaksanakan di Siri Fort Indoor Stadium, New Delhi, India, paa Kamis waktu setempat (22/5).
 Ini disebabkan Hendra/Ahsan diperkirakan bakal bersua dengan musuh lamanya Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong.  Ganda nomor satu dunia itu punya rekor jeblok jika berhadapan dengan Yong-dae/Yoo Yeong-seong.
 Hendra/Ahsan tak pernah menang dalam tiga pertemuan. Ironisnya, semuanya kalah dengan dua game langsung (straight game).
 Pil pahit tersebut ditelan juara dunia 2013 itu di Denmark Super Series Premier 2013 dengan 19-21, 16-21, di Tiongkok Super Series Premier 18-21, 11-21, dan Hongkong Super Series 20-22, 20-22.
Meski belum sekali pun mempermalukan Yong-dae/Yeon-seong peluang menang tetap terbuka. Alasannya, Hendra/Ahsan sudah mengetahui titik lemah lawannya.
 Ini berkaca dari pertemuan terakhir di Hongkong yang berlangsung ketat. Selain itu, Yong-dae lama absen dari turnamen setelah sempat terkena skorsing larangan bermain selama satu tahun dari BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) karena menolak tes doping. Untung, larangan tersebut akhirnya tak berlaku setelah banding Asosiasi Bulu Tangkis Korea Selatan melakukan banding.
 Hanya, lama tak tampil dalam beberapa kejuaraan membuat Yong-dae/Yeon-seong selalu kerepotan di Piala Thomas 2014. Meski belum terkalahkan namun skor kemenangannya selalu tipis. Bahkan, saat berlaga melawan Jerman, mereka dipaksa tampil tiga game. (*)

Hindari Aib Kedua

ASA: Simon Santoso (foto:PBSI)

INDONESIA gagal sapu bersih kemenangan di laga terakhir Grup A Piala Thomas 2014. Hendra Setiawan dkk  hanya menang 4-1 atas Thailand dalam pertandinan yang dilaksanakan di Siri Fort  Indoor Stadium, New Delhi, India,pada Rabu waktu setempat (21/5).
 Satu-satunya kekalahan ditelan Tommy Sugiarto yang dipaksa harus mengakui ketangguhan pebulu tangkis senior Boonsak Ponsana dengan rubber game 21-14, 13-21, 17-21.  Untung, di partai berikutnya, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan membangkitkan kembali semangat rekan-rekannya.
 Juara dunia 2013 sekaligus pasangan nomor satu dunia tersebut menundukkan Wannawat Ampunsuwan/Nipitphon Puangpuech dengan dua game langsung 21-15, 21-14. Kemenangan ini diikuti Dionysius Hayom Rumbaka  yang menang dua game langsung 21-17, 21-19 atas Suppanyu Avihingsanon.
 Kepastian Indonesia menjadi juara Grup A ditentukan Angga Pratama/Rian Agung Saputra. Pasangan yang kini berada di posisi 11 dunia tersebut menghentikan ambisi Maneepong Jongjit/Patiphat Chalardchaleam 21-14, 22-20. Dalam partai terakhir, Simon Santoso memupus asa Thammasin Sitthikom dengan dua game langsung 21-13, 21-13.
 Hasil ini membuat Indonesia Indonesia bersua dengan Korea Selatan pada pertandingan yang dilaksanakan Kamis waktu setempat (22/5). Itu setelah BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) melakukan undian (drawing) pada Rabu malam. Dalam ajang Piala Thomas 2014, BWF memakai aturan juara grup yang terdiri dari Indonesia (Grup A), Jepang (Grup B), Malaysia (Grup C), dan Tiongkok (Grup D) tak akan bersua di perempat final. Sebagai gantinya, para jawara grup bersua dengan para runner-up yang terdiri dari  Thailand (Grup A), Denmark (Grup B), Korea Selatan (Grup C), dan Prancis Grup D.
 Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, pernah mempermalukan Indonesia di ajang Piala Thomas 2008.Bertanding di kandang sendiri, Istora Senayan, Jakarta, Taufik Hidayat dkk kalah 0-3 di babak semifinal.
 Korsel pun melenggang ke babak pemungkas. Sayang, di final, mereka kalah 1-3 dari Tiongkok.
 Ini membuat merah putih tetap tak boleh lengah melawan Lee Yong-dae dkk. Paling tidak kemenangan atas Korea Selatan bisa membuat Indonesia terhindar dari aib kedua. Kalah melawan Korea Selatan dan tersingkir lagi di babak perempat final seperti peristiwa dua tahun lalu di Wuhan, Tiongkok. Saat itu, Indonesia kalah 2-3 oleh Jepang. (*)

Jadwal  Perempat Final (22/5)
Piala Thomas:Tiongkok v Thailand; Jepang v Prancis, Indonesia v Korea Selatan, Denmark v Malaysia

Piala Uber: Korea Selatan v Thailand; Denmark v Jepang, Tiongkok v Inggris; Indonesia  v India

Tommy Mati di Tangan Lawan yang Ofensif

UNGGUL: Boonsak Ponsana 

TOMMY Sugiarto gagal menyumbangkan poin bagi Indonesia saat berhadapan dengan Thailand. Pebulu tangkis peringkat kelima dunia di nomor tunggal putra tersebut kalah kepada Boonsak Ponsana dengan rubber game 21-14, 13-21, 17-21 dalam pertandingan penyisihan Piala Thomas 2014 Grup A yang dilaksanakan di Siri Fort Indoor Stadium, New Delhi, India, pada Rabu waktu setempat (21/5).
 Ini menjadi kekalahan kedua Tommy selama lima kali perjumpaan dengan pebulu tangkis Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, tersebut. Kekalahan perdana ditelan putra salah satu leegenda bulu tangkis Indonesia Icuk Sugiarto itu di Indonesia Open 2005.
 Sementara, tiga kali kemenangan  dipetik Tommy pada Australia Grand Prix Gold 2011, Jerman Grand Prix Gold 2013, dan Singapura Super Series 2013. Khusus di pertemuan terakhir merupakan laga final yang dimenangi Tommy dengan 20-22, 21-5, 21-17.
 Kekalahan atas Boonsak di Piala Thomas 2014 ini semakin menunjukkan bahwa dia sering kerepotan jika lawannya memakai strategi menyerang. Ini juga dialaminya saat berhadapan dengan Derek Wong di laga pembuka Grup A pada 19 Mei lalu.
 ‘’Alasannya jangan masih trauma dengan cedera kaki. Padahal, waktu mau berangkat kan sudah siap tempur,’’ kritik M. Nadib, salah satu pelatih Puslatda Jatim.
 Sebelumya, salah satu pengurus teras PP PBSI pernah mengatakan bahwa Tommy tak suka dengan lawan yang punya karakter menyerang. Jika tak dibenahi gaya bermainnya, dia bakal menjadi santapan empuk lawan-lawannya yang bergaya ofensif. (*)

Dua Tunggal Andalan India Main Ganda

TIGA PILAR: Tim Uber India (foto;indiaexpress)

INDIA punya dua tunggal putri tangguh, Saina Nehwal dan PV Sindhu. Mereka menjadi andalan negerinya dalam ajang Piala Uber 2014. Keduanya pernah sama-sama menembus posisi sepuluh besar.
 Hasilnya, India pun mampu keluar sebagai juara grup Y.  Dalam tiga kali pertandingan yang dilaksanakan di Siri Fort Indoor Stadium, New Delhi, India, tuan rumah tak terkalahkan dalam tiga pertandingan.
 Terakhir, Thailand dikalahkannya dengan skor 3-2. Saina dan Sindhu mampu menyumbangkan poin kemenangan. Hanya, mereka juga gagal memperbesar skor keunggulan.
 Kok bisa? Ya, untuk kali pertama, Saina dan Sindhu berpasangan. Turun sebagai ganda kedua, mereka menyerah kepada ganda Thailand Kunchala Voravichitchaikul/Sapsiree Taerattanachai 12-21, 21-18, 15-21.
 Di atas lapangan, Saina/Sindhu masih sering salah langkah dan kurang komuninasi, khususnya di game pertama. Namun, kesalahan itu diperbaik di game kedua dan mampu memetik kemengan.
 Sayang, pada game ketiga, Kunchala dan Sapsiree yang merupakan pebulu tangkis spesialis ganda mengubah strategi. Hasilnya, mereka pun mampu memetik kemenangan dan memperkecil kekalahan.
 Tak menutup kemungkinan, Saina/Sindhu bakal kembali dipasangkan. Mereka akan menjadi ganda kedua setelah Jwala Gutta/Ashiwini Ponnapa. (*)

Juara SEA Games Gagal Sumbang Poin

Bellaetrix Manuputty saat menghadapi Xiayu (foto:PBSI)

LIANG Xiaoyu hanya punya peringkat 220 dunia. Tumbang di babak-babak awal, sudah menjadi hal yang bisa bagi perempuan 18 tahun itu.
 Namun, di Piala Uber 2014, dia membuat kejutan. Liang mampu menyumbangkan poin bagi Singapura saat menghadapi Indonesia dalam pertandingan Grup X yang dilaksanakan di Siri Fort, New Delhi, India, pada Selasa waktu setempat (20/5).
 Lawan yang dikalahkannya pun bukan pebulu tangkis sembarangan, Bellaetrix Manuputty. Tunggal kedua Indonesia ini merupakan peraih emas SEA Games 2013.
 Namun, di lapangan pada Selasa, Bella, sapaan karib Bellaetrix Manuputty, menyerah kepada Xiaoyu dengan rubber game 21-14, 17-21, 14-21. Ini membuat Negeri Singa, julukan Singapura, memperkecil ketinggalannya menjadi 1-2.
 Indonesia sudah unggul melalui Lindaweni Fanetri dan pasangan Tiara Rosalia Nuraidah/Suzi Rizky Andini. Untung di partai keempat, ganda putri terbaik Indonesia Greysia Polii/Nitya Krishinda menang mudah 21-11, 21-8 atas Yao Lei/Shinta Mulia Sari.
 Selain itu, kejutan lain adalah tampilnya Maria Febe Kusumastuti sebagai tunggal ketiga. Dia menggantikan posisi Adriyanti Firdasari.
 Kepercayaan ini mampu dijawab Febe, sapaan karib Maria Febe Kusumastuti. Dia unggul dua game langsung 21-15, 21-10 atas Fu Mingtian.
 Tampaknya, Firda, sapaan karib Adriyanti Firdasari, disimpan sebagai persiapan menghadapi Korea Selatan yang dilaksanakan Rabu pagi waktu setempat (21/5).


Hasil Indonesia v Singapura  4-1
1.Lindaweni Fanetri v Chen Jiayuan 21-15, 21-15

2. Tiara Rosalia Nuraidah/Suzi Rizky Andini v Vanessa Neo/Fu Mingtian 21-14, 21-15

3. Bellaetrix Manuputty v Liang Xiaoyu 21-14, 17-21, 14-21

4. Greysia Polii/Nitya Krishinda v Yao Lei/Shinta Mulia Sari  21-11, 21-8

5. Maria Febe Kusumastuti v Fu Mingtian 21-15, 21-10

Berangkat hanya dengan Empat Skuad

Hendra/Ahsan menyalami pasangan Nigeria (foto:PBSI)

NIGERIA boleh dianggap sebagai salah satu kekuatan di sepak bola. Tim berjuluk Elang Hijau tersebut menjadi wakil Afrika dalam tiga edisi Piala Dunia (1994, 1998, dan 2010). Nigeria juga melahirkan bintang-bintang lapangan hijau seperti Nwankwo Kanu, Jay-Jay Okocha, maupun Obafemi Martins.
 Nigeria pun mulai membangun kekuatan di cabang olahraga yang lain, bulu tangkis. Mereka menjadi wakil Afrika  dalam putaran final Piala Thomas yang dilaksanakan di New Delhi, India, pada 18-25 Mei 2014. Ini menjadi keikutsertaan kedua setelah sebelumnya pada 2008.
 Hanya, pada 2014 ini, Nigeria tak berdaya bersua dengan negara-negara papan atas bulu tangkis internasional. Apalagi, Nigeria menghuni Grup A bersama Indonesia, Singapura, dan Thailand.
 Dalam dua pertandingan, mereka selalu menelan kekalahan dengan skor telak 0-5. Pada 19 Mei, Nigeria kalah oleh Thailand dan 20 Mei ditaklukan Indonesia.
 Pada putaran final Piala Thomas 2014 ini, Nigeria mengusung kekuatan minim.  Negeri beribukota Abuja itu hanya membawa empat pebulu tangkis dari maksimal 10 pebulu tangkis. Mereka adalah Jinkan Ifraimu Bulus, Enejoh Abah, Victor Makanju, dan Ola Fagbemi.
 Imbasnya, pebulu tangkisnya pun harus bermain rangkap, tunggal dan ganda. Saat berhadapan dengan Indonesia, hanya Ola Fagbemi yang tak merangkap. Dia hanya turun di ganda.
 Memang, masih butuh waktu bagi Nigeria untuk berbicara banyak di ajang Piala Thomas. Namun, tak menutup kemungkinan, di masa-masa mendatang, pebulu tangkisnya bakal menjadi bintang dunia seperti skuad Elang Hijau di lapangan sepak bola. (*)


Skuad Nigeria di Piala Thomas 2014
1.Jinkan Ifraimu Bulus (184)
2.Enejoh Abah (186)
3.Victor Makanju (266)
4. Ola Fagbemi (953)

Pelapis pun Tak Diberi Kesempatan Turun

Tommy tetap turun sebagai tunggal pertama (foto:PBSI)

INDONESIA tak mau main-main menghadapi Nigeria. Buktinya, merah putih tampil dengan kekuatan penuh saat menghadapi wakil Afrika tersebut dalam pertandingan Grup A Piala Thomas 2014 yang dilaksanakan di Siri Fort New Delhi, India, pada Selasa waktu setempat (20/5).
Beda dengan saat menghadapi Singapura sehari sebelumnya, kali ini, Hendra Setiawan dkk memetik kemenangan sempurna 5-0 dan juga tak kehilangan satu game pun. Hasil manis ini juga membuat Indonesia memimpin Grup A. Ini disebabkan rival terberat, Thailand, kehilangan satu partai saat berhadapan dengan Singapura. Negeri Gajah Putih, julukan Thailand hanya menang 4-1.
Saat berhadapan dengan Nigeria, kemenangan tercepat dari semua partai dibukukan pasangan Angga Pratama/Rian Agung Saputra. Mereka hanya perlu 22 menit saat menundukkan Jinkan Ifraimu Bulus/Ola Fagbemi 21-13, 21-10. Manajer Tim Thomas Indonesia, Christian Hadinata, tak mau anaknya turun trennya. Apalagi, pada Rabu waktu setempat (21/5), merah putih akan bersua dengan Thailand dalam pertandingan penentuan juara Grup A.
 Pertandingan melawan Nigeria juga bisa dianggap sebagai pemantapan tim. Sebelumnya, ketika melawan Negeri Singa, julukan Singapura, beberapa pebulu tangkis Indonesia masih demam panggung.
 Tommy misalnya. Lelaki yang kini duduk di posisi kelima dunia tersebut dipaksa memeras keringat selama tiga game sebelum menundukkan Derek Wong.
 Begitu juga dengan Simon Santoso. Dipercaya sebagai tunggal ketiga, dia harus melakukan deuce saat menghadapi pebulu tangkis muda negeri pulau itu, Sean Lee.
 Namun, dengan kemenangan atas Nigeria, kondisi pebulu tangkis merah putih diharapkan dalam kondisi puncak saat melawan Thailand. (*)


Hasil Indonesia v Nigeria 5-0

1.Tommy Sugiarto v Jinkan Ifraimu Bulus 21-4, 21-2

2. Dionysius Hayom Rumbaka v Enejoh Abah 21-8, 21-10

3. Simon Santoso v Victor Makanju 21-7, 21-7

4. Angga Pratama/Rian Agung Saputro v Jinkan Ifraimu Bulus/Ola Fagbemi 21-13, 21-10

5. Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan v Enejoh Abah/Victor Makanju 21-8, 21-8