WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Dua Gelar dengan Pasangan Anyar

Alfian Eko Prasetya (foto: badmintonindonesia)
ALFIAN Eko Prasetya borong dua gelar di Malaysia Challenge 2013. Dia naik ke podium terhormat di nomor ganda putra dan ganda campuran. Di ganda putra, Alfian berpasangan dengan Selvanus Geh sementara di ganda campuran berpartner dengan Shendy Puspa Irawati.
Dalam final yang dilaksanakan di Kuching, Sarawak, Minggu waktu setempat, pasangan Alfian/Selvenus menang dua game langsung atas ganda tuan rumah Chooi Kah Ming/Teo Ee Yi 21-15, 21-13.  Gelar di ganda campuran digapai berkat keunggulan 21-15, 21-16 atas unggulan kedua asal Taiwan Wang Chi-Lin/Wu Ti Jung.
Ini merupakan gelar perdana bagi Alfian. Sebelumnya, dia sering kali gagal dalam berbagai event yang diikuti.
Penampilan Alfian dengan dua pasangannya tersebut memang tergolong baru. Dengan Shendy, mereka sudah berlaga di dua turnamen yakni Taiwan Grand Prix Gold 2013 dan Indonesia Grand Prix Gold 2013.
Di Taiwan, Alfian/Shendy menyerah di babak ketiga oleh unggulan ketiga asal Korea Selatan Shin Baek Choel/Jang Ye Na 12-21, 17-21 (6/9). Kemudian di Indonesia Grand Prix Gold  2013 yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta, mereka kalah oleh sesama pasangan Indonesia Markus Gideon/Rizki Amelia di babak awal 21-12, 16-21, 19-21. Selama ini, di nomor ganda campuran, Shendy dikenal berpasangan dengan Fran Kurniawan. Mereka pernah masuk posisi 10 besar dunia m
Khusus dengan Selvanus, di Serawak ini merupakan penampilan perdana. Sebelumnya, dia berpasangan dengan Ronald Alexander.
Pemisahan Ronald/Selvanus ini memancing kontroversi. Alasannya, keduanya terus menunjukkan peningkatan prestasi.
Kali terakhir, Ronald/Selvanus menjadi finalis Indonesia Grand Prix Gold 2013. Sebelum melaju ke babak pemungkas, mereka mampu mempermalukan juara dunia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. (*)

Tontowi/Liliyana Perkecil Rekor Kekalahan

PODIUM JUARA: Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (foto: twitter)
TONTOWI Ahmad/Liliyana Natsir tak harus kosong gelar hingga akhir tahun. Keduanya sudah mampu kembali meraih posisi terhormat.
 Tontowi/Liliyana menggapainya di Tiongkok Super Series Premier 2013. Dalam final yang dilaksanakan di Shanghai pada Minggu waktu setempat, unggulan kedua tersebut secara mengejutkan menang tiga game atas  Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen asal Denmark.
 Mengejutkan? Ya, ini karena dalam tiga kali pertemuan terakhir, Tontowi/Liliyana selalu kalah. Bahkan, saat main di Istora Senayan, Jakarta, dalam Indonesia Super Series Premier 2013, mereka dipermalukan dua game langsung 15-21,14-21.
 Apalagi, dalam pertandingan semifonal dalam Tiongkok Super Series Premier 2013, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen tak perlu memeras keringkat. Unggulan keempat tersebut menang WO atas unggulan teratas yang juga andalan Tiongkok Zhang Nan/Zhao Yunlei.
 Sebelum tampil di Tiongkok Super Series Premier 2013, Tontowi/Liliyana gagal dalam tiga turnamen yang diikutinya yakni Indonesia Grand Prix Gold 2013, Denmark Super Series Premier, dan Prancis Super Series.
 Di Indonesia Grand Prix Gold, Tontowi/LIliyana menyerah kepada sesama pasangan Indonesia Praveen Jordan/Vita Marissa 20-22, 21-9, 14-21 dalam pertandingan final yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta (29/9). Kemudian di Denmark, mereka tumbang oleh pasangan nomor satu dunia Zhang Nan/Zhao Yunlei 11-21, 20-22 (20/10). Sepekan kemudian di Prancis, hasil lebih buruk ditelan. Tontowi/Liliyana sudah tumbang di perempat final oleh pasangan Inggris Chris Adcock/Gabrielle White 20-22, 17-21 (25/10).
 Gelar terakhir digapai dalam Kejuaraan Dunia 2013. Di final, Tontowi/Liliyana mempermalukan jagoan tuan rumah Tiongkok Xu Chen/Ma Jin  21-13, 16-21, 22-20. (*)


HASIL FINAL TIONGKOK SUPER SERIES PREMIER 2013

Tunggal Putra: : Chen Long (Tiongkok x2) v Wang Zhengming (Tiongkok) 19-21,21-8,21-14

Tunggal Putri: Li Xuerui (Tiongkok x1) v Wang Shixian (Tiongkok x7) 16-21,21-17,21-19

Ganda Putra: Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel) v Hoon Thien How/Tan Wee Kiong (Malaysia) 21-13,21-12

Ganda Putri: Yu Yang/Wang Xiaoli (Tiongkok x1) v Bao Yixin/Zhong Qianxin (Tiongkok x8) 21-13,21-7

Ganda  Campuran : Tantowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia x2) v Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark x4) 21-10,5-21,21-17

Ket: x= unggulan

Pergi Masih Atlet, Pulang Jadi Pelatih

Stenny Kusuma (foto: sidiq)
TUJUH tahun sudah cukup bagi Stenny Kusuma. Pebu tangkis asal Suryanaga,Surabaya, tersebut kembali ke klubnya.
 Hanya, dia bukan lagi sebagai atlet. Tapi, status Stenny adalah pelatih.
"Saya sudah gak main lagi. Sejak tiga bulan lalu, saya jadi pelatih di Suryanaga," kata Stenny usai mendampimpingi anak asuhnya berlaga di final Sirkuit Nasional (Sirnas)  Seri  Surabaya di GOR Sudirman pada Sabtu (16/11).
 Meski baru tiga bulan, sentuhan lelaki berusia 28 tahun tersebut cukup manjur. Dua wakil klub asal Kota Pahlawan tersebut, Tike Arieda dan Khrisna Adi Nugraha, mampu menjadi juara.
 Tike meraih posisi terhormat di nomor bergengsi, tunggal putri dewasa. Dalam pertandingan final, dia menghentikan perlawanan ulet Fitriani dengan dua game 23-21, 21-16. Sementara, Khrisna menang 21-16, 21-11 atas wakil Hi-Qua Wijaya Rizki Antasari dalam nomor tunggal taruna putra.
 ‘’Dia sudah kami kontrak jadi pelatih Suryanaga,’’ tambah Ketua PB Suryanaga Yacob Rusdianto.
 Ya, sebelumnya, Stenny memang lama tinggal di Negeri Matador. Kehadirannya memang sempat membuat kaget.
 Sejak 2006, dia meninggalkan Indonesia dengan memilih mengembangkan karir bulu tangkisnya di Spanyol. Dia ke sana bersama sesama rekannya di Suryanaga, Hendri Winarto, yang kini hengkang ke Amerika Serikat (AS).
 ‘’Saingan di Indonesia sangat ketat. Kebetulan, ada tawaran ke Spanyol, ya saya terima,’’ jelas lelaki yang punya darah Lasem, Rembang, Jawa Tengah, tersebut. 
 Di tahun pertama, dia tinggal di Madrid. Di ibu kota Spanyol tersebut, dia menjadi lawan tanding para pebulu tangkis nasional.
 ‘’Pada tahun kedua hingga 2013 awal, saya pindah ke Sevilla dengan bergabung klub Ringconada. Di sana, status saya juga menjadi pelatih,’’ tambah Stenny.
 Lelaki yang setahun menima di Pelatnas Cipayung itu pun memberikan prestasi bagi klubnya. Juara nasional mampu dipersembahkannya selama 2007-2012.
 ‘’Tapi, keinginan balik ke Indonesia sangat besar. Saya merasa sudah cukup di Spanyol dan luar negeri,’’ ungkap Stenny. (*)

Tak Rugi Tak Berangkat ke Malaysia

Alamsyah Yunus (foto: sidiq)
ALAMSYAH Yunus lebih memberatkan Sirkut Nasional (Sirnas) Bulu Tangkis 2013. Buktinya, dia memilih absen dari turnamen Malaysia Challenge yang dilaksanakan di Kuching, Sarawak.
 Antara sirnas dan event di negeri jiran tersebut waktunya memang bersamaan 12-17 November. Padahal, biasanya, Alamsyah paling rajin mencari poin di turnamen sekelas challenge hingga grand prix. Apalagi, jika event tersebut dilaksanakan di Asia.
 ‘’Saya memilih di sirnas saja,’’ kata Alamsyah saat ditemui menjelang pertandingan final tunggal putra Sirnas Jatim yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, pada Sabtu (16/11).
   Bisa jadi, pemilihan ini dikarenakan Alamsyah ingin menambah koleksi gelarnya di ajang Sirnas. Selama Sirnas 2013, dia mengoleksi delapan gelar. 
 Koleksi terakhirnya digapai dalam final Sirnas Seri Surabaya. Dalam final yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, pada Minggu 16 November, Alamsyah menang dua game langsung 21-18, 21-18 atas Nugroho ‘’Gepeng’’ Andi Saputro.
 Sebenarnya, Alamsyah nyaris tergelincir oleh Gepeng. Mantan penghuni pelantas 2007-2011 tersebut mampu merepotkan Alamsyah dengan permainan reli.
 Skor pun saling berkejaran. Sayang, Gepeng kurang tenang dengan tempo yang diterapkannya.
 Dia berambisi menang cepat. Tapi, ini malah menjadi bumerang baginya.
 Dalam Sirnas 2013 ini, Alamsyah hanya gagal di Seri Bandung dan Medan. Di Kota Kembang, julukan Bandung, dia kalah WO karena tak hadir di lapangan. Sementara di Medan, dia dipermalukan Hermansah dalam babak perempat final. (*)  


ALAMSYAH YUNUS DAN GELAR SIRNAS
Seri Balikpapan (25-30 Maret): v Senatria Agus Setia Putra 21-17, 21-15
Seri Lampung (8-13 April) : v Bandar Sigit Pamungkas 21-9, 21-16 (Final)
Seri Jakarta (13-18 Mei) v Senatria Agus Setia Putra 20-22, 21-5,21-15 (Final)
Seri Bandung (20-25 Mei): v  WO Hardianto (Babak I)
Seri Manado (18-22 Juni): v Senatria Agus Setia Putra 21-13, 16-21, 21-11(Final)
Seri Medan (9-14 September): v Hermansah 21-10, 17-21, 15-21 (Perempat Final)
Seri Denpasar (7-12 Oktober): v Senatria Agus Setia Putra 21-17, 21-9 (Final)
Seri Semarang (21-26 Oktober):Thomi Azizan Mahbub 18-21, 21-16,21-7 (Final)
Seri Jogjakarta (28 Oktober-2 November): v Nugroho ‘’Gepeng’’ Andi Saputro 21-12, 8-21, 21-12 (Final)
Seri Surabaya (12- 16 November): v Nugroho ‘’Gepeng’’ Andi Saputro 21-18, 21-18 (Final)

Peluang Memperkecil Rekor Kalah


Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen
REKOR Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir bisa dikatakan jelek. Dari empat kali pertemuan dengan Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen,mereka hanya menang sekali.
 Itupun dipetik saat kali pertama keduanya bersua dalam Kejuaraan Dunia 2011. Saat itu, Tontowi/Liliyana menang 21-12, 21-19 sekaligus memastikan merebut tiket semifinal.
 Setelah itu, kemenangan tak lagi menghampiri Tontowi/Liliyana. Bahkan, saat di semifinal Indonesia Super Series Premier 2013 yang dilaksanakan di Istora Senayan, Jakarta, Tontowi/Liliyana menyerah dengan dua game langsung 15-21, 14-21.
 Kini, kedua pasangan bertemu lagi. Kali ini di babak final Tiongkok Super Series Premier. Itu setelah kedua pasangan mampu mengalahkan lawan-lawannya.
 Tontowi/LIliyana, yang diunggulkan di posisi kedua, menang mudah dua game langsung 21-9, 21-11 atas ganda Korea Selatan   Kim Ki-jung/Kim So-young dalam pertandingan semifinal yang dilaksanakan di Yuan Shen Gymnasium, Shanghai, Tiongkok, pada Sabtu waktu setempat (16/11).
 Hasil Ini mengulangi sukses tahun lalu. Saat itu,Tontowi/Liliyana menang atas lawan yang sama 21-18, 21-17 di babak kedua.
 Sementara, Nielsen/Christina tak perlu memeras keringat untuk lolos ke final.Mereka menang WO atas pasangan tuan rumah Zhang Nan/Zhao Yunlei.
 Tontowi/Liliyana selalu mengalami kesulitan jika berhadapan dengan pasangan Eropa. Buktinya, kali terakhir, keduanya tumbang oleh pasangan Inggris Chris Adcock/Gabrielle White 20-22, 17-21 di perempat final Prancis Super Series 2013 (25/10). (*)

Tahun Lalu Menang, Sekarang?

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (foto: twitter)

TONTOWI Ahmad/LIliyana Natsir tengah mencari pelampiasan.Sejak Agustus, ganda campuran asal Indonesia tersebut belum pernah lagi juara.
 Kali terakhir, Tontowi/Liliyana naik ke podium terhormat dalam Kejuaraan Dunia yang dilaksanakan di Guangzhou, Tiongkok. Dalam final, mereka mampu mengalahkan pasangan tuan rumah Xu Chen/Ma Jin 21-13, 16-21,22-20.
 Sebenarnya, setelah itu, jalan menjadi juara sudah ada di depan mata. Itu terjadi ketika Tontowi/Liliyana menembus babak final Indonesia Grand Prix Gold 2013.
 Tapi, di final yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta, pada 29 September, mereka kalah oleh sesama pasangan Indonesia yang menempati unggulan keenam Praveen Jordan/Vita Marissa 20-22, 21-9, 14-21.
 Kini, jalan mengakhiri dahaga gelar tersebut ada di Tiongkok Super Series Premier 2013. Langkah Tontowi/Liliyana pun sudah sampai semifinal.
 Itu setelah pasangan yang kini duduk di peringkat kedua BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) tersebut menundukkan pasangan Denmark Anders Kristiansen/Julie Houmann dengan dua game langsung 15-21, 15-21 dalam pertandingan perempat final yang dilaksanakan di Shanghai pada Jumat waktu setempat (16/11).
 Untuk bisa lolos, Tontowi/Liliyana harus bisa mengalahkan pasangan Korea Selatan Kim Ki-jung/Kim So-young yang di perempat final menang WO atas pasangan tuan rumah Xu Chen/Ma Jin yang juga unggulan ketiga.
 Pertemuan Tontowi/Liliyana dengan pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, ini merupakan perjumpaan kedua. Menariknya, pertemuan pertama juga terjadi di Tiongkok Super Series Premier tepatnya tahun lalu. Saat itu, Tontowi/Liliyana menang dua game 21-18,21-17.
 Di Tiongkok Super Series Premier 2013 ini, Tontowi/Liliyana menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang tersisa di babak semifinal. Rekannya yang sempat menembus babak perempat final, Sony Dwi Kuncoro, secara mengejutkan kalah oleh pebulu tangkis Malaysia Chong Wei Feng. (*)

Wei Feng Bertahan Terus Menekan

PENAKLUK: Chong Wei Feng

KANS Sony Dwi Kuncoro menembus semifinal Tiongkok Super Series Premier 2013 terbuka. Pada babak kedua (14/11), dia mampu memulangkan lebih awal unggulan kedua asal Jepang Kenichi Tago 21-13, 21-17.
 Nah, di babak perempat final, Sony dijajal lawan yang lebih ringan yakni Chong Wei Feng asal Malaysia. Tapi, hasilnya diluar dugaan.
 Secara mengejutkan, Sony menyerah 21-18, 14-21, 16-21 dalam pertandingan yang dilaksanakan di Shanghai pada Jumat waktu setempat (16/11).
 Mengapa Sony bisa kalah? Antiklimaks kah?’’Tipe bermain Wei Feng bertahan dulu baru dia menyerang. Beda dengan Tago,’’ kata Sony melalui layanan pesan singkat kepada smashyes setelah pertandingan.
  Wei Feng, lanjut dia, semakin merepotkan karena didukung stamina yang lebih kuat dibandingkan dirinya. ‘’Saya kalah kuat. Jadi permainan saya turun duluan,’’ ungkap ayah dua anak tersebut.
 Kegagalan Sony juga membuat Indonesia dipastikan gagal meraih gelar dari nomor tunggal putra. Ini disebabkan satu wakil lainnya, Tommy Sugiarto, sudah tersingkir di babak kedua.
 Padahal, dalam turnamen berhadiah USD 350 ribu tersebut, Tommy diunggulkan di posisi kelima. Sayang, dia menyerah tiga game oleh Wang Zhengming 15-21,21-14, 18-21.
 Selain itu, hasil tersebut juga membuat Sony setahun kering gelar. Kali terakhir, dia menjadi juara di Indonesia Grand Prix Gold 2012.
 Sayang, tahun ini, dia gagal mempertahankannya. Alasannya, cedera membekapnya di babak semifinal sebelum menghadapi rekannya sendiri di Pelatnas Cipayung Dionysius Hayom Rumbaka. (*)

Gagal tapi Bisa Dongkrak Peringkat


GELAR juara Korea Grand Prix Gold 2013 memang tak jatuh ke tangan Simon Santoso. Tapi, dari turnamen yang dilaksanakan di Jeonju pada 5-10 November tersebut, pebulu tangkis asal Tegal, Jawa Tengah, tersebut terdongkrak peringkatnya.
 Dari peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terakhir per 14 November 2013, Simon ada di posisi 76. Ini berarti mantan tunggal putra terbaik Indonesia tersebut naik 23 tingkat setelah pekan lalu ada di posisi 99 dunia.
 Di Korea Grand Prix Gold 2013, langkah Simon terhenti di babak perempat final. Dia harus mengakui ketangguhan pebulu tangkis veteran tuan rumah Lee Hyun-il dua game langsung 15-21, 14-21 (8/11). Sehari sebelumnya, Simon membuat kejutan dengan menundukkan unggulan kedua Lee Dong-keun straight game 21-19, 21-13 (7/11).
 Selama ini, Hyun-il memang musuh berat bagi Simon. Buktinya, Simon hanya menang sekali dari enam kali pertemuan.Itu dibukukannya pada Prancis Terbuka 2007.
 Namun, dari Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, Simon berhak membawa pulang 3.850 poin. Donasi angka itu pula yang membuat Simon terdongkrak peringkatnya.
 Sebulan lalu, Simon sempat terlempar ke luar 100 besar. Dia ada di posisi 101 selama dua pekan.
 Ya, absen selama hampir satu tahun memang membuat peringkat Simon drop. Padahal, dia pernah duduk di posisi ketiga setelah menjuarai Indonesia Super Series Premier 2012.
 Namun, cedera dan sikap indisiplinernya membuat dia jarang berlaga. Apalagi, PP PBSI memberikan peringatan kepadanya. Salah satunya hanya memberikan kesempatan Simon tampil di level grand prix bukan super series seperti tiga rekannya yang lain, Tommy Sugiarto, Sony Dwi Kuncoro, dan Dionysius Hayom Rumbaka. (*)

Christopher/Trikusuma Jajal Liga Denmark

Christopher/Trikusuma 

JADWAL pertandingan pasangan Christopher Rusdianto/Trikusuma Wardhana tengah kosong. Namun, itu tak membuat kedua pasangan asal Suryanaga, Surabaya, tersebut balik ke Indonesia.
 ‘’Kami masih berada di Rep Ceko. Kebetulan, ada teman yang mengajak kami bertahan di sini,’’ kata Christopher melalui layanan pesan singkat kepada smashyes.
 Itu dilakukannya untuk menunggu jadwal kompetisi di Denmark. Ya, pada Desember ini,Christopher/Trikusuma akan membela sebuah klub negeri di Skandinavia tersebut di liga domestik.
  ‘’Kami bukan main di Divisi Utama tapi liga bawahnya. Tapi, kami tak mempersoalkannya,’’ terang Christopher.
 Putra mantan Sekjen PP PBSI Yacob Rusdianto tersebut menambahkan, dia dan Trikusuma bisa bermain di Liga Denmark karena ajakan rekan. Namun, Christopher tak menyebutkan siapa rekannya tersebut.
 ‘’Tawaran itu datang setelah kami lolos ke final Polandia Internasional,’’ ungkap dia.
 Ya, sejak September, Christopher/Trikusuma melanglang buana di Eropa. Nah, salah satu capaiannya adalah menjadi runner-up Polandia Internasional 2013.
 Dalam final yang dilaksanakan pada 22 September tersebut, mereka harus mengakui ketangguhan pasangan Taiwan Chen Chung Jen/Wang Chi-Lin 24-22, 12-21, 14-21. Pasangan Taiwan itu pula yang mengalahkan Christopher/Trikusuma pada babak ketiga Ceko Internasional. Saat itu, mereka kalah 11-21, 21-23 (28/9).
 Di Eropa pula, Christopher/Trikusuma menjajal event  yang lebih tinggi yakni Belanda Grand Prix Gold, Bitburger Grand Prix Gold, dan Prancis Super Series 2013. Di Negeri Kincir Angin, julukan Belanda, pasangan yang baru bergabung 2013 tersebut menembus babak ketiga sebelum kalah oleh pasangan Indonesia sendiri, Berry Anggriawan/Ricky Karanda 10-21, 12-21.
 Sementara di Bitburger yang dilaksanakan di Jerman, Christopher/Trikusuma langsung tumbang di babak pertama oleh pasangan Denmark Anders Skaarup Rasmussen/Kim Astrup Sorensen 16-21,8-21. Hasil kurang memuaskan juga dialami di Prancis Super Series.
 Dalam turnamen yang menyediakan hadiah USD 200 ribu tersebut, Christopher/Trikusuma tersingkir di babak kualifikasi. Lagi-lagi, pasangan Indonesia yang mengalahkan mereka.
 Christopher/Trikusuma menyerah 13-21, 15-21 oleh Markis Kido/Markus Fernaldi, yang akhirnya menjadi juara Prancis Super Series 2013.
 ‘’Karena main di Liga Denmark, terpaksa beberapa turnamen yang sudah kami agendakan batal diikuti. Salah satunya Vietnam Grand Prix Gold pada 2-8 Desember,’’ ucap Christopher.
 Selama sebulan ini, Christopher/Trikusuma stabil di posisi 50 besar. Dalam peringkat terakhir BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terakhir per 14 November, keduanya naik satu setrip ke posisi 45. (*)

Tago Tak Berdaya di Hadapan Sony

Kenichi Tago (foto: zimbio.com)

KENICHI Tago baru saja membuat kejutan. Pebulu tangkis asal Jepang tersebut mempermalukan peringkat satu dunia Lee Chong Wei asal Malaysia di Prancis Super Series 2013 dengan 17-21, 21-16, 21-12 pada babak semifinal (26/10).
 Sayang, di final, Tago harus mengakui ketangguhan Jan O Jorgensen (Denmark) 19-21, 21-23. Tentu, lolos ke final turnamen super series membuatnya semakin percaya diri guna menatap turnamen berikutnya, Tiongkok Super Series Premier 2013.
 Tapi, kepercayaan diri itu seakan tak ada artinya kala Tago berhadapan dengan wakil Indonesia di nomor tunggal putra, Sony Dwi Kuncoro. Dia kalah dua game langsung 13-21, 17-21 pada babak kedua yang dilaksanakan di Shanghai pada Kamis waktu setempat (14/11).
Memang, Sony selalu dominan jika berhadapan dengan pebulu tangkis Negeri Samurai, julukan Jepang, tersebut. Dalam lima kali pertemuan sebelumnya, arek Suroboyo tersebut tak pernah kalah.
 Kali terakhir, Sony menundukkan Tago di Denmark Super Series 2013 (17/10) atau sepekan sebelum Prancis Super Series. Saat itu, Sony menang 21-16,21-18. Padahal, dalam turnamen tersebut, Tago menduduki unggulan keempat sementara Sony nonunggulan.
 Begitu juga di Tiongkok Super Series 2013. Pada turnamen yang menyediakan hadiah total USD 350 ribu tersebut, Tago juga menduduki unggulan tepatnya unggulan kelima.
 Wajar, ini dikarenakan Tago dalam peringkat BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) memang tengah menanjak. Beda dengan Sony. Cedera yang menderanya membuat peringkatnya yang sempat menembus empat besar berlahan turun.
 Kemenangan Sony atas Tago juga membuat dia menjadi satu-satunya wakil Indonesia di nomor tunggal putra dalam Tiongkok Super Series Premier 2013. Ini menyusul kekalahan tunggal putra terbaik Indonesia saat ini Tommy Sugiarto oleh wakil tuan rumah Wang Zhengming dengan tiga game 15-21, 21-14, 18-21.
 Pada babak perempat final, Sony akan ditantang Chong Wei Feng asal Malaysia yang di babak kedua menundukkan Tian Houwei (Tiongkok) 14-21, 21-13, 21-16. Ini menjadi pertemuan perdana bagi Sony dan Wei Feng. (*)

Pasangan Selvanus pun Mendua

JUARA DUNIA: Alfian/Gloria (foto: PBSI)

SELVANUS Geh punya pasangan baru. Dia digandengkan dengan Alfian Eko Prasetya di nomor spesialisnya,l ganda putra.
 Pasangan anyar ini pun sudah dijajal turun dalam Malaysia Internasional 2013. Bahkan, dalam turnamen yang dilaksanakan di Kuching, Sabah, tersebut Selvanus/Alfian diunggulkan di posisi ketujuh.
 Pada penampilan perdananya (13/11), mereka menundukkan pasangan Taiwan Chiang Yu-Wei/Lee Yang dengan dua game langsung 21-14, 23-21. Ini membuat Selvanus/Alfian dijajal Low Juan Shen/Tai An Khang (Malaysia) yang di babak pertama menghentikan perlawanan ganda Singapura Loh Kean Hean/Yi Liu 21-15, 21-14.
 Pasangan Selvanus/Alfian merupakan pasangan gres. Sebelumnya, Selvanus berpasangan dengan Ronald Alexander dan Alfian dengan Arya Maulana di ganda putra serta dengan Gloria Emanuelle Widjaja di ganda campuran.
 Bersama Ronald, Selvanus sempat memberi harapan dengan menjadi finalis Indonesia Grand Prix Gold 2013 di Jogjakarta. Hebatnya, salah satu lawan yang dikalahkannya adalah pasangan juara dunia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan di babak perempat final.
 Kemudian, di babak semifinal, pasangan Markis Kido/Markus Fernaldi dibuatnya tak berdaya. Kido/Markus ini di turnamen terakhir mampu menjadi juara Prancis Super Series. Sayang, Ronald/Selvanus gagal menjadi juara di Indonesia Grand Prix Gold 2013 setelah kalah oleh seniornya di Pelatnas Cipayung Angga Pratama/Rian Agung Saputro.
 Sementara, Alfian sempat menanjak namanya ketika menjadi juara dunia junior 2011. Berpasangan dengan Gloria, mereka menjadi penyelamat muka Indonesia. Tapi,kini, dia pun sudah tak lagi bersama Gloria. Alfian dipasangkan dengan Shendy Puspa Irawati, yang sempat masuk 10 besar dunia ganda campuran ketika berpasangan dengan Fran Kurniawan. (*)

Terus Bertahan atau Hendra/Ahsan Ikuti Trend

JEBLOK: Hendra/Ahsan (foto: badmintonindonesia)

PASANGAN Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan tak lagi menakutkan. Untuk kali ketiga beruntun, keduanya gagal menjadi juara.
 Itu setelah Hendra/Ahsan kalah dua game langsung 18-21, 11-21 dari pasangan Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong pada babak pertama Tiongkok Super Series Premier 2013 yang dilaksanakan di Yuan Shen Gymnasium, Shanghai, Rabu waktu setempat (13/11). Di Tiongkok Super Series Premier 2013, Hendra/Ahsan menempati unggulan pertama sementara lawannya datang ke lapangan dengan status nonunggulan.
 Menariknya, pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, itu pula yang mengalahkan Hendra/Ahsan dalam final Denmark Super Series Premier 2013. Saat itu (20/10), pasangan merah putih tersebut tumbang juga dengan dua game langsung 19-21,16-21.
 Satu kegagalan lainnya dialami Hendra/Ahsan di Indonesia Grand Prix Gold 2013. Dalam event yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta, tersebut, mereka sudah menyerah di babak perempat final karena kalah oleh sesama pasangan Pelatnas Cipayung  Ronald Alexander/Selvanus Geh 21-8, 19-21, 18-21.
 Ini bisa menjadi tanda-tanda permainan Hendra/Ahsan sudah terbaca lawannya, khususnya Yong-dae/Yeon Seong. Padahal, sebelumnya, kekuatan pasangan yang kini duduk di peringkat kedua BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia),seakan tak tertandingi.
 Pada 2013 ini, sudah menjadi juara di Malaysia Super Series, Indonesia Super Series Premier, Singapura Super Series, dan Jepang Super Series. Itu masih ditambah koleksi gelar juara dunia yang digelar di Guangzhou, Tiongkok.
 Kehadiran Hendra/Ahsan pun membuat pasangan yang sudah mapan harus dipisah. Bahkan, ganda sekelas Cai Yun/Fu Haifeng pun tak lagi bersama.
 Alasannya, keduanya tak mampu menandingi ketangguhan Hendra/Ahsan. Dalam tiga kali pertemuan beruntun di Kejuaraan Dunia, Indonesia Super Series Premier, dan Singapura Super Series, semuanya dimenangkan pasangan Indonesia.
 Begitu juga dengan Yong-dae. Sebelum berpasangan dengan Yeon-seong, dia berpartner dengan Ko Sung-hyun. Mereka pun sampai sekarang duduk di posisi teratas.  Tapi, Yong-dae/Sung-hyun berpisah setelah tak pernah menang melawan Hendra/Ahsan.
Nah, melihat tren sekarang,apakah Hendra/Ahsan juga bakal dipisah? Hanya, Rexy Mainaky dkk di jajaran pelatnas yang tahu jawabnya. (*)

Hafiz Hashim Tinggal Nama Besar

Muhammad Hafiz Hashim  

PAMOR Muhammad Hafiz Hashim sudah pudar. Dia sudah bukan lagi pebulu tangkis tunggal putra yang bisa membuat gentar lawan-lawannya.
 Tak bisa dipungkiri, usia yang sudah berkepala tiga, 31, menjadi salah satu factor utama. Tak ada lagi sisa-sisa kejayaannya yang pernah membuat heboh pentas bulu tangkis dunia dengan menjadi juara tunggal putra dalam  turnamen paling bergengsi di muka bumi ini, All England, pada 2003.
 Dalam final, lelaki kelahiran 13 September 1982 tersebut mampu mengalahkan Chen Hong asal Tiongkok dengan 17-14, 15-10. Itu seakan melengkapi gelar setahun sebelumnya saat dia menyumbangkan emas bagi Malaysia di nomor tunggal putra dalam Commenwealth Games (Pesta Olahrga Persemakmuran). Dalam final , Hafiz memupus asa rekannya sendiri sesame pebulu tangkis Malaysia Lee Tsuen Seng.
 Tapi, setelah itu, tak banyak lagi turnamen yang dimenang.  Namun, saudara dari Roslin Hashim, yang juga pernah menjadi pebulu tangkis nasional Malaysia, tersebut belum mau gantung raket.
 Dengan hasil yang kurang memuaskan itu pula membuat peringkat dia pun turun. Dari daftar yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terakhir per 11 November 2013, dia terlempar ke peringkat  237.
 Ini dikarenakan dia sudah jarang tampil dan kalah di babak-babak awal turnamen ‘’kecil’’ pun sudah biasa baginya.
 Terakhir, dalam Malaysia Internasional 2013 yang dilaksanakan di Sabah pun, Hafiz sudah angkat koper di babak pertama. Dia harus mengakui ketangguhan unggulan teratas asal Singapura Derek Wong dengan rubber game 21-18, 17-21, 21-17.
 Kemenangan ini pun mengantarkan Derek Wong ke babak kedua dan kembali memetik kemenangan atas Luong Khanh asal Vietnam 21-19,17-21, 21-8. Pada perebutan tiket perempat final, dia ditantang wakil Malaysia lainnya Nor Mohd Ayub.
 Di babak ketiga ini, Indonesia masih menyisakan Ivanudin Rifan, Senatria Agus Setia Putra, Mahbub Thomi, dan Anthony Ginting. (*)

Sony Sudah Merasa Siap


BEDA Lee Chong Wei beda Sony Dwi Kuncoro. Jika Chong Wei absen dari Tiongkok Super Series Premier 2013 karena cedera, sebaliknya mantan tunggal putra terbaik tersebut tampil di Negeri Panda, julukan Tiongkok, untuk membuktikan dia sudah fit.
 ‘’Cedera saya sudah nggak masalah,’’ kata Sony melalui layanan pesan singkat.
 Ya, cedera pula yang membuat penampilan Sony naik turun. Dia sempat absen lama yang membuat peringkatnya terlempar hingga keluar dari 100 besar.
 Tapi, pada awal 2013, cederanya sembuh. Hasilnya, Sony mampu menembus semifinal Korea Super Series Premier dan final Malaysia Super Series.
 Tapi, petaka datang lagi di All England. Dalam turnamen paling bergengsi di dunia tersebut, bapak dua putri ini mengalami cedera saat menghadapi pebulu tangkis Denmark Jan O Jorgensen pada babak kedua.
 Setelah itu, Sony belum bisa kembali penampilan terbaik. Prestasi terbaiknya adalah menembus babak semifinal Indonesia Grand Prix Gold 2013.
 Lagi lagi cedera yang membuat dia gagal menembus final. Dia memilih tak turun ke lapangan saat harus menghadapi rekannya di pelatnas Dionysius Hayom Rumbaka. (*)

Chong Wei Pilih Pulihkan Cedera


LEE Chong Wei akhirnya memilih absen dari Tiongkok Super Series Premier 2013. Cedera pergelangan kaki membuat peringkat pertama tunggal putra dunia asal Malaysia tersebut batal terbang ke Negeri Panda, julukan Tiongkok.
 Ya, sebelumnya, Chong Wei memang sudah ragu untuk bisa unjuk kemampuan dalam turnamen berhadiah total USD 350 ribu yang dilaksanakan di Shanghai pada 12-17 November 2013 tersebut. Namun, dia belum berani mengambil sikap tegas karena harus berkonsultasi dengan Asosias Bulu Tangkis Malaysia (BAM).
 ‘’Saya absen dari Tiongkok Super Series Premier 2013 buat penyembuhan cedera kaki. Namun, saya akan tampil di Hongkong Super Series sambil menunggu kondisi kaki dan juga menyusun rencana dengan pelatih soal program ke depan,’’ kata Chong Wei kepada media lokal.
 Dia pun belum berani memutuskan ambil bagian dalam Final Super Series yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 10-15 Desember mendatang.  Tapi, bapak satu anak tersebut berharap bisa tampil.
 ‘’Kalau mainnya bukan di Malaysia, saya pasti absen. Saya tak mau mengecewakan fans yang memadati tempat pertandingan. Saya akan memberikan yang terbaik untuk mereka,’’ terang Chong Wei.
 Cedera pula yang membuat performa dia turun. Dalam dua turnamen terakhir, Denmark Super Series Premier 2013 dan Prancis Super Series 2013, penampilan Chong Wei tak sesuai harapan.
 Di Denmark, lelaki berusia 31 tahun tersebut kalah oleh pebulu tangkis Tiongkok Chen Long 22-24, 19-21pada babak final (20/10).Sepekan kemudian di Prancis, Chong Wei dipermalulan Kenichi Tago (Jepang)22-17, 16-21,12-21 pada babak semifinal.
 Absennya Chong Wei membuat pebulu tangkis tuan rumah Gao Huan langsung tampil pada babak pertama. Di nomor tunggal putra dalam Tiongkok Super Series Premier 2013, Indonesia diwakili Tommy Sugiarto dan Sony Dwi Kuncoro. (*)

Pemisahan Ronald/Selvanus Sarat Kepentingan

Ronald/Selvanus (foto: PBSI)
PEMISAHAN Ronald Alexander/Selvanus Geh memantik reaksi. Langkah ini dianggap sebagai langkah mundur dan ditunggangi kepentingan.
 ‘’Ronald/Selvanus kan pasangan muda yang punya potensi besar. Capaian mereka pun dalam turnamen terakhir yang diikuti juga tak mengecewakan,’’ kata Mantan Sekjen PP PBSI Yacob Rusdianto.
 Dia menganggap lolos ke final Indonesia Grand Prix Gold 2013 yang dilaksanakan di GOR Amongrogo, Jogjakarta, bukan capaian yang mudah. Apalagi, salah satu lawan yang dikalahkannya adalah pasangan juara dunia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. 
 Mereka dipermalukan Ronald/Selvanus di babak perempat final dengan rubber game 21-8, 19-21, 18-21 pada Jumat (27/9). Sehari kemudian, Ronald/Selvanus menundukkan Markis Kido/Markus Fernaldi dua game langsung 21-11, 21-15. Pasangan Kido/Markus ini setelah Indonesia Grand Prix Gold mampu menjadi juara Prancis Super Series 2013. Pada babak final, Ronald/Selvanus harus mengakui ketangguhan pasangan seniornya di Pelatnas Cipayung Angga Pratama/Rian Agung Saputro 21-17, 15-21, 16-21.
 ‘’Sehingga jalan terbaiknya kan terus diberi kesempatan, bukan masalah dipisah,’’ sesal Yacob.
 Dia pun memperkirakan ada kepentingan di balik tersebut. Dengan batasan usia di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016, Ronald/Selvanus punya peluang meraih emas. Kebetulan, keduanya membela bendera Jawa Timur.
 ‘’Ya semua kan punya dugaan kenapa mereka dipisah. Kalau Selvanus dicoret dan tak lagi di pelatnas, tentu tak akan ada manfaatnya bagi Jatim,’’ terang Yacob yang juga ketua umum Pengprov PBSI Jatim tersebut.
 Hanya, dia off the record siapa yang punya kepentingan memisahkan Ronald/Selvanus. Yang pasti, daerah tersebut bisa terancam kans meraih emas kalau Ronald/Selvanus terus bertahan hingga 2016.
 Ya, Ronald merupakan pebulu tangkis asal Manado, Sulut, tapi berasal dari Suryanaga, Surabaya. Sementara, Selvanus berasal dari Wima meski aslinya Kalimantan Timur. (*)

Sentuhan Tony Membuahkan Hasil

Christian Yahya 

GELAR perdana jatuh ke tangan Christian Yahya Christianto. Bukan di ajang Sirkuit Nasional (SIrnas) karena dia memang tak pernah lagi berlaga di ajang tersebut ataupun di Singapura, negara yang pernah disinggahi.
 Christian melakukannya di Ameika Serikat (AS) Challenge 2013. Ya, lelaki asal Bandung, Jawa Barat, ini memang sudah lama tinggal di Negeri Paman Sam, julukan AS.
Berpasangan dengan Lee Hock Lai, mereka mampu mengalahkan unggulan keempat asal Kanada Andrew D’Souza/Sergiy Shatenko dengan dua game 21-9,21-14 dalam pertandingan final yang memakan waktu 21 menit di Florida pada Minggu waktu setempat (10/11) atau Senin dini hari WIB (11/11).
 Dalam turnamen berhadiah total USD 15 ribu tersebut, Christian/Hock Lai tak diunggulkan. Wajar, karena ini merupakan penampilan perdana pasangan tersebut.
 Dari data yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Christian hanya dua kali bertanding dan dengan pasangan yang berbeda. Kali pertama, lelaki yang masih punya hubungan dengan mantan pebulu tangkis Pelatnas Cipayung Andre Marteen tersebut berpasangan dengan Hendry Ranawijaya.
 Keduanya hanya sekali tampil Miami Internasional Series 2012. Hasilnya, mereka sudah tersingkir pada babak kedua setelah dikalahkan Gareth Henry/Mitchel Wongsodikromo (Afsel/Suriname) 15-21, 17-21 (1/11/2012). Di peringkat BWF, pasangan ini masih di posisi 600 dunia.
 Kemudian, Christian berpasangan dengan Tony Gunawan. Mereka berlaga dalam AS Grand Prix Gold 2013.Hasilnya, mereka juga terhenti di babak kedua setelah dipaksa mengakui ketangguhan unggulaan kelima asal Belanda Ruud Bosch/Koen Ridder 19-21. 16-21. Dalam peringkat terakhir, Christian/Tony ada di posisi 330.
 Memang harus diakui, sentuhan Tony membuat Christian cukup moncer. Meski, turnamen yang diikutinya ‘’hanya’’ level challenge. Tony merupakan pebulu tangkis ganda yang pernah mengharumkan nama Indonesia dengan capaian prestasinya. Salah satunya menjadi juara Olimpiade Sydney 2000 saat berpasangan dengan Candra Wijaya.
 Selain itu, kemampuan Hock Lai juga ikut mendukung Christian. Buktinya, di nomor tunggal, dia juga mampu menjadi juara AS Challenge 2013. (*)


HASIL FINAL AS CHALLENGE 2013
Tunggal Putra: Lee Hock Lai (AS x5) v Tatsuya Watanabe (Jepang) 21-19, 21-16

Tunggal Putri: Zhang Beiwen (AS) v Iris Wang (AS) 21-10, 21-12

Ganda Putra: Christian Yahya Christanto/Lee Hock Kai (AS) v Andre D’Souza/Sergiy Shatenko (Kanada x4) 21-9, 21-14

Ganda Putri:Hong Jing Yu/Zhang Beiwen (AS) v Paula Pereira/Lohaynny Vicente (Brasil x2) 21-7, 21-14

Ganda Campuran: Toby Ng/Michelle Li (Kanada) v Halim Haryanto/Hong Jing Yu (AS) 21-16, 21-15

Ket:x=unggulan

Kirim Wakil di Luar 100 Besar

SIRNAS JATIM: Backdrop yang dipakai jumpa pers dan temu teknik.

PELATNAS Cipayung datang dengan kekuatan seadanya di Sirkuit Nasional (Sirnas) Jatim. Dalam event yang dilaksanakan di Surabaya pada 11-16 November 2013 tersebut, PP PBSI hanya mengirim 10 pebulu tangkis.
 ‘’Yang dikirim pun hanya kelas II. Bukan mereka yang kelas utama,’’ kata Ketua Umum Pengprov PBSI Jatim Yacob Rusdianto.
 Ya, di antara 10 nama yang bakal  berlaga di Sirnas Jatim, tak ada nama Tommy Sugiarto, Sony Dwi Kuncoro, ataupun Dionysius Hayom Rumbaka. Ketiganya dianggap sebagai trio tunggal terbaik merah putih saat ini.
 Jangankan pula Simon Santoso, Jonathan Christie pun juga tak ada. Jonathan merupakan pebulu tangkis yang masih berusia 16 tahun dan digadang-gadang bakal menjadi penerus kekuatan tunggal putra Indonesia di level dunia.
 Di tunggal putra, pelatnas hanya mengirim Panji Akbar Sudrajat dan Arief Gifar. Dalam daftar peringkat terakhir BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Panji ada di posisi 167.
 Nyaris tak ada prestasi yang pernah diukir pebulu tangkis berusia 19 tahun tersebut. Dia hanya mampu membuat kejutan di Taiwan Grand Prix Gold 2013 dan Indonesia Challenge 2013.
 Di Taiwan, Panji mampu menjungkalkan seniornya, Alamsyah Yunus, di babak kedua dengan 10-21, 21-18, 22-20. Sementara di Indonesia Challenge, dia melibas unggulan kelima Ng Ka Long 16-21, 21-19, 21-10.
 Sementara di tunggal putri, peringkat Renna Suwano kini di tangga ke-123.  Tumbang pada babak pertama sudah menjadi langganan baginya. (*)


WAKIL PELATNAS CIPAYUNG DI SIRNAS JATIM 2013
1.Imma Mutiah
2. Sri Wulansari
3. Panji Akbar Sudrajat
4. Arief Gifar Ramadhan
5. Yeni Asmarani
6. Renna Suwarno
7. Wahyu Nayaka
8. Ade Yusuf Santoso
9. Afiat Yuris Wirawan
10. Ririn Amelia

Halim pun Masih Bisa Menembus Final

Halim Haryanto

MASIH ingat Halim Haryanto? Tentu saja, jangan sampai lupa.
 Dia merupakan salah satu pebulu tangkis spesialias ganda tangguh yang pernah dimiliki Indonesia. Namun, kini, dia sudah tidak muda lagi, 37 tahun.
 Halim pun sudah jarang terdengar namanya. Itu dikarenakan dia sejak 2004  tinggal dan menetap di Amerika Serikat (AS).
Bahkan, kabarnya, dia sudah menjadi warga negara Negeri Paman Sam, julukan AS. Nama Halim pun sudah sering membela bendera AS, termasuk di Piala Sudirman 2013 di Kuala Lumpur, Malaysia, Mei lalu.
 Meski sudah termakan umur, tapi kemampuanya masih bisa diandalkan. Bahkan, dalam Amerika Challenge 2013, dia mampu menembus babak final turnamen berhadiah total USD 15 ribu tersebut.
 Berpasangan dengan Hong Jing Yu, keduanya bakal bersaing menjadi juara di nomor ganda campuran. Dalam final yang dilaksanakan di Orlando Florida, Minggu waktu setempat (10/11), Halim/Jing Yu akan menjajal ketangguhan ganda Kanada Tony Ng/Michelle Li.
 Halim/Jing Yu lolos ke final setelah menundukkan Hendri Winarto/Joycelyn Ko dengan dua game langsung 21-13, 21-17. Hendri juga pebulu tangkis berdarah Indonesia yang berasal dari Suryanaga, Surabaya. Sebelum ke AS, dia lama berkiprah di Liga Spanyol. Lawan Halim/Jing Yu, Tony/Michelle menembus babak akhir setelah menumbangkan unggulan ketiga asal Brasil Daniel Paiola/Paula Pereira dengan dua game langsung 21-16, 21-17. 
 Halim pernah mengharumkan Indonesia dengan menjadi juara All England dan dunia di tahun yang sama, 2001. Saat itu, dia berpasangan dengan Tony Gunawan. Menariknya, Tony pun juga hengkang ke AS. (*)

AGENDA FINAL AS CHALLENGE 2013

Tunggal Putra: Lee Hock Lai (AS x5) v Tatsuya Watanabe (Jepang)

Tunggal Putri: Zhang Beiwen (AS) v Iris Wang (AS)

Ganda Putra: Andre D’Souza/Sergiy Shatenko (Kanada x4) v Christian Yahya Christanto/Lee Hock Lai (AS)

Ganda Putri: Hong Jing Yu/Zhang Beiwen (AS) v Paula Pereire/Lohaynny Vicente (Brasil x2)

Ganda Campuran: Halim Haryanto/Hong Jing Yu (AS) v Toby Ng/Michelle Li (Kanada)
 Ket: x=unggulan

Belum Ada Yang Lebihi Hyun-il

Lee Hyun-il (foto: badmintonfreak)
LEE Hyun-il bisa jadi tak akan pernah pensiun. Dia masih menjadi tunggal putra terbaik Korea selatan.
 Meski pun, dia sudah tak muda lagi, 33. Apalagi, dia sudah menyatakan gantung raket.
 Buktinya, Hyun-il mampu menjadi juara Korea Grand Prix Gold 2013. Dalam final yang dilaksnakan di Jeonju Indoor Stadium Court pada Minggu waktu setempat (10/11), dia mengalahkan sesama pebulu tangkos Korea Selatan (Korsel) Hong Ji-hoon dengan dua game langsung 21-18, 21-12. Meski satu negara, kedua pebulu tangkis belum pernah bertemu.
 Jadi, ini merupakan kemenangan perdana Hyun-il. Meski, secara peringkat, seharusnya Ji-hoon lebih diunggulkan.
 Dia ada di posisi ke-123 sedangkan Hyun-il di posisi 173. Tapi, dari segi pengalaman, Hi-hoon tak ada apa-apanya dengan Hyun-il.
 Hyun-il pernah membawa Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, meraih emas pada nomor beregu di Asian Games 2002 dan Piala Sudirman 2003. Bahkan, pada 2004, Hyul-il pernah duduk sebagai pebulu tangkis tunggal putra nomor satu dunia.
 Sebenarnya, Hyun-il pernah mengundurkan diri pada 2008. Tapi, dia dirayu Asosiasi Bulu Tangkis Korea Selatan untuk kembali.
 Dia pun mampu menembus babak semifinal Olimpiade Beijing 2008. Sayang, dia gagal melaju ke final karena kalah oleh Lee Chong Wei asal Malaysia dan takluk Chen Jin di perebutan medali perunggu.,
Ini diulanginya lagi dalam Olimpiade London 2012. Di semifinal kalah oleh Lin Dan (Tiongkok) dan menyerah kepada wakil Negeri Panda, julukan Tiongkok, lainnya, Chen Long.
 Gelar juara di Korea Grand Prix Gold juga membuat Hyun-il mengulangi sukses pada 2011. Saat itu, dia juga mengalahkan rekan senegaranya sendiri, Shon Wan-ho, 21-14, 21-10. (*)


HASIL FINAL KOREA GRAND PRIX GOLD 2013
Tunggal Putra: Lee Hyun-il (Korea Selatan) v Hong Ji-hoon (Korea Selatan) 21-18, 21-12

Tunggal Putri: Bae Yeon-ju (Korea Selatan x2) v Sung Ji-hyun (Korea Selatan x1) 21-19, 15-21, 21-18

Ganda Putra: Kim Ki-jung/Kim Sa-rang (Korea Selatan x1) v Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel (Korea Selatan x5) 21-15, 18-21, 23-21

Ganda Putri: Jang Ye-na/Kim So-young (Korsel x4) v Ko A-ra/Yoo Hae-won (Korea Selatan x2) 21-15, 21-12

Ganda Campuran: Yoo Yeon-seong/jang Ye-na (Korea Selatan x5) v Kang Ji-wook/Choi Hye-in (Korea Selatan) 21-13, 21-11