WHAT’S HOT NOW

ads header

News

Gambar tema oleh kelvinjay. Diberdayakan oleh Blogger.

Sosok

Kabar Dari Manca

Sambang Klub

Sony hanya Sampai Perempat Final

PENAKLUK: Prannoy HS (foto:thehindu)

LANGKAH Sony Dwi Kuncoro dalam Makau Grand Prix Gold 2014 terhenti. Dia dipaksa menyerah 19-21. 17-21 kepada Prannoy HS dari India pada pertandingan babak perempat final yang dilaksanakan pada Jumat waktu setempat (28/11).
 Kekalahan ini membuat Sony gagal membalaskan pil pahit yang ditelannya pada India Grand Prix Gold 2011. Saat itu, arek Suroboyo tersebut takluk juga dengan dua game 16-21,15-21.
 Selain itu, tumbangnya Sony juga membuat Indonesia sudah tak punya kans menjadi juara nomor tunggal putra. Ini sekaligus membuat paceklik gelar wakil merah putih di Makau semakin panjang. Kali terakhir, pebulu tangkis Indonesia yang naik ke podium terhormat di nomor tunggal putra adalah Taufik Hidayat pada 2008.
 Hasil di Makau Grand Prix Gold 2014 ini juga membuat Sony belum bisa menembus babak semifinal dalam turnamen resmi yang masuk kalender BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) pada 2014. Sebelumnya, capaian terbaik bapak dua putri itu juga menembus perempat final dalam Indonesia Grand Prix Gold di Palembang.
 Ya, setelah terdepak dari Pelatnas Cipayung, langkah Sony masih terseok-seok. Pekan lalu di Hongkong Super Series, dia langsung angkat koper di babak pertama. Peraih perunggu Olimpiade Athena 2004 itu takluk oleh Takuma Ueda (Jepang) 21-17, 15-21, 14-21.
  Kurang memuaskan hasil yang dipetiknya dalam beberapa turnamen pun membawa imbas kepada rankig dunianya. Dari rilis yang dikeluaran BWF pada 26 November lalu, Sony ada di posisi 125 dunia. Ini merupakan ranking terburuknya selama berkecimpung di olahraga tepok bulu tersebut. (*)

Pebulu Tangkis Indonesia Marakkan Liga Bulu Tangkis Malaysia

AMPANG JAYA: Aprilia Yuswandari
PEBULU tangkis Indonesia tetap disegani. Buktinya, lebih dari 10 pebulu tangkis merah putih ikut ambil bagian dalam Liga Bulu Tangkis Malaysia atau yang lebih dikenal dengan Purple League 2014-2015.
 Dari nama-nama yang ada, bisa dikatakan hampir semua tukang tepok bulu papan atas Indonesia dapat ringgit. Sebut saja ada nama Tommy Sugiarto, Simon Santoso, dan Sony Dwi Kuncoro.
 Hanya, mereka membela klub yang berbeda. Sony tercatat di Ampang Jaya. Selain arek Suroboyo tersebut, di Ampang Jaya juga ada nama Alamsyah Yunus, Andre Kurniawan, dan Aprilia Yuswandari.
 Langkah memperkuat sektor tunggal putra juga diikuti Klang United. Selain sudah memakai tenaga Simon Santoso, mereka juga menggunakan tunggal putra masa depan Indonesia Firman Abdul Kholiq.
 Sementara Tommy membela bendera Puchong United bersama dengan pebulu tangkis senior spesialis ganda Markis Kido. Ada juga dua pebulu tangkis asal Djarum Kudus Fran Kurniawan dan Agripina Prima.
 Dalam liga bulu tangkis yang baru kali pertama dilaksanakan di Malaysia itu memakai format yang berbeda dengan format yang biasa dipakai di Piala Thomas, Uber, maupun Sudirman. Purple Leagu  mempertandingkan dua nomor tunggal putra, dua nomor ganda putra, tunggal putri, dan ganda campuran.
 Malaysia tampaknya ingin mengikuti jejak beberapa negara yang menggelar liga bulu tangkis seperti Indonesia, Tiongkok, dan India. Ketiganya mengundang para pebulu tangkis papan atas dunia.  (*)


Ada wakil Indonesia
1. Ampang Jaya:  Alamsyah Yunus, Sony Dwi Kuncoro, Andre Kurniawan, Aprilia Yuswandari
2. Bangsar Hawks: -
3. Cheras: Markus Gideon, Pia Zebadiah, Febby Angguni
4. Kajang: Hendra Setiawan, Liliyana Natsir
5. Kepong: Andrei Adistia, Hendra Aprida Gunawan, Vita Marissa
6.Klang United: Simon Santoso, Firman Abdul Kholiq, Muhammad Rian Ardianto, Kevin Sanjaya
7.Muar City: Adriyanti Firdasari, Rusydina Antardayu, Fikri Hadmadi
8. Nusa Jaya: -
9. Petaling: Ardiansyah, Tike Arieda, Rizky Hidayat
10. Puchong United: Markis Kido, Fran Kurniawan, Agripina Prima, Tommy Sugiarto
11. Serdang: -
12. Petaling Jaya:  -

Jalan Terjal Sony Tembus Semifinal

LIBAS:Sai Praneeth (foto:badmintonindia)
BABAK perempat final Makau Grand Prix Gold 2014 mampu ditembus Sony Dwi Kuncoro. Itu setelah bapak dua putri  tersebut memetik kemenangan dengan rubber game 21-16, 19-21, 21-17 atas Sai Pranneth dari India dalam pertandingan babak III yang dilaksanakan di Makau pada Kamis waktu setempat (27/11).
 Ini merupakan kemenangan perdana Sony atas lawannya yang berada di ranking 41 dunia tersebut. Sebelumnya, mereka memang belum pernah bersua.
 Namun, untuk bisa melanjutkan kiprahnya hingga babak semifinal bukan hal yang mudah. Sony, yang diunggulkan di posisi ke-13, akan menantang lawan yang juga berasal dari India HS Prannoy. Lelaki yang menempati unggulan ketiga tersebut di babak sebelumnya dipaksa tampil tiga game 17-21, 21-19, 21-14 atas Lin Yu Hsien (Taiwan).
 Dari sisi ranking, Sony kalah jauh. Dari ranking terbaru yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 27 November 2014, pebulu tangkis yang kini bernaung di klub Tjakrindo Masters tersebut ada di posisi 125. Sedangkan Prannoy di posisi 26.
  Sony juga pernah kalah dari Prannoy. Itu terjadi dalam India Grand Prix Gold 2011. Saat itu, dia menyerah dua game langsung 16-21, 15-21.
 Jebloknya ranking Sony dikarenakan hasil yang kurang memuaskan yang diraihnya dalam beberapa bulan terakhir. Apalagi, dia juga sudah tak intensif tampil dalam berbagai turnamen internasional setelah tak lagi menjadi penghuni Pelatnas Cipayung.
 Ya, setelah cedera yang sering mendera, lelaki yang moncer usai dipoles pelatih kawakan asal Surabaya, Jawa Timur, Ferry Stewart itu terdepak dari kawah candradimuka bulu tangkis Indonesia tersebut. Salah satu buktinya adalah pekan lalu di Hongkong Super Series 2014.
 Sony langsung tersingkir di babak pertama. Dia menyerah 21-17, 15-21, 14-21 kepada wakil Jepang Takuma Ueda.
 Di Makau Grand Prix Gold 2014, Sony juga menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang masih bertahan di babak perempat final tunggal putra. Fikri Ihsandi gagal mengikuti jejaknya usai kalah mudah 11-21, 12-21 kepada unggulan kedua asal Jepang Marc Zwiebler. Sejak kali pertama dilaksanakan 2006, hanya Taufik Hidayat pada 2008 yang mampu menjadi juara. (*)

Daftar juara tunggal putra Makau Open
2006: :Lin Dan (Tiongkok)
2007: Chen Jin (Tiongkok)
2008: Taufik Hidayat (Indonesia)
2009: Lee Chong Wei (Malaysia)
2010: Lee Chong Wei (Malaysia)
2011: Lee Hyun-il (Korea Selatan)
2012: Chen Yueken (Tiongkok)
2013: Shon Wan-ho (Korea Selatan)

Kembali Tempati Ranking II

NAIK: Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (foto:xinhua)

SEBULAN berada di ranking ketiga sudah cukup bagi Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Ganda putra terbaik Indonesia itu akhirnya naik satu setrip ke posisi kedua.
 Dalam ranking tebaru yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 27 November, Hendra/Ahsan menggeser posisi pasangan Denmark Mathias Boe/Carsten Mogensen. Capaian ini tak lepas dari hasil Hongkong Super Series 2014.
  Dalam event berhadiah total USD 350 ribu dan berakhir pekan lalu itu, Hendra/Ahsan mampu menjadi juara. Dalam final yang digelar Minggu (23/11) di Kowloon tersebut, mereka mengalahkan pasangan Tiongkok Liu Xiaolong/Qiu Zihan dengan rubber game 21-16. 17-21, 21-15.
 Capaian itu membuat Hendra/Ahsan  mendapat bonus 9.200 poin. Gelar itu juga menjadi pelepas dahaga pasangan Pelatnas Cipayung itu setelah delapan bulan paceklik prestasi. Kali terakhir, mereka menjadi juara dalam All England Super Series Premier 2014.
 Posisi kedua sebenarnya juga bukan posisi terbaik Hendra/Ahsan. Mereka pernah duduk di posisi teratas dunia.
 Bahkan, keduanya menempatinya cukup lama yakni hampir sembilan bulan mulai Desember hingga Agustus. Hendra/Ahsan tergusur setelah absen dari Kejuaraan Dunia 2014. Padahal, mereka menyandang status juara bertahan.
 Posisi itu kembali melorot pada akhir Oktober lalu. Ini imbas penampilan yang jeblok dari Denmark Super Series Premier 2014.
 Saat ini, posisi teratas masih diduduki oleh ganda Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong. Dalam Hongkong Super Series, ganda Negeri Ginseng ini terdepak di babak kedua.
 Pasangan Indonesia yang masuk di 10 besar dunia adalah Markis Kido/Markus Fernaldi. Keduanya menempati ranking 10. (*)

 5 besar pasangan Indonesia

2. Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan
10. Markis Kido/Markus Fernaldi
16. Angga Pratama/Rian Agung Saputro
23. Andrei Adistia/Hendra AG
28. Berry Anggriawan/Ricky Karanda

Sony Harus Bisa Lebih

UNJUK KEKUATAN: Sony Dwi Kuncoro
SONY Dwi Kuncoro melangkah lebih jauh. Dia tak hanya langsung tampil dan tersingkir dalam Makau Grand Prix Gold 2014.
 Langkah arek Suroboyo tersebut sudah sampai ke babak ketiga dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 120 ribu tersebut. Itu setelah Sony memetik kemenangan dua game langsung 21-16, 21-13 atas wakil Thailand Khosit Phetpradab di Makau pada Rabu waktu setempat (26/11). Sehari sebelumnya, unggulan ke-13 itu juga menang straight game 21-8, 25-23 atas Kenta Nishimoto.
 Dalam lima turnamen yang diikuti selama 2014, Sony selalu kalah di babak pertama. Hanya di Indonesia Grand Prix Gold di Palembang, bapak dua putri tersebut mampu melaju hingga babak ketiga.
 Di Makau Grand Prix Gold 2014, Sony akan menjajal ketangguhan unggulan kedelapan asal India Sai Pranneth, yang di babak kedua menghentikan pebulu tangkis senior Singapura berdarah Indonesia Ronald Susilo 21-15, 21-18.
 Ini menjadi pertemuan perdana bagi Sony dengan Sai. Hanya, kalau melihat ranking terbaru yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Sony bakal di posisi underdog. Dia ada di ranking 78 sementara lawannya 40.
 Ranking yang dimiliki Sony terus menurun. Sempat berada di posisi keempat, kemudian cedera yang memaksanya absen di berbagai event. Apalagi, setelah Sony terdepak dari Pelatnas Cipayung yang sudah 10 tahun dihuninya.
 Imbasnya, kesempatan baginya turun di berbagai ajang pun semakin tipis. Bahkan, untuk tahun ini, kali pertama di berlaga di ajang Sirkuit Nasional. Hasilnya, dia tersungkur dalam final Seri Banten dan menjadi juara dalam Seri Jawa Timur.
 Hingga babak ketiga Makau Grand Prix Gold 2014, di nomor tunggal putra, selain Sony Indonesia mamsih mempunyai wakil Fikri Ihsandi Hamadi. Dia bakal menjajal unggulan kedua asal Jerman Marc Zwiebler yang di babak kedua melibas Andrew Smith (Inggris) 21-15, 21-16.  Dalam perjalanan karirnya, Fikri belum pernah berjumpa dengan Zwiebler. (*)

Akhir Penantian Tujuh Tahun


JUARA: Hendra/Ahsan (foto;PBSI)
PACEKLIK gelar Indonesia di Hongkong Open berakhir. Setelah kali terakhir juara melalui pasangan ganda putra Hendra Setiawan/Markis Kido, tahun ini merah putih kembali b
erjaya.
 Memang, Hendra kembali menjadi aktor utama. Namun, pasangannya sudah beda yakni Mohammad Ahsan.
 Dalam pertandingan final yang dilaksanakan di Kowloon pada Minggu waktu setempat (23/11), Hendra/Ahsan menang rubber game 21-16, 17-21, 21-15 atas wakil Tiongkok yang juga duduk di unggulan keenam Liu Xiaolong/Qiu Zihan. Kemenangan ini juga membalas dua kekalahan dari lawan yang sama.
 Hasil dari Hongkong juga membuat Hendra/Ahsan mengoleksi dua gelar selama 2014. Sebelumnya, pada All England Super Series Premier, mereka juga naik ke podium terhormat.
 Artinya, Hendra/Ahsan puasa gelar selama delapan bulan. Ini juga yang membuat ranking satu ganda putra harus lepas ke Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong asal Korea Selatan.
 Selain itu,hasil dari Hongkong Super Series 2014 juga menjadi obat kecewa pekan lalu. Dalam turnamen Tiongkok Super Series Premier, Hendra/Ahsan langsung tersingkir di babak pertama. Secara mengejutkan, mereka harus mengakui  pasangan tuan rumah Li Junhui/Liu Yuchen dua game langsung 21-23, 8-21.
 Kemenangan di Hongkong Super Series 2014 diharapkan bisa kembali mendongkrak posisi Hendra/Ahsan minimal naik satu setrip ke posisi kedua. (*)

Hasil Hongkong Super Series 2014
Tunggal putra:Son Wan-ho (Korsel x6) v Chen Long (Tiongkok x1) 21-19, 21-16

Tunggal putri: Tai Tzu Ying (Taiwan x6) v Nozomi Okuhara (Jepang) 21-19, 21-11

Ganda putra: Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia x2) v Liu Xiaolong/Qiu Zihan (Tiongkok x6) 21-16, 17-21, 21-15

Ganda putri: Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x2) v Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang x1) 21-13, 21-13

Ganda campuran:Zhang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok x1) v  Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok x2) 21-14, 21-19

X=unggulan

Eksperimen Silang Yang Gagal

GRES: Angga Pratama/Ricky Karanda (foto:PBSI)

HONGKONG Super Series 2014 menjadi lahan eksperimen PP PBSI. Khususnya di nomor ganda putra dan ganda campuran.
 Dalam turnamen yang menyediakan hadiah USD 350 ribu tersebut, induk organisasi tepok bulu itu melakukan bongkar pasang. Mereka yang turun bukan dengan pasangan tetapnya.
 Di ganda putra, muncul pasangan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi dan Berry Anggriawan/Rian Agung Saputro. Artinya pasangan tersebut dari hasil silang. Biasanya, Angga berpasangan dengan Rian dan Ricky dengan Berry.
 Hasilnya pun gagal total. Kedua pasangan sudah tersingkir di babak pertama. Angga/Ricky menyerah kepada unggulan pertama Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong 20-22, 23-25. Sementara, Berry/Rian tak berdaya saat berhadapan dengan Hirokatsu Hashimoto/Noriyasu Hirata dari Jepang dan menyerah 19-21, 12-21.
 Selama ini, kedua pasangan, Rian/Angga dan Ricky/Berry memang tampil belum sesuai harapan. Mereka tak mampu mengimbangi ganda pertama Indonesia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
 Rian/Angga yang sempat memberikan harapan, akhir-akhir ini tampil angin-anginan. Ranking dunianya pun terus menurun. Sempat menembus 10 besar dunia, kini mereka ada di posisi 15. Posisi yang lebih buruk ditempati Ricky/Berry. Rankingnya jauh di bawah yakni di 28 dunia.
 Di ganda campuran, pada Hongkong Super Series, muncul pasangan Tontowi Ahmad/Debby Susanto dan Praveen Jordan/Liliyana Natsir. Ini diluar kebiasaan karena Tontowi biasanya bersama Liliyana dan begitu juga sebaliknya.
 Hasil pasangan silang di ganda campuran pun cukup mengecewakan. Tontowi/Debby hanya sampai babak perempat final sebelum dikalahkan unggulan kedua Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok) 17-21, 14-21  dan Praveen/Liliyana hanya sampai babak kedua. Mereka dikalahkan pasangan suami istri asal Inggris Chris Adcock/Gabrielle Adcock, yang juga unggulan ketiga, dengan 14-21, 17-21. (*)

Lin Dan Kembali ke Top Ten

TANGGUH: Lin Dan (foto:sportskeeda.com)

LIN Dan kembali menembus 10 besar dunia. Dari ranking terbaru nomor tunggal putra yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 20 November2014. Lelaki Tiongkok 31 tahun tersebut ada di posisi ketujuh.
 Itu berarti Lin Dan naik tujuh setrip dibandingkan pekan sebelumnya. Capaian ini tak lepas dari hasil Tiongkok Super Series Premier 2014 yang berakhir pekan lalu. Dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 700 ribu tersebut, suami mantan ratu bulu tangkis dunia Xie Xingfang tersebut mampu menembus babak final.
Namun, di babak pemungkas, dia kalah dua game langsung 15-21, 23-21 kepada wakil India Srikant Kidambi. Kekalahan ini juga cukup mengejutkan. Selain bermain di kandang sendiri, Lin Dan punya rekor bagus jika berhadapan dengan Srikanth.
 Dia selalu menang dalam dua kali pertemuan sebelumnya yakni di Thailand Grand Prix 2012 dan Kejuaraan Asia 2014. Semuanya dimenangkannya Lin Dan. Di Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, dia menang 21-11, 21-13 sementara di Kejuaraan Asia, dia unggul 21-7, 21-14.
  Namun, kekalahan di kandang sendiri sudah membuat dia memperoleh donasi 9350 poin. Artinya, itu sudah cukup baginya untuk kembali ke top ten.
 Pada 2014 ini, sebenarnya Lin Dan juga pernah kembali ke 10 besar yakni pada pekan terakhir Juli. Hanya, setelah itu dia terlempar usai absen dari Kejuaraan Dunia 2014 yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark.  Alasannya, dia banyak kehilangan poin karena Lin Dan tahun lalu mampu menjadi juara.
 Selain itu, hasil Tiongkok Super Series Premier ikut melambungkan Srikanth. Untuk kali pertama, dia mampu menembus 10 besar dunia. Sebelum dari Negeri Tembok Raksasa, julukan Tiongkok, Srikanth masih ada di posisi 16 besar.
 Namun, harapan kembali menembus final dua kali beruntun gagal dilakukannya. Langkahnya hanya sampai babak semifinal Hongkong Super Series 2014 yang tengah berlangsung. Wakil Tiongkok Chen Long, yang juga unggulan teratas, menghentikannya dengan tiga game 17-21, 21-19, 6-21. (*)

Ranking 10 Besar Dunia Tunggal Putra (per 20 November 2014)
1.Lee Chong Wei (Malaysia)
2.Chen Long (Tiongkok)
3.Jan O Jorgensen (Denmark)
4. Tommy Sugiarto (Indonesia)
5.Kenichi Tago (Jepang)
6. Son Wan-ho(Korea Selatan)
7. Lin Dan (Tiongkok)
8. Chou Tien Chen (Taiwan)
9. Wang Zhengming (Tiongkok)
10. Srikanth Kidambi (India)

Kutukan Jadi Juara Dunia Tunggal Putri

SAAT CHAMPION: Carolina Marin (foto:firts)

MENJADI juara dunia sepertinya menjadi kutukan di nomor tunggal putri. Khususnya dalam dua edisi terakhir.
 Pada 2013, pebulu tangkis Thailand Rachanok Inthanon secara mengejutkan naik ke podium terhormat saat Kejuaraan Dunia dilaksanakan di Guangzhou, Tiongkok.Di babak final, Ratchanok menundukkan pebulu tangkis tuan rumah yang duduk di posisi teratas dunia Li Xuerui dengan rubber game 22-20, 18-21, 21-14.
 Sayang, setelah itu, gadis 19 tahun tersebut tak pernah menjadi juara lagi. Capaian terbaiknya menembus babak final di Malaysia Super Series Premier 2014 dan Indonesia Super Series Premier 2014.
 Namun, di gagal menjadi pemenang. Di Malaysia Super Series Premier 2014, Ratchanok dikalahkan Wang Yihan asal Tiongkok 21-13, 21-19. Sementara, di Indonesia Super Series Premier 2014, perempuan yang juga merasakan menjadi juara dunia junior tersebut dihentikan Li Xuerui dengan dua game yang mudah 21-13, 21-13.
 Di turnamen lain, kegagalan demi kegagalan terus mengiringi. Imbasya, ranking yang ditempati pun terus melorot.
 Sempat ada di posisi kedua, Ratchanok pun kini ada di tangga keenam. Terakhir, di Hongkong Super Series 2014 yang tengah bergulir, dia hanya bertahan sampai babak kedua. Satu-satunya juara dunia asal Negeri Gajah Putih, julukan Thailand, tersebut ditumbangkan pebulu tangkis asal babak kualifikasi Akane Yamaguchi dari Jepang dengan tiga game 19-21, 21-19, 19-21.
 Sama halnya dengan Carolina Marin. Juara dunia 2014 itu tak pernah lagi menjadi juara setelah mengalahkan Li Xuerui 17-21, 21-17, 21-18 dalam final Kejuaraan Dunia yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark,31 Agustus. Dalam tiga kali beruntun,Marin selalu kandas sebelum naik ke podium juara.
 Dalam Bitburger Grand Prix yang menjadi penampilan perdananya,Marin kalah di babak final oleh Yu Sun dari Tiongkok dengan 19-21, 14-21. Bahkan, di Tiongkok Super Series Premier, dia menyerah kepada Tai Tzu Ying 14-21, 17-21 di babak pertama.  Setelah itu, pada Sabtu (22/11), Marin kalah di semifinal oleh wakil Jepang yang berstatus nonunggulan Nozomi Okuhara dua game yang cepat 13-21, 9-21. (*)

Hapus Rekor Buruk Hendra/Ahsan


PASANGAN Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menembus final ganda putra Hongkong Super Series 2014. Pada babak semifinal yang dilaksanakan di Kowloon pada Sabtu waktu setempat (22/11), mereka mengalahkan wakil Denmark Mads Conrad-Petersen/Mad Pieler Kolding dengan tiga game 21-16, 15-21, 21-19.
Bagi Hendra/Ahsan, kemenangan ini mengulangi hasil di Indonesia Super Series Premier 2014. Saat itu, di Jakarta 18 Juni, mereka menundukkan lawan yang sama dengan dua game 23-21,21-11.
 Pada babak final yang dilaksanakan Minggu (23/11), pasangan yang lama duduk di posisi pertama itu ditantang unggulan keenam asa Tiongkok Liu Xiaolong/Qiu Zihan. Ganda Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut lolos ke babak pemungkas usai menang 18-21, 21-13, 21-14 atas  Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang).
 Dalam dua kali pertemuan, Hendra/Ahsan selalu kalah yakni pada All England Super Series 2013 dengan 17-21, 21-13, 17-21 dan di babak penyisihan Super Series Final 2013 dengan 13-21, 21-11, 12-21. Bagi pasangan merah putih, ini merupakan kesempatan naik ke podium terhormat setelah kali terakhir memenangi gelar di All England Super Series Premier pada Maret lalu.
 Selain itu, hasil manis nanti juga akan mengobati pil pahit pekan lalu di Tiongkok Super Series Premier. Dalam event yang menyediakan hadiah total USD 700 ribu tersebut, Hendra/Ahsan langsung tersingjkir di babak pertama. Mereka dipermalukan   Li Junhui/Liu Yuchen dengan dua game langsung 21-23, 8-21.
 Sebenarnya, kans menjuarai Hongkong Super Series 2014 terbuka. Rival beratnya asal Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong sudah tersungkur di babak kedua. Ganda nomor satu dunia tersebut dikalahkan  18-21, 21-12, 14-21 oleh Michael Fuchs/Johannes Schoettler dari Jerman.
 Di ajang Hongkong Super Series, kali terakhir Indonesia menjadi juara pada 2007. Juga melalui Hendra Setiawan.Hanya, ketika itu, dia berpasangan dengan Markis Kido yang saat ini bertandem dengan Markus ‘’Sinyo’’ Fernaldi. (*)

Agenda Final Hongkong Super Series 2014
Tunggal putra:Chen Long (Tiongkok x1) v Son Wan-ho (Korsel x6)

Tunggal putri: Tai Tzu Ying (Taiwan x6) v Nozomi Okuhara (Jepang)

Ganda putra:Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Indonesia x2) v Liu Xiaolong/Qiu Zihan (Tiongkok x6)

Ganda putri: Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang x1) v Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x2)

Ganda campuran: Zhang Nan/ZhaonYunlei (Tiongkok x1) v Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok x2)
X=unggulan

Naik Turun Tommy Sugiarto

TAUFIK Hidayat sudah pensiun. Simon Santoso dan Sony Dwi Kuncoro pun semakin uzur dengan dimakan usia.
 Tentu harapan dibebankan di pundak Tommy Sugiarto. Hanya, asa membawa nomor tunggal putra Indonesia kembali disegani masih jauh panggang dari api.
 Putra salah satun legenda bulu tangkis Indonesia Icuk Sugiarto tersebut sering tampil angin-anginan. Bahkan, sampai November 2014, Tommy belum sekalipun mengoleksi gelar juara.
Capaian terbaiknya  adalah menembus babak final Malaysia Super Series Premier. Sayang, di babak final, Tommy dikalahkan unggulan pertama sekaligus pujaan penonton tuan rumah Lee Chong Wei dengan dua game langsung 19-21, 9-21.
 Hanya, sepekan sebelumnya, dia tumbang pada babak pertama di Korea Super Series 2014. Tommy, yang diunggulkan di posisi ketiga, kalah 12-21, 17-21 oleh pebulu tangkis nonunggulan asal Tiongkok Tian Houwei.
 Kekalahan di babak pertama kembali ditelan Tommy dalam All England Super Series Premier 2014.  Datang dengan status unggulan ketiga, lelaki yang pernah disebut-sebut dekat dengan adik Markis Kido, Pia Zebadiah, itu dipermalukan 13-21, 21-10, 18-21 oleh Gao Huan dari Negeri Panda, julukan Tiongkok.
 Kali ini, kekalahan di babak pertama dialami Tommy di Hongkong Super Series 2014. Pebulu tangkis binaan Pelita Jaya itu takluk tiga game kepada Wei Nan asal Hongkong 21-15, 19-21, 19-21.
 Kekalahan Tommy ini juga membuat Indonesia sudah tak punya wakil di babak kedua nomor tunggal putra. Dia menyusul dua seniornya, Simon dan Sony, juga langsung angkat koper.
 Ini juga membuat dahaga gelar juara tunggal putra dalam Hongkong Open semakin panjang. Kali terakhir wakil Indonesia yang juga di negeri bekas koloni Inggris tersebut adalah Budi Santoso pada 1998.Selain itu, Tommy juga belum bisa mengikuti jejak sang ayah yang menjadi pemenang di tahun 1988.   (*)

Bertahan atau Kembali Keluar, Simon

PINTU keluar dari Pelatnas Cipayung kembali terbuka bagi Simon Santoso. Penampilannya tak sesuai harapan.
 Ini terjadi dalam Hongkong Super Series 2014. Simon langsung tersingkir pada penampilan perdana dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 350 ribu atau sekitar Rp 3,5 miliar tersebut.
 Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Kowloon pada Rabu waktu setempat, secara mengejutkan dia kalah tiga game 21-14. 19-21, 19-21 kepada Brice Leverdez. Kekalahan ini membuat Simon gagal mengulangi hasil Tiongkok Super Series Premier 2011. Saat itu, dia menang dua game langsung 21-16, 21-15.
 Secara ranking, Simon memang kalah. Dari daftar peringkat terakhir yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Simon memang kalah. Pebulu tangkis yang pernah mengundurkan diri dari Pelatnas Cipayung pada awal 2014 itu ada di posisi 26 sementara Brice empat setrip lebih bagus.
 Penampilan di Hongkong super Series 2014 juga merupakan penampilan perdana bagi Simon setelah empat bulan absen. Kali terakhir, dia berlaga di Taiwan Grand Prix Gold 2014. Dalam event itu, langkahnya dihentikan oleh Wei Nan asal Hongkong dengan tiga game.
 Setelah dari Taiwan, sebenarnya, lelaki 28 tahun itu berlaga pada Kejuaraan Dunia 2014 yang digeber di Kopenhagen, Denmark, pada 25-31 Agustus. Dengan alasan cedera,  Simon pun memilih absen.
 Sebenarnya, selama 2014, dia membuat catatan yang bagus. Simon mampu menjadi juara salah satu turnamen super series, Singapura. Lawan yang dikalahkannya di babak pemungkas pun tak main-main. Pebulu tangkis nomor satu dunia nomor tunggal putra asal Malaysia Lee Chong Wei disikatnya dengan dua game langsung 21-15, 21-10.
 Simon pun tak tersentuh kekalahan ketika membela Indonesia dalam putaran final Piala Thomas 2014 yang dilaksanakan di New Delhi, India. Dia mampu menyumbangkan empat poin bagi merah putih. Selain itu, Simon juga menjadi kunci bagi Musica Champions Kudus saat menjuarai Superliga Bulu Tangkis Indonesia (SBI) 2014.
 Hanya, penampilannya yang kembali angin-anginan bisa membuat dia tak lagi berada di Pelatnas Cipayung. Kita tunggu saja. (*)

Lin Dan Tumbang di Kandang

LIN Dan malu di kandang. Dia gagal menjadi juara nomor tunggal putra dalam Tiongkok Super Series Premier 2014.
 Dalam final yang dilaksanakan di Fuzhou pada Minggu waktu setempat (16/11),secara mengejutkan Lin Dan menyerah dua game langsung 19-21, 17-21 kepada pebulu tangkis nonunggulan asal India Srikanth Kidambi. Kekalahan ini cukup mengejutkan. Meski sama-sama berstatus bukan kandidat juara, namun kemampuan Lin Dan dianggap jauh di atas Srikanth.
 Dia merupakan juara dunia lima kali dan dua kali peraih emas olimpiade, di Beijing 2008 dan London 2012. Selain itu, pada 2014, Lin Dan sudaj juara empat turnamen level atas. Sementara, Srikantah hanya pebulu tangkis muda yang dalam tahun ini belum pernah juara dan hanya memenangi Thailand Grand Prix Gold 2013.
 Lin Dan pun juga punya rekor bagus atas lawannya. Dalam dua kali pertemuan, suami mantan ratu bulu tangkis dunia Xie Xingfang itu juga selalu memetik kemenangan yakni dalam Kejuaraan Asia 2014 di Taiwan dengan 21-7, 21-14 dan di Thailand Grand Prix Gold 2012 dengan 21-11, 21-13.
  Kekalahan Superdan, julukan Lin Dan, juga membuat tuan rumah gagal mendominasi. Dalam lima gelar yang diperebutkan dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 700 ribu, Tiongkok hanya memperoleh dua gelar dari nomor ganda campuran melalui pasangan Zhang Nan/Zhao Yunlei dan ganda putri lewat Wang Xiaoli/Yu Yang.
 Hasil yang sama juga dipetik India. Negeri beribukota New Delhi tersebut mencuri dua gelar dari dua nomor tungal putra dan putri. Di nomor tunggal putri, Saina Nehwal menjadi yang terbaik dan membuktikan dirinya belum habis.
 Satu-satunya gelar yang lepas dari cengkeraman Tiongkok dan India adalah ganda putra. Pasangan terkuat dunia saat ini, Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong mampu menjadi juara. (*) 

Hasil Tiongkok Super Series Premier 2014

Tunggal putra: Srikantah (India) v Lin Dan (Tiongkok) 21-19, 21-17

Tunggal putri: Saina Nehwal (India x6) v Akane Yamaguchi (Jepang) 21-12,22-20

Ganda putra:Lee Yong-dae/Yoo Yeong-seong (Korea Selatan x1) v Chai Biao/Hong Wei (Tiongkok x8) 21-14, 21-15


Ganda putri:Wang Xiaoli/Yu Yang (Tiongkok x5) v Tan Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok x2) 21-16, 19-22, 22-20


Ganda campuran: Yang Nan/Zhao Yunlei (Tiongkok x1) v Yoo Yeon-seong/Won Eom-hye (Korsel) 23-25, 21-14, 21-18

X=unggulan

Lee Hyun-il Masih Menakutkan

KOLEKSI gelar Lee Hyun-il terus bertambah. Itu setelah lelaki asal Korea Selatan tersebut mengalahkan Tan Chun Seang dari Malaysia dengan tiga game 17-21, 21-16, 21-11 langsung dalam final Malaysia Challenge 2014 yang dilaksanakan di Kuching pada Minggu (16/11) waktu setempat.
 Ini menjadi gelar keempatnya selama tahun ini. Sebelumnya, pebulu tangkis 34 tahun itu naik di podium terhormat di Sri Lanka International, Kanada Grand Prix, dan Indonesia Challenge.
 Selain itu, kemenangan ini juga membalas kekalahan atas Chun Seang dalam Selandia Grand Prix. Pada pertandingan yang dilaksanakan pada bulan April itu, Hyun-il menyerah 14-21 dan tak melanjutkan pertandingan di game kedua saat skor masih 1-2 buat lawannya.
 Pekan lalu, Hyun-il juga gagal bersinar di kandang sendiri dalam Korea Grand Prix. Langkah dihentikan rekan satu negaranya, Lee Dong-keun.
 Meski sudah uzur, Hyun-il masih sering tampil dalam berbagai turnamen. Bahkan, pada Februari lalu, dia mampu mengantarkan Musica Champions menjadi juara dalam Superliga Bulu Tangkis Indonesia 2014. Hyun-il menjadi penentu kemenangan setelah mengalahkan wakil Jaya Raya Wisnu Yuli Prasetyo di laga kelima yang membuat kedudukan menjadi 3-2.
  Sudah cukup? Belum. Pada Asian Games 2014 di kandang sendiri, Incheon, dia juga menjadi penentu negaranya saat menundukkan Tiongkok pada pertandingan final nomor beregu.
 Baginya, ini kali kedua membawa Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, meraih medali emas di ajang pesta olahraga bangsa-bangsa Asia itu. Kali pertama dilakukannya pada 2002 atau 12 tahun silam.
 Di sisi lain, pada Malaysia Challenge 2014, Indonesia mampu membawa pulang satu gelar dari nomor ganda campuran. Hafiz Faisal/Shella Devi Aulia menundukkan Yong Kai/Tan Wei Han (Singapura) dengan rubber game 19-21, 21-19, 21-18.Sayang sukses ini gagal diikuti wakil Indonesia di nomor tunggal putri dan ganda putri. (*)


Hasil Final Malaysia Challenge 2014

Tunggal putra: Lee Hyun-il (Korea Selatan x1) v Tan Chun Seang (Malaysia x2) 17-21, 21-16, 21-11


Tunggal putri: Chen Jiayuan (Singapura x2) v Gregoria Mariska (Indonesia) 21-8, 21-19


Ganda putra: Yu Lin Chia/Wu Hsiao-Lin (Taiwan x4) v Chow Pak Chuu/Mak Hee Chun (Malaysia)  21-12, 10-21, 22-20


Ganda putri: Ayane Kurihara/Naru Shinoya (Jepang x1) v Maretha Dea Giovani/Rosyita Eka Putri (Indonesia x2) 21-14, 21-17


Ganda campuran: Hafiz Faisal/Shella Devi Aulia (Indonesia) v Yong Kai/Tan Wei Han (Singapura) 19-21, 21-19, 21-18

X=unggulan

Gelar Perdana di Level Senior

MANISNYA gelar di level senior akhirnya dirasakan Firman Abdul Kholik. Pebulu tangkis Pelatnas Cipayung itu mampu keluar juara nomor tunggal putra Bahrain Challenge 2014.
 Dalam final yang dilaksanakan Sabtu (8/11), Firman menang rubber game 20-22, 21-13, 21-13 atas unggulan kedua Anand Pawar dari India. Sebenarnya, lolos ke babak pemungkas sudah menjadi  catatan tersendiri bagi Firman.Dia sukses tiga kali beruntun menembus babak final.
 Sebelumnya, lelaki binaan PB Mutiara Bandung tersebut lolos ke laga akhir di Indonesia Junior Challenge 2014 dan Indonesia Grand Prix Gold 2014.
Dalam Indonesia Junior Challenge 2014 yang diperuntukkan bagi pebulu tangkis di bawah usia 19 tahun, Firman mampu menjadi juara.
 Dalam event yang dilaksanakan di Surabaya, Jawa Timur (31/8), tersebut, dia mengalahkan rekannya dari Indonesia yang juga rekannya satu klub Panji Ahmad Maulana dengan dua game langsung 21-15, 21-13.
 Dua pekan kemudian di Palembang, Sumatera Selatan,  Firman naik level senior. Memulai langkahnya dari babak kualifikasi, dia mampu menembus babak final.
 Lawan-lawan yang dikalahkannya pun sederet unggulan.Tan Chun Hei, unggulan kesepuluh asal Hongkong, Andre Kurniawan Tedjono, unggulan kedelapan asal Indonesia, dan unggulan kesebelas asal Malaysia Zulfadli Zulkiffli disikatnya habis. Sayang, di babak final, dia harus mengakui ketangguhan Prannoy HS, unggulan kelima asal India, dengan straight game 11-21, 20-22.
 Saat ini, Firman ada di posisi 240 dunia. Ranking dunianya baru muncul setelah dia berlaga di Indonesia Grand Prix Gold 2014.
 Dengan sukses menjadi juara di Bahrain Challenge 2014, tak menutup kemungkinan ranking dunianya bakal melesat. (*)

Hasil Bahrain Challenge 2014
Tunggal putra: Firman Abdul Kholik (Indonesia) v Anand Pawar (India x2) 20-22, 1-13, 21-13

Tunggal putri: Thulasi PC (India x1) v Ruselli Hartawan (Indonesia) 18-21, 23-21, 21-15

Ganda putri:Ekanerina Bolotova/Evgeniya Kosetskaya (Rusia) v Anastasia Cheryakova/Nina Vislova (Rusia x1) 21-6, 21-15

Ganda putra: Yohanes Rendy Sugiarto/Afiat Yuris Wirawan (Indonesia) v Fran Kurniawan/Agripinna Prima Rahmanto (Indonesia x2) 23-21, 21-15

Ganda campuran: Vitalij Durkin/Nina Vislova (Rusia x1) v Fran Kurniawan/Koma Dewi (Indonesia) 21-8, 21-10

X=unggulan

Perut Besar untuk Kelabui Lawan

PERUTNYA mulai membuncit. Namun, itu tak mengurangi kegesitannya di lapangan bulu tangkis.
 Dia adalah Tri Kusharjanto. Dengan usia yang susah 40 tahun, lelaki asal Jogjakarta tersebut tetap belum mau pensiun sebagai atlet.
 ‘’Dengan perut besar ini bisa mengecoh lawan.Mereka pasti menganggap remeh saya kalau di lapangan,’’ terang Trikus, sapaan karibnya, saat ditemui di lapangan bulu tangkis SIER, Surabaya,pada Rabu siang.  Dia  berada SIER untuk melakoni laga ekshibisi mendampingi Kapolda Jatim Anas Yusuf.
 Namun, lanjut dia, beda kalau badannya masih atletik seperti masih berada di Pelatnas Cipayung pada era 1990-an hingga pertengahan 2000-an. Lawan, lanjut dia, pasti akan siaga di lapangan.
 Itu memang terbukti. Dalam dua seri sirkuit nasional di Banten (6-11 Oktober) dan Sumatera Barat, Trikus mampu lolos ke final. Namun, hanya di Banten, Trikus mampu menjadi juara di nomor ganda campuran bersama Keshya Nurvita.
 ‘’Saya akan tetap main sambil memberikan contoh kepada pebulu tangkis muda,’’ ungkap pebulu tangkis yang punya julukan tricky (licik) di lapangan tersebut.
  Trikus dikenal sebagai salah satu pebulu tangkis spesialis ganda terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Dia pernah meraih perak nomor ganda campuran pada Olimpiade Sydney 2000 saat berpasangan dengan Minarti Timur dan mengantarkan Indonesia menjadi juara Piala Thomas 2002.  (*)

Menanti Lin Dan Kalahkan Jorgensen



TIONGKOK Super Series Premier 2014 bakal panas. Ini setelah nama Lin Dan terdaftar sebagai peserta dalam turnamen yang dilaksanakan di Fuzhou pada 11-16 November mendatang.
 Kehadirannya bisa mengacaukan scenario final idaman yang mempertemukan unggulan teratas Chen Long (Tiongkok) melawan Jan O Jorgensen (Denmark) yang menempati unggulan kedua. Namun, itu juga bukan hal yang mudah.
 Besar kemungkinan, di babak kedua turnamen berhadiah total USD 700 ribu tersebut Lin Dan bersua dengan musuh beratnya sekarang, Jan O Jorgensen. Dari rekor yang ada, juara dunia lima kali nomor tunggal putra tersebut bisa malu di publiknya sendiri.
 Dia kalah dalam tiga pertemuan terakhir. Itu dialaminya di Malaysia Super Series 2012 dan Jepan Super Series 2014. Sebenarnya, Lin Dan juga menyerah kepada Jorgensen pada Denmark Super Series Premier 2014. Hanya, dia menyerah sebelum pertandingan dimulai. Superdan, julukan Lin Dan, gagal turun ke lapangan karena mengalami cedera.
 Chen Long diunggulkan di posisi teratas setelah pebulu tangkis nomor satu dunia asal Malaysia Lee Chong Wei absen. Dia masih dalam penyelidikan karena dugaan doping yang digunakannya saat Kejuaraan Dunia 2014.
 Indonesia sendiri di nomor tunggal putra dalam Tiongkok Super Series Premier 2014 hanya diwakili oleh Tommy Sugiarto. Di babak pertama, dia dijajal Brice Leverdez dari Prancis.
 Tommy pernah mengalahkan Leverdez di Australia Super Series 2014. Dalam pertandingan yang dilaksanakan 26 Juni itu, putra legenda bulu tangkis Indonesia Icuk Sugiarto tersebut menang 21-16, 21-14. (*)

Daftar unggulan tunggal putra Tiongkok Super Series Premier 2014
Tunggal putra:
1.Chen Long (Tiongkok)
2.Jan O Jorgensen (Denmark)
3. Kenichi Tago (Jepang)
4.Tommy Sugiarto (Indonesia)
5.Son Wan-ho (Korea Selatan)
6.Wang Zhengming (Tiongkok)
7. Hu Yun (Hongkong)
8.Tian Houwei (Tiongkok)

Kalahkan Juara Bertahan,Alfian/Annisa Lolos Final


KEJUTAN Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika di Bitburger Grand Prix Gold 2014 terus berlanjut.  Pasangan ganda campuran yang kini duduk di posisi 32 dunia tersebut sukses menembus babak final turnamen yang menyediakan hadiah total USD 120 ribu (atau sekitar Rp 1,2 miliar) tersebut.
 Tiket babak pemungkas digapai berkat kemenangan tiga game 12-21, 21-18, 21-15 atas unggulan kedua yang juga andalan tuan rumah Michael Fuchs/Birgit Michaels dalam pertandingan semifinal yang dilaksanakan di Saarbrucken, Jerman, pada Sabtu waktu setempat (1/11).
 Ini menjadi kemenangan perdana setelah sebelumnya kedua pasangan belum pernah bertemu. Namun, melihat ranking, Alfian/Annisa jauh di bawah Fuchs/Michels. Dalam ranking terakhir yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), ganda Jerman ada di posisi kesembilan. Selain itu, Fuchs/Michels tahun lalu keluar sebagai juara.
 Dalam pertandingan final yang dilaksanakan Minggu waktu setempat (2/11), Alfian/Annisa yang datang dengan status nonunggulan akan berhadapan dengan Zheng Si Wei/Chen Qingchen. Di semifinal, unggulan kelima asal Tiongkok tersebut menumbangkan unggulan teratas yang juga pasangan suami istri asal Inggris Chris Adcock/Gabrielle Adcock dengan tiga game 14-21, 21-14. 21-18.
 Ini akan menjadi penampilan keempat Alfian/Annisa di babak final. Hasilnya, mereka sudah mengoleksi dua gelar yakni di Vietnam Challenge 2014 dan Selandia Baru Grand Prix 2014. Sementara, kegagalan ditelan dalam Taiwan Grand Prix Gold 2014.
 Sejak digelar 1988, Indonesia hanya sekali membawa pulang gelar juara melalui Maria Febe Kusumastuti dari nomor tunggal putri pada 2008. (*)

Jadwal final Bitburger Grand Prix Gold 2014
Tunggal putra: Chou Tien Chen (Taiwan x2) v Scott Evans (Irlandia x11)

Tunggal putri: Yu Sun (Tiongkok x4) v He Bing Jiao (Tiongkok)

Ganda putra: Wang Yilv/Zhang Wen (Tiongkok x6) v Anders Skaarup Rasmussen/Kim Astrup Sorensen (Denmark x5)

Ganda putri: Ou Dongni/Xiaohan Yu (Tiongkok)  v Ekanerina Bolotova/Evgeniya Kosetskaya (Rusia)

Ganda campuran: Zheng Si Wei/Chen Qingchen (Tiongkok x5) v Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika (Indonesia)

X=unggulan

Malaysia Kembali Datangkan Morten


MORTEN  Frost Hansen kembali ke Malaysia. Dia akan dipercaya sebagai Direktur Teknik Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia (BAM) mulai Maret 2015.
 Kepastian lelaki asal Denmark ke negeri jiran ini disampaikan langsung Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia Khairy Jamaluddin. Ini setelah kedua belah mencapai kesepakatan pada 28 Oktober lalu.
Morten, yang kini berusia 56 tahun, akan menjadi koordinator program dari pengembangan di level elite serta jajaran pelatih. Selama ini, BAM tak memiliki direktur teknik.
 Ini merupakan kali kedua Morten memoles Malaysia. Dia pernah bekerja sama dengan BAM selama 3,5 tahun dari 1997 hingga 2000.
 Kehadiran juara empat kali All England tersebut diharapkan bisa mengangkat kembali prestasi Malaysia. Apalagi, saat ini, bulu tangkis negeri jiran tengah jadi sorotan setelah tunggal putra terbaiknya,Lee Chong Wei, diduga menggunakan doping dalam Kejuaraan Dunia 2014 yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark, pada Agustus lalu.
 Selain itu, negeri beribukota Kuala Lumpur itu juga gagal memulangkan Piala Thomas usai dikalahkan Jepang di babak final. Yang terakhir, dalam Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, mereka juga gagal merebut emas. (*)
Deputi Presiden BAM Datuk Norza Zakaria membenarkan pernyataan Khairy. Pihaknya merasa bahagia bisa mempersunting salah satu legenda bulu tangkis dunia tersebut.
 ‘’Ini akan menjadi yang kedua kami bekerja sama dengan Morten,’’ terang Norza.
 Morten, jelas dia, bakal dibayar 100 ribu ringgit setiap bulan. (*)

Sekilas tentang Morten
Nama Lengkap: Morten Frost Hansen
Negara: Denmark
Lahir:4 April 1958
Prestasi Atlet:
1.Juara Junior Eropa (1975)
2. Juara Senior Eropa (1980, 1988)
3. Juara All England (1982,1984,1986, 1987)

Datang dengan Status Juara Bertahan


USIA Lee Hyun-il sudah tak muda lagi. Tahun ini, dia sudah menginjak 34 tahun.
 Wajar kalau Hyun-il pun tak sembarangan tampil di berbagai turnamen. Hingga November ini, dia hanya berlaga di lima turnamen.
 Hebatnya, Hyun-il mampu naik ke podium terhormat dalam tiga kejuaraan. Turnamen yang dimenangi lelaki asal Korea Selatan (Korsel) tersebut adalah Sri Lanka Challenge 2014, Kanada Grand Prix 2014, dan Indonesia Challenge 2014. Ini masih ditambah kesuksesannya saat mengantarkan Musica Champions Kudus menjadi juara Superliga Bulu Tangkis Indonesia 2014.
 Kini, Hyun-il pun akan unjuk kemampuan lagi. Tercatat, dia menjadi peserta dalam Korea Grand Prix 2014 yang dilaksanakan di Jeonju pada 4-9 November mendatang. Bahkan, dalam turnamen yang menyediakan hadiah total USD 50 ribu (sekitar Rp 500 juta) tersebut, dia diunggulkan di posisi kelima.
 Pada babak pertama, Hyun-il, yang kini ada di posisi 59 dunia, akan dijajal Wei Cheng-po asal Taiwan. Tahun lalu, dia sukses menjadi juara. Saat itu, event tersebut masih masuk kategori grand prix gold. Pada babak final 2013, Hyun-il mengalahkan compatriot (rekan senegara) Hong Ji-hoon dengan dua game langsung 21-18, 21-12.
   Pada 2014, unggulan teratas nomor tunggal putra ditempati Lee Dong-keun asal Korea Selatan. Sedangkan Liew Daren dari Malaysia ditempatkan sebagai kandidat nomor dua menjadi pemenang. Indonesia sendiri di nomor tunggal putra diwakili Viky Anindita dan Fikri Ihsandi. (*)

Daftar unggulan tunggal putra:
1.Lee Dong-keun (Korea Selatan)
2. Liew Daren (Malaysia)
3. Riichi Takeshita (Jepang)
4. Mohd Arif Abdul Latif (Malaysia)
5. Lee Hyun-il (Korea Selatan)

Tien Chen Tembus 10 Besar Dunia


ADA nama baru di daftar ranking 10 besar dunia nomor tunggal putra. Siapa? Dia adalah Chou Tien Chen.
 Dalam daftar peringkat terbaru yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terbaru per 30 Oktober 2014, lelaki asal Taiwan tersebut berada di posisi kedelapan.
 Ini berarti Tien Chen melonjak lima setrip dibandingkan pekan lalu. Capaian ini tak lepas dari hasil yang dipetiknya dalam turnamen berlabel super series, Prancis Open.
 Dalam event yang dilaksanakan di Paris pekan lalu itu, Tien Chen mampu menjadi juara. Pada pertandingan final yang dilaksanakan Minggu (26/10), dia menumbangkan unggulan kesepuluh dari Tiongkok Wang Zhengming dengan rubber game 10-21, 25-23, 21-19.
 Hasil itu   juga membuat Tien Chen membawa pulang 9.200 poin. Masuknya Tien Chen ke 10 besar memakan korban. Pebulu tangkis Hongkong Hu Yun turun tiga setrip ke posisi 11.
 Bahkan, tak menutup kemungkinan, ranking Tien Chen kembali naik. Ini disebabkan saat ini dia masih bertahan hingga babak semifinal Bitburger Grand Prix Gold 2014.
 Itu setelah dia mengalahkan pebulu tangkis Indonesia yang membela bendera Italia Indra Bagus Ade Chandra 21-10, 22-20 di Saarbrucken, Jerman, pada Jumat waktu setempat (31/10). Di semifinal, Tien Chen, yang diunggulkan di posisi kedua, akan dijajal Tian Houwei asal Tiongkok. Di perempat final, unggulan ketiga tersebut melibas rekan senegaranya, Liao Junwei, 21-18, 21-9.
 Semifinal lainnya di nomor tunggal putra akan bertemu Scott Evans, unggulan kesebelas dari Irlandia, melawan unggulan ketujuh asal India Prannoy HS. (*)

Ranking 10 besar tunggal putra
1.Lee Chong Wei (Malaysia)
2.Chen Long (Tiongkok)
3.Jan O Jorgensen (Denmark)
4.Tommy Sugiarto (Indonesia)
5.Kenichi Tago (Jepang)
6.Wang Zhengming (Tiongkok)
7.Son Wan-ho (Korsel)
8.Chou Tien Chen (Taiwan)
9.Tian Houwei (Tiongkok)
10.Hans-Kristian Vittinghus (Denmark)

Alfian/Annisa Jadi Tumpuan


BEBAN berat di pundak Alfian Eko Prasetyo/Annisa Saufika. Pasangan muda nomor ganda campuran Pelatnas Cipayung tersebut menjadi tumpuan harapan meraih gelar dalam Birburger Grand Prix Gold 2014.
 Ini setelah Alfian/Annisa menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang masih bertahan hingga babak semifinal dalam turnamen berhadiah total USD 120 ribu (atau sekitar Rp 1,2 miliar) tersebut.
 Pada babak perempat final yang dilaksanakan di Saarbrucken, Jerman, pada Jumat waktu setempat (31/10), Alfian/Annisa menundukkan ganda tuan rumah Johannes Schoetller/Johanna Goliszewski dengan dua game langsung 21-13, 21-11. Kemenangan ini membawa mereka kembali bersua dengan jagoan tuan rumah lainnya, Michael Fuchs/Birgit Michels. Unggulan kedua itu di babak sebelumnya menghentikan langkah Shi Longfei/Zhong Qianxin dari Tiongkok 21-18, 21-11.
 Ini akan menjadi pertemuan Alfian/Annisa dengan lawannya yang kini duduk di ranking kesembilan dunia tersebut. Pasangan merah putih itu di babak pertama Bitburger Grand Prix Gold 2014 langsung menyedot perhatian setelah menumbangkan unggulan ketiga Danny Bawa Chrisnanta/Vanessa Neo (Singapura).
 Penampilan Alfian/Annisa pada 2014 termasuk konsisten. Mereka sudah mengantongi dua gelar di Vietnam Challenge dan Selandia Grand Prix. Capaian itu membuat mereka kini duduk di posisi 32 dunia.
 Sayang, langkah Alfian/Annisa menembus semifinal Bitburger Grand Prix Gold 2014 gagal diikuti rekan-rekannya.
Di tunggal putri, langkah Lindaweni Fanetri dihentikan unggulan keempat asal Tiongkok Yu Sun 21-14. 18-21, 21-7. Di ganda putra, Berry Anggriawan/Ricky Karanda Suwardi menyerah 13-21, 21-10, 11-21 kepada Michael Fuchs/Johannes Schoettler, unggulan ketiga dari Jerman.
 Selain itu, di ganda putri, unggulan keenam Dian Fitriani/Nadya Melati tumbang 12-21, 15-21 kepasa pasangan nonunggulan Tiongkok Tang Yuanting/Yaqiong Huang. (*)

Linda Singkirkan Mantan Teman Latihan


INDONESIA masih punya sisa di nomor tunggal putri Bitburger Grand Prix Gold 2014. Ini setelah Lindaweni Fanetri menundukkan mantan rekannya di Pelatnas Cipayung, Millicent Wiranto, dengan straight game 21-14, 21-6 pada pertandingan babak kedua yang dilaksanakan di Saarbrucken, Jerman, pada Kamis waktu setempat (30/10).
 Meski sama-sama berasal dari Indonesia dan Millicent pernah ditempa di Pelatnas Cipayung sama halnya dengan Lindaweni namun keduanya belum pernah bersua dalam kejuaraan resmi.  Setelah lagi lagi di pelatnas, Millicent bergabung dengan sebuah klub di Malaysia. Kini, secara ranking, Lindaweni juga lebih unggul.Dia di posisi 33 sementara Millicent di tangga 71.
 Di perempat final, tantangan berat akan dilakoni Lindaweni. Dia bersua dengan pebulu tangkis Tiongkok Yu Sun. Di babak kedua, unggulan keempat ini menundukkan Tanvi  Lad (India) 21-17, 21-12.
 Sayang, sukses Lindaweni ini gagal diikuti oleh rekannya di pelatnas, Bellaetrix Manuputty. Dia menyerah dua game langsung 17-21, 14-21 kepada Michelle Li dari Kanada. Ini menjadi kekalahan kedua Bellaetrix dari lawan yang sama. Pil pahit pertama ditelan di All England Super  Series Premier 2014. Saat itu, Bellaetrix menyerah 15-21, 23-21, 16-21.
 Sejak kali pertama dilaksanakan pada 1988, Indonesia hanya sekali meraih juara nomor tunggal putrid melalui Maria Feber Kusumastuti pada 1998. Dalam partai final, dia menang 22-24,21-8, 23-21 atas wakil India Aditi Mutatkar. (*)


Posisi Terburuk Hendra/Ahsan


HENDRA Setiawan/Mohammad Ahsan akhirnya terlempar dari posisi kedua. Dalam rilis ranking terbaru yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) per 30 Oktober 2014, mereka digusur pasangan Denmark Mathias Boe/Carsten Mogensen yang pekan lalu masih satu setrip di bawahnya.
 Ini tak lepas dari gelar juara yang diraih Boe/Mogesen di Prancis Super Series Premier 2014.  Dalam pertandingan yang dilaksanakan di Paris pada 26 Oktober waktu setempat, mereka menundukkan pasangan Jepang Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa dengan rubber  game 19-21, 21-9, 21-7.
Tambahan 9200 poin sudah cukup untuk menduduki posisi kedua. Beda dengan Hendra/Ahsan.
 Mereka absen di Prancis Super Series setelah sepekan sebelumnya hanya sampai di babak perempat final Denmark Super Series Premier 2014.
 Posisi ketiga ini menjadi capaian terburuk dalam ranking Hendra/Ahsan selama setahun terakhir. Duduk di posisi kedua pada November 2013, mereka sebulan kemudian mampu naik ke posisi teratas.
 Posisi itu ditempati Hendra/Ahsan hingga September. Mereka turun satu setrip setelah tak tampil dalam Kejuaraan Dunia 2014 yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark. Alasannya, Ahsan mengalami cedera yang tak bisa dipaksaka tampil. Padahal, status mereka adalah juara bertahan setelah memenangi nomor tunggal putra dalam Kejuaraan Dunia 2013 yang dilaksanakan di Guangzhou, Tiongkok.
 Di nomor ganda putra ini, ranking tertinggi masih ditempati pasangan Korea Selatan Lee Hyong-dae/Yoo Yeon-seong. Di Prancis Super Series 2014, mereka absen. Hanya, sepekan sebelumnya di Denmark, ganda Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, ini mampu menembus final sebelum dikalahkan ganda kejutan Tiongkok Fu Haifeng/Zhang Nan. (*)

Posisi Ganda Putra Indonesia
1.Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (3)
2. Markis Kido/Markus Fernaldi (10)
3. Angga Pratama/Rian Agung Saputro (13)
4. Andrei Adistia/Hendra Aprida Gunawan (26)
5.Berry Anggriawan/Ricky Karanda (29)

Marin Akhirnya Turun Lapangan

CAROLINA Marin akhirnya mengayunkan raket. Dia sempat vakum selama dua bulan setelah keluar sebagai juara tunggal putri 2014 dalam Kejuaraan Dunia 2014 yang dilaksanakan di Kopenhagen, Denmark.
 Kini, perempuan asal Spanyol tersebut tampil dalam Bitburger Grand Prix Gold 2014. Dalam penampilan perdana di Saarbrucken, Jerman, pada Rabu waktu setempat (29/10), dia mampu mengalahkan Soraya De Visch dari Belanda dengan dua game langsung 21-14,21-19. Bagi Marin, Soraya bukan lawan yang asing.
 Keduanya dua kali bertemu saat masih sama-sama berlaga di kelompok junior. Marin mampu memenangi kedua pertemuan itu. Yakni di Kejuaraan Eropa Junior 2011 dengan 21-17, 21-15. Kemudian, dalam Kejuaraan Dunia Junior 2011 yang dilaksanakan sembilan blan kemudian atau bulan November, Marin menang 21-16, 22-24, 21-14.
 Pada babak kedua Bitburger Grand Prix Gold 2014, Marin bakal ditantang Rong Schafer. Di babak pertama, pebulu tangkis Amerika Serikat tersebut menundukkan Nanna Vainio dari Finlandia dengan 21-9, 21-15.
  Ini juga bukan kali pertama Marin berhadapan demgan Rong. Pada 2009, keduanya pernah bertemu dalam Irlandia International. Hasilnya, Marin menang 23-21, 16-21, 21-8. Hanya, saat itu, nama di belakang Rong bukan Schafer tapi Bo.
 Marin membuat sensasi besar pada tahun ini. Dia mampu mengawinkan gelar juara Eropa dan Dunia. Gelar di Benua Putih, julukan Eropa, digapai setelah menundukkan Anna Thea Madsen dari Denmark dengan 21-19, 14-21, 21-8. Sementara, dalam Kejuaraan Dunia, di babak pemungkas, Marin, yang pernah menimba ilmu di Pelatnas Cipayung, melibas unggulan teratas asal Tiongkok Li Xuerui 17-21, 21-17, 21-18.
 Di nomor tunggal putri ini, tiga wakil Indonesia juga menembus babak II Bitburger Grand Prix Gold 2014. Mereka adalah Lindaweni Fanetri, Milicent Wiranto, dan Bellaetrix Manuputty.
 Sayang, di babak kedua, Lindaweni sudah bersua dengan Millicent. Sedangkan Bellaetrix menjajal unggulan kedua asal Kanada Michelle Li. Ini menjadi pertemuan kedua. Sebelumnya, Bellaetrix kalah di All England Super Series Premier 2014 dengan 15-21, 23-21, 16-21. (*)

Febri Absen di Kandang Sendiri

PUBLIK tuan rumah tak akan bisa menyandarkan asa juara kepada Febriyan Irvannaldy dalam Sirkuit Nasional (Sirnas) Seri Jawa Timur 2014. Pebulu tangkis spesialias tunggal putra tersebut bakal absen dalam event yang dilaksanakan di GOR Sudirman, Surabaya, pada 3-8 November mendatang.
 ‘’Febri (sapaan karib Febriyan Irvannaldy) absen karena dia harus tampil di Bahrain International Challenge. Waktunya bersamaan yakni 4-8 November,’’ kata Ferry Stewart, pelatih Febri di klub Wima Surabaya.
 Dia pun mengaku tak bisa menahan anak asuhnya berlaga di Bahrain. Alasannya. Febri juga butuh poin untuk mendongkrak ranking internasionalnya.
 Apalagi, saat ini, ranking lelaki asal Petemon, tengah terpuruk. Dari daftar ranking terbaru yang dikeluarkan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Febri ada di posisi 404. Ini jauh dari posisi terbaiknya yang pernah menyentuh 235 dunia pada 5 Mei 2011.
 Ranking di kisaran 400 dunia itu juga disebabkan lamanya Febri absen dari berbagai turnamen internasional. Selama 2014, dia hanya berlaga di dua turnamen yakni Vietnam Challenge dan Indonesia International.
 Di dua turnamen tersebut, hasil yang diraihnya juga mengecewakan. Di Vietnam, dia kalah oleh Tan Chun Seang dari Malaysia di babak kedua dengan skor 12-21,15-21. Kemudian di  Indonesia International yang digeber di Semarang, Jawa Tengah, Febri dipermalukan Fikri Ihsandi dari Indonesia dengan 18-21, 21-18, 13-21.
 Namun, lain halnya kalau di dalam negeri dalam ajang sirnas. Febri sudah mengoleksi dua gelar yakni di Seri Sulawesi Selatan dan Seri Kalimantan Tengah. Pada Seri Sulawesi Selatan yang digelar di Makassar, dia menundukkan Hermansyah dari Jaya Raya dua game langsung 21-19, 21-13. Kemudian di Palangkaraya, host Seri Kalimantan Tengah, pebulu tangkis yang pernah digembleng di Pelatnas Cipayung tersebut menang tanpa memeras keringat atas Setyaldi Putra Wibowo (Guna Dharma Bandung).
 Sebenarnya, dia bisa menambah koleksinya. Sayang, dalam Seri Sumatera Barat akir pekan lalu di Padang, Febri menyerah kepada Nugroho Andi Saputro (JR Enkei) 19-21, 21-13, 11-21. (*)    

Aprillia Masih ada

APRILLIA Yuswandari masih bisa unjuk kekuatan. Dia mampu menjadi juara nomor tunggal putri dalam Sirkuit Nasional (Sirnas) Seri Sumatera Barat 2014.
 Dalam final yang dilaksanakan di Padang pada Sabtu (24/10), dia mengalahkan Elisabeth Purwaningtyas dari SGS Bandung dengan dua game langsung 21-18 21-14. Tentu, ini membuktikan bahwa kemampuannya masih layak diapresiasi.
 Padahal, sejak Juni lalu, Aprillia sudah bukan lagi penghuni Pelatnas Cipayung. Dia dikembalikan ke klub asalnya, Semen Gresik. Alasannya, prestasinya sudah mentok kalah dengan pebulu tangkis putri lain seperti Bellaetrix Manuputty dan Lindaweni Fanetri.
 Selain itu, setelah terpental, Aprillia juga sudah pernah berpesan kepada pelatihnya di Semen Gresik, Koko Pambudi, untuk mencarikan dia pekerjaan. Namun, semua itu tak membuat kualitasnya pudar. Apalagi, lawan yang dihadapinya bukan mantan-mantan rekannya di Pelatnas Cipayung. Kualitas gadis 24 tahun tersebut masih kelihatan di atas.
 Dari ranking terakhir BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Aprillia masih ada di posisi 58 dunia. Ranking terbaik yang pernah didudukinya adalah 21 pada 8 Juni 2013.
 Selama 2014, saat masih di Pelatnas Cipayung, kegagalan demi kegagalan menimpa Aprillia. Dari enam turnamen yang diikuti, empat kali dia langsung tumbang di babak pertama yakni di Korea Super Series, Malaysia Super Series Premier, Malaysia Grand Prix Gold, dan Indonesia Super Series Premier. Sementara, di India Super Series dan Indonesia Grand Prix Gold, dia mampu menembus perempat final.
 Hasil yang diperoleh Aprillia ini juga menjadi pengobat kecewa di tunggal putra. Harapan membawa pulang gelar bergengsi kandas.
 Itu seiring kekalahan Febriyand Irvannaldy (Wima Surabaya) oleh Nugroho Andi Saputro [JR Enkei Jakarta) dengan tiga game 19-21, 21-13, 11-21. Padahal, secara unggulan, Febri, sapaan karib Febriyand Irvannaldy, ada di posisi ketiga sementara lawannya di posisi keenam. (*)    

Hasil Final Sirnas Seri Sumatera Barat (Kategori dewasa)

1. Tunggal putra: Nugroho Andi Saputro [JR Enkei Jakarta x 6] v Febriyan Irvannaldy [Wima Surabaya x3] 21-19 13-21 21-11

2. Tunggal putri: Aprilia Yuswandari [Semen Gresik x 1] v Elisabeth Purwaningtyas [SGS Bandung x 2]     21-18 21-14   

3. Ganda putra: Arya Maulana Aldiartama/Darmiko (Djarum Kudus) v Didit Juang Indrianto/ Seiko Wahyu Kusdiantom (Djarum Kudus/Tjakrindo Masters x5) 21-18 19-21 21-14    

4. Ganda putri: Apriyani Rahayu/Jauza Fadhila Sugiarto [Pelatprov DKI Jakarta x3] v Aris Budiharti/Ery Octaviani [Jaya Raya Jakarta x2]
21-16 11-21 21-17   

5.Ganda campuran: Ardiansyah Putra/Devi Tika Permatasari (Berkat Abadi Banjarmasin/SGS Bandung) v Tri Kusharjanto/Keshya Nurvita Hanadia   (Tjakrindo Masters/SGS Bandung) 21-19 18-21 22-20

X=unggulan   
   

Pahlawan Musica Champions Bikin Kejutan Besar

MENJADI juara di ajang super series mungkin tak terbayang oleh Chou Tien Chen. Ini disebabkan dia tak banyak bersinar dalam turnamen elite dari kalender BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) tersebut.
 Apalagi, pekan lalu, lelaki asal Taiwan tersebut langsung tersungkur dalam Denmark Super Series Premier 2014. Tien Chien menyerah kepada Lin Dan asal Tiongkok dengan tiga game 20-22, 21-10, 18-21 di Odense. Meski kalah, mampu mencuri satu game sudah membuat dia dapat perhatian khalayak.
 Bagaimanapun, Lin Dan termasuk salah satu pebulu tangkis yang masuk kategori legenda. Kemampuannya membuat dia sudah mengoleksi lima gelar juara dunia nomor tunggal putra dan dua emas olimpiade, Beijing 2008 dan London 2012. Jadi, mencuri satu game dan membuat Lin Dan memeras keringat bukan hal yang mudah.
Namun, Minggu lalu, Tien Chen membuat mata insan dunia bulu tangkis terbelalak. Pemuda kelahiran 8 Januari 1990 tersebut mampu menjadi juara Prancis Super Series 2014.
 Dalam final, dia mengalahkan unggulan kesepuluh asal Tiongkok Wang Zhengming dengan tiga game 10-21, 25-23, 21-19. Ini juga menjadi kemenangan perdana Tien Chen atas Wang.
 Sebelumnya, dia kalah di putaran final Pala Thomas 2012 dan Swiss Grand Prix 2013. Kedua-duanya kalah dengan dua game langsung.
 Pada babak semifinal, dia juga mempermalukan unggulan keempat asal Indonesia Tommy Sugiarto. Putra salah satu legenda bulu tangkis Indonesia, Icuk Sugiarto, tersebut  ditaklukannya 14-21, 21-18, 21-19. Kemenangan ini juga membuatnya melakukan revans atas pil pahit yang ditelannya dari Tommy pada All England Super Series Premier 2013. Ketika itu, Tien Chien kalah mudah 12-21 8-21.
Tahun lalu, dalam Superliga Badminton Indonesia 2013 dia jadi pahlawan bagi Musica Champions Kudus. Tien Chen menjadi penentu kemenangan saat  ungguk 21-18, 21-19 atas Mohamad Arif Abdul Latief dari Malaysia Tigers dalam partai final yang dilaksanakan di Surabaya pada 9 Februari. (*)


Hasil Final Prancis Super Series 2014

Tunggal Putra:Chou Tien Chen (Taiwan) v Wang Zhengming (Tiongkok x10) 10-21, 25-23, 21-19

Tunggal Putri: Wang Shixian (Tiongkok x2) v Li Xuerui (Tiongkok x1) 21-15, 8-2 (ret)

Ganda Putra:Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark x1) v Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang x2) 18-21, 21-9, 21-7

Ganda Putri: Wang Xiaoli/Yu Yang (Tiongkok x7) v Ma Jin/Tang Yuanting (Tiongkok x5) 21-15, 21-9

Ganda Campuran: Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia x3) v Chris Adcock/Gabrielle Adcock (Inggris x4) 21-9, 21-16

X=unggulan

Gelar Ketiga Tontowi/Liliyana

PRANCIS Super Series 2013 cukup menyakitkan bagi Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Datang sebagai unggulan kedua, mereka harus pulang lebih awal karena menyerah 20-22, 17-21 kepada pasangan Chris Adcok Gabrielle Adcock dari Inggris di perempat final nomor ganda campuran.
 Memang, tahun ini, Tontowi/Liliyana mampu membalasnya dengan dua game juga 21-12, 21-18. Hanya,  revans tersebut dilakukan di kandang sendiri dalam Indonesia Super Series Premier 2014.
 Nah, pelampiasan dendam tersebut akhirnya datang juga. Tontowi/Liliyana kembali bersua pasangan Chris/Gabrielle lagi. Kebetulan terjadi di Prancis Super Series dan di laga final.
 Hasilnya, Tontowi/Liliyana menang straigh game 21-9, 21-16 di Paris pada Minggu waktu setempat (26/10). Kemenangan ini juga membuat Tontowi unggul 3-1 atas pasangan suami istri tersebut. Kemenangan perdana ganda campuran terbaik Indonesia itu terjadi dalam Singapura Super Series 2013.
 Selain itu, hasil di Negeri Anggur, julukan Prancis, membuat Tontowi/Liliyana mengoleksi tiga gelar selama 2014. Dua posisi terhormat lainnya digapai dalam All England Super Series Premier dan Singapura Super Series.
 Sebenarnya, kunci gelar di Prancis Super Series terjadi di babak semifinal. Tontowi/Liliyana menumbangkan unggulan kedua Xu Chen/Ma Jin dari Tiongkok dengan dua game langsung 21-17, 21-16 pada Sabtu waktu setempat. Bagi mereka, ganda Tiongkok tersebut menjadi momok. Apalagi, pekan lalu, Tontowi/Liliyana menyerah kepada ganda Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut 20-22, 15-21 di babak semifinal Denmark Super Series Premier 2014.
 Kemenangan itu juga mengecilkan rekor kekalahan Tontowi/Liliyana atas Xu Chen/Ma Jin. Kini, dalam 16 kali pertemuan, mereka memetik enam kali kemenangan. Hasil di ganda campuran tersebut juga membuat Indonesia bisa pulang tangan tanpa kosong.
 Sebenarnya, hingga babak semifinal, merah putih juga punya wakil di nomor tunggal putra, Tommy Sugiarto. Sayang, secara mengejutkan, dia harus mengakui ketangguhan wakil Taiwan Chou Tien Chen dengan rubber game 14-21, 21-18, 21-19. (*)

Juara Asian Games Ekshibisi di GOR Sudirman

SURABAYA: Brosur ekshibisi
WARGA Surabaya, Jawa Timur, yang gila bulu tangkis dapat kehormatan. Mereka bisa menyaksikan dua peraih emas di Asian Games 2014 Incheon, Korea Selatan, pasangan ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan pasangan ganda putri Nitya Krishinda Maheswari/Greysia Polii secara langsung.
 ‘’Mereka akan melakukan pertandingan ekshibisi di GOR Sudirman pada Sabtu malam (25/10)  mulai pukul 18.30 WIB,’’ kata Martinus Rudianto, wakil Sekum Pengprov PBSI Jatim.
 Acara tersebut, jelas dia, terselenggara juga karena keinginan klub Jaya Raya yang ingin melakukan syukuran di Kota Pahlawan, julukan Surabaya. Di antara peraih medali emas di Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, hanya Ahsan yang bukan berasal dari Jaya Raya. Dia merupakan pebulu tangkis yang bernaung di klub Djarum Kudus.
 Selain itu, rencananya, Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf juga akan turun ke lapangan. Dia akan berpasangan dengan mantan tunggal terbaik Indonesia Sony Dwi Kuncoro. Lawan yang dihadapi adalah Ketua Umum Pengprov PBSI Jatim yang menggandeng Hendra Setiawan. 
 ‘’Saya yakin banyak yang hadir. Kami juga melibatkan klub dan juga sekolah,’’ ujar Rudi.
Hanya, selain pertandingan ekshibisi, Rudi belum mengetahui agenda lain dari Jaya Raya. Bisa jadi, salah satu klub raksasa di Indonesia tersebut bakal membagikan bonus kepada pemainnya.
 Ini sudah lazim dilakukan oleh klub kepada pebulu tangkis yang mampu mengharumkan nama bangsa dan negara di ajang internasional. Djarum Kudus misalnya. Mereka menggelontorkan dana yang tak sedikit saat Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir mampu menjadi juara dunia dan All England Super Series. (*)

Dewi Tira Kembali ke Lapangan

IS BACK: Dewi Tira (kiri) dan Martinus Rudi (foto;sidiq)
SEORANG cewek berhijab ada di ruangan Kantor Pengprov PBSI Jawa Timur pada Kamis (23/10/2014). Dia pun memakai kaca mata.
 Banyak yang mengira dia hanya staf di induk organisasi tepok bulu provinsi paling timur Pulau Jawa tersebut. Lalu siapa dia? Orang banyak yang tak mengira dia adalah Dewi Tira.  Meski tak setenar Susi Susanti ataupun Maria Kristin, perempuan itu pernah menjadi penghuni Pelatnas Cipayung.
 ‘’Hampir tiga tahun saya ada di Cipayung. Pada 2003, saya sudah tak di sana. Memang, tidak terlalu lama,’’ kata Dewi Tira.
 Namun, dalam rentang waktu itu, dia mencatatkan namanya pernah masuk Tim Uber Indonesia pada 2000. Dia mengisi nomor tunggal bersama Ellen Angelina dan Yuli Marfuah.
 Saat itu, Indonesia mampu menembus babak semifinal. Sayang, merah putih dikalahkan Tiongkok dengan 0-3. Dua tunggal yang dipercaya turunm Ellen dan Yuli gagal menyumbangkan angka. Saat itu, usianya masih belum genap 17.
 Tapi, dua tahun kemudian, dia mampu mengukir prestasi bagi merah putih. Dewi Tira mampu meraih perunggu dalam Kejuaraan Dunia Junior 2002 yang dilaksanakan di Afrika Selatan.
 ‘’Tapi, setahun kemudian, saya dikeluarkan dari Pelatnas Cipayung. Saya kena aturan tunggal putri Indonesia harus tingginya minimal 170 sentimeter,’’ jelas Dewi Tira.
 Peraturan itu, lanjut Dewi Tira, dikeluarkan oleh Ketua Umum PB PBSI saat itu, Chairul Tanjung. Dia menjadi korban karena postur yang dimilikinya tak sampai 170 sentimeter.
‘’Ini membuat saya kembali ke klub dan ikut persiapan PON 2004 di Palembang, Sumatera Selatan,’’ lanjut Dewi Tira.
 Namun, dalam event olahraga empat tahunan itu, perempuan yang kini berusia 30 tahun tersebut hanya menyumbangkan perak di nomor tunggal putri dan perunggu dari beregu putri.
 Dalam nomor tunggal putri, Dewi Tira lolos ke final setelah menundukkan Lidya Lidya Djaelawijaya (Jabar) 11-6, 6-11, 11-3. Lawan yang dihadpi Silvi Antarini (DKI) yang mengalahkan Nitya Krishinda (Aceh ) 11-3, 11-2.  Tapi, di babak final, penampilan Dewi antiklimaks. Dia kalah mudah 11-2, 11-0.
 Setelah PON, nama Dewi seolah menghilang. Wajahnya sempat terlihat di sebuah televisi lokal di Surabaya sebagai presenter.
 ‘’Itu juga nggak lama kok. Kini, saya ingin aktif lagi,’’ ujar Dewi.
 Keinginan itu pun tak bertepuk sebelah tangan. Rencananya, pebulu tangkis binaan PB Suryanaga, Surabaya, itu akan disiapkan menangani di sektor spesialisnya, tunggal putri.
 ‘’Hanya, dalam kejuaraan apa, kami belum sebutkan. Yang pasti, Dewi akan menjadi pelatih,’’ ujar Martinus Rudianto, wakil Sekum Pengprov PBSI Jatim. (*)

Seri Jawa Timur Kejar Rekor

SIRKUIT Nasional (Sirnas) Seri Jawa Timur luber peserta. Meski belum ditutup pendaftarannya, sudah terdaftar sekitar 1.300 peserta dalam event yang akan dilaksanakan di GOR Sudirman dan GOR Suryanaga, keduanya di Surabaya, 3-8 November tersebut.
 ‘’Bisa jadi jumlah pesertanya tembus 1.500 peserta. Kami ingin Seri Jawa Timur nanti menjadi rekor dalam jumlah peserta,’’ kata Bayu Wira, Ketua Panitia Sirnas Seri Jawa Timur.
 Jumlah ini akan bertambah, terang dia, karena banyak peserta masih konsentrasi tampil di Seri Sumatera Padang yang kini tengah berlangsung. Penggunaan dua gedung itu, tambah dia, juga sebagai antisipasi bakal hadirnya ribuan pebulu tangkis itu.
 Apalagi, dalam event di Kota Pahlawan, julukan Surabaya, juga bakal hadir para wakil dari mancanegara. Tiga negara, Malaysia, Singapura, dan India sudah mengkonfirmasikan kedatangannya.
 Pada 2014 ini, Seri Sulawesi Selatan yang dilaksanakan di Makassar 3-8 Maret diikuti oleh 1118 peserta. Namun, jumlah ini dikalahkan Sirnas Seri Jawa Barat di Bandung 19-24 Mei dengan peserta 1125.
 Sebagai tuan rumah, lanjut Bayu, pihaknya juga tak ingin hanya sukses sebagai penyelenggara. Gelar juara juga diharapkan disumbangkan oleh pebulu tangkis asal wakil dari Jawa Timur.
 ‘’Dari sektor dewasa, Jawa Timur punya Sony Dwi Kuncoro di nomor tunggal putra dan Febby Angguni di tunggal putri. Kini, keduanya membela klub Tjakrindo Masters Surabaya. Ada juga Tri Kusharjanto di ganda campuran,’’ lanjut Bayu.
 Rencananya, dalam acara final di GOR Sudirman, ungkap Bayu,  bakal dihadiri pengurus BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia). (*)

Gagal Ulang Sukses Denmark Super Series Premier

FU Haifeng/Zhang Nan membuat sensasi di Denmark Super Series Premier 2014. Pasangan Tiongkok ini keluar sebagai juara nomor ganda putra dalam turnamen berhadiah total USD 600 ribu tersebut.
 Padahal, pasangan yang baru dikawinkan pada 2014 tersebut memulai kejuaraan dari babak kualifikasi. Keduanya mulai mendapat perhatian setelah menumbangkan unggulan kedua asal Indonesia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dengan rubber game 17-21, 21-19, 21-11. Kemenangan ini membalas kekalahan di All England Super Series Maret lalu.
 Pada babak semifinal, Fu/Zhang kembali menumbangkan unggulan. Kali ini, unggulan ketujuh asal Korea Selatan Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel disikat 21-15, 23-21.
 Puncaknya di babak final.
Hasil di Odense, host Denmark Super Series Premier 2014, menjadi bekal Fu/Zhang menatap Prancis Super Series 2014 yang dilaksanakan di Paris.
  Namun, hasilnya sungguh di luar dugaan. Mereka langsung tersungkur di babak pertama. Fu/Zhang dipaksa mengakui ketangguhan pasangan Malaysia yang melaju dari babak kualifikasi Goh V Shem/Tan Wee Kiong dengan tiga game 21-19, 9-21, 21-19. Pasangan negeri jiran itu melaju dari babak kualifikasi.
 Saat ini, Tiongkok tengah dilanda kebingungan di nomor ganda. Ini setelah pasangan andalan mereka, Fu Haifeng/Cai Yun sudah kehilangan superiornya. Pasangan ini sudah lima kali menjadi juara serta meraih emas pada Olimpiade London 2012. Namun, kehadiran Hendra/Ahsan dan Yong-dae/Yeon-seong membuat Tiongkok harus merombaknya.
 Lemahnya nomor ganda ini juga berpengaruh di ajang Piala Thomas. Untuk kali pertama, sejak 2002, Tiongkok kehilangan gelarnya. Mereka terhenti di babak semifinal oleh Jepang, yang akhirnya keluar menjadi juara baru. (*)

Pasangan ganda yang dimiliki Tiongkok
1.Liu Xialong/Qiu Zihan (9)
2.Chai Biao/Hong Wei (11)
3. Fu Haifeng/Zhang Nan (12)
4.Liu Junhui/Liu Yuchen (20)
5.Kang Jun/Liu Chen (27)

(ranking terakhir)

Tommy Lewati Hadangan Wakil Tiongkok

PEBULU tangkis Tiongkok sering jadi momok bagi Tommy Sugiarto. Sudah banyak tercatat dia selalu kalah kalau berhadapan dengan wakil Negeri Panda, julukan Tiongkok, tersebut.
 Kali terakhir, dalam Denmark Super Series Premier 2014, Tommy dipermalukan Tian Houwei di babak pertama dengan dua game langsung 14-21, 14-21. Padahal, pada turnamen berhadiah total USD 600 ribu itu, putra salah satu legenda bulu tangkis Indonesia, Icuk Sugiarto, menempati unggulan kelima.
 Sebelumnya, dalam Kejuaraan Dunia 2014 yang juga dilaksanakan di Denmark, Tommy dihentikan Chen Long di semifinal. Dia menyerah 16-21, 20-22.
 Kini, dalam Prancis Super Series yang digelar di Paris, tunggal putra terbaik Indonesia itu juga nyaris kalah oleh Chen Yueken. Tommy dipaksa tampil lima game sebelum menang 15-21, 21-16, 21-14. Pada turnamen di Negeri Mode itu, dia diunggulkan di posisi keempat.
 Pada babak perempat final, Tommy bersua dengan Hans-Kristian Vittinghus. Tunggal putra Denmark itu di babak sebelumnya menang dua game 22-20, 21-14 atas Srikanth K dari India.
 Tommy punya memori manis dengan Vittinghus. Pada Kejuaraan Dunia 2013 di Guangzhou, Tiongkok, dia menang rubber game 21-18. 15-21, 21-17. Dari ranking dunia,  dia juga unggul.
 Dari rilis yang dikeluarkan BWF, Tommy di posisi kelima sementara lawannya lima setrip di bawahnya. Pemenang Tommy versus Vittinghus akan berjumpa pemenang laga Chou Tien Chen (Taiwan) dengan Viktor Exelsen (Denmark).
  Pada Prancis Super Series Premier 2014, Tommy menjadi satu-satunya wakil Indonesia di nomor tunggal putra. Diharapkan, dia bisa mengukir prestasi dengan menjadi juara dalam event tersebut. (*)

Alvent pun Belum Merasakan Super Series


BERMAIN di level super series ataupun super series premier sudah menjadi hal yang biasa bagi Alvent Yulianto. Apalagi, pebulu tangkis spesialis ganda itu masih berpasangan dengan Luluk Hadiyanto.
Turnamen bergengsi Indonesia Open (kini Indonesia Open Super Series Premier)  mampu dimenanginya bersama Luluk pada 2004.  Posisi nomor satu dunia juga sudah diduduki.
 Saat berpisah dengan Luluk dan berpasangan dengan Markis Kido, turnamen level tertinggi pun sudah ditembus. Sayang, mereka berpisah setelah Kejuaraan Dunia 2013 di Guangzhou, Tiongkok.
 Lepas dari Kido, Alvent menggandeng Shintaro Ikeda dari Jepang. Namun, atmosfer prestasi pun masih jauh dari harapan.
 Kini, lelaki kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, itu menggandeng teman lamanya, Yonathan Suryatama Dasuki. Keduanya mulai berpasangan di Indonesia Challenge 2014.
 Setelah itu, Alvent/Yonathan berlaga di Vietnam Grand Prix  2014 dan Indonesia Grand Prix Gold 2014. Hasilnya memang belum memuaskan. Mereka terjegal di babak awal.
 Kini, asa merasakan babak utama turnamen super series juga kandas. Ini setelah Alvent/Yonathan menyerah 18-21,15-21 kepada pasangan Taiwan Chen Hung Ling/Wang Chi-Lin pada final kualifikasi Prancis Super Series 2014 yang dilaksanakan di Paris pada Selasa waktu setempat (21/10). Sebelumnya, pasangan merah putih tersebut menjungkalkan unggulan kedua babak kualifikasi Lucas Corvee/Brice Leverdez 15-21,19-21.
 Kegagalan ini membuat Indonesia gagal menambah slot di babak utama turnamen berhadiah total USD 275 ribu tersebut. Di babak elite tersebut Indonesia mempunyai Ade Yusuf/Wahyu Nayaka,Markis Kido/Markus Fernaldi,Andrei Adistia/Hendra Aprida Gunawan, dan Ricky Karanda/Berry Anggriawan. (*)

Michelle Li Susah Dibendung


MICHELLE Li menjadi bintang dalam Kejuaraan Bulu Tangkis Amerika (Pan American Championships) 2014. Dia mampu menyandingkan gelar beregu dan tunggal dalam event yang dilaksanakan di kandangnya sendiri, Kanada, tersebut.
 Di final nomor perorangan pada Minggu waktu setempat, dia tak mengalami kesulitan saat mengalahkan compatriot (rekan senegaranya) Rachel Honderich dengan dua game langsung 21-13, 21-16. Ini menjadi kemenangan ketiganya atas Rachel di ajang internasional.
 Sebelumnya, Michelle menang di Canada Challenge 2013 dan America Grand Prix 2014. Dari sisi ranking, gadis 21 tahun tersebut memang jauh di atas Rachel.Dalam daftar terakhir yang dirilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Michelle di posisi 16 sementara lawannya di 2010.
 Hasil ini juga membuat Michelle sukses mempertahankan gelar juara yang diraih tahun lalu. Ketika itu di Republik Dominika, dia mengalahkan pebulu tangkis Amerika Serikat berdarah Indonesia Jamie Subandhi.
 Empat hari sebelumnya, Michelle juga menjadi kunci kemenangan Kanada menjadi juara di nomor beregu. Kemenangannya membuat negeri beribukota Ottawa tersebut bangkit setelah sempat ketinggalan 0-2 atas Negeri Paman Sam, julukan Amerika Serikat.  Pada Commonwealth Games (Pesta Olahraga Persemakmuran) 2014 di Glasgow, Skotlandia, Michelle juga menjadi juara tunggal. Dia menjadi orang pertama Kanada yang mampu melakukannya dalam event tersebut.
 Di nomor perorangan, selain nomor tunggal putri, Kanada juga meraih dua gelar lainnya dari ganda putra dan ganda campuran. Di ganda putra, Adrian Liu/Derrick Ng menundukkan unggulan teratas asal Amerika Serikat Phillip Chew/Sattawat Pongnairat 21-15, 21-13. Sedangan di ganda campuran, Toby Ng/Alex Bruce  harus bekerja keras sebelum menang 21-16, 19-21, 21-18 atas Phillip Chew/Jamie Subandhi, unggulan teratas asal Amerika Serikat.
 Pasangan ganda putri, Eva Lee/Paula Lynn Obanana menjadi penyelamat Amerika Serikat berkat kemenangan 23-21, 21-14 atas Lohaynny Vicente/Luana Vicente asal Brasil. Untuk gelar bergengsi nomor tunggal putra jatuh ke tangan Osleni Guerrero dari Kuba yang menang 19-21, 21-14. 21-13 atas Bjorn Seguin (Amerika Serikat). (*)

Ikuti Simon tapi Beda Level


SETELAH Simon Santoso di Singapura Super Series, akhirnya ada wakil Indonesia yang menjadu juara tunggal putra di ajang internasional. Ini dilakukan Jonatan Christie di Swiss.
 Hanya, kelas turnamen yang dimenangi Penghuni Pelatnas Cipayung tersebut belum level super series. Jonatan  menjadi juara dalam Swiss Internasional 2014. Dalam final yang dilaksanakan di Yverdon-les-Bains Minggu waktu setempat (19/10), dia menang 9-11, 9-11, 11-6, 11-9, 11-10 atas Ng Ka Long asal Hongkong.
 Ini menjadi kemenangan kedua Jonatan atas pebulu tangkis berperingkat 43 dunia tersebut. Sebelumnya, lelaki yang duduk di posisi 178 dunia itu mempermalukan Ng Ka Long dengan 16-0 di Vietnam Grand Prix 2013. Skor tak mencapai 21 karena Ng Ka Long mengundurkan diri.
 Selain itu, kemenangan di Swiss ini juga menjadi gelar perdana Jonatan di ajang internasional selama 2014. Kegagalan dialaminya di Vietnam Challenge, Taiwan Grand Prix, Indonesia Challenge, Indonesia Grand Prix Gold, dan Belanda Grand Prix.  Di level nasional, pebulu tangkis asal Tangkas, Jakarta, itu sudah menjadi juara di ajang Sirkuit Nasional Seri Jakarta.
 Tahun lalu, Jonatan mengoleksi satu gelar dari ajang Indonesia Challenge yang dilaksanakan di Surabaya, Jawa Timur. Dia mampu mengalahkan pebulu tangkis senior, Alamsyah Yunus.
 Selain Jonatan, di Swiss Internasional, wakil Indonesia juga menjadi juara melalui Hana Ramadhini. Dia mengalahkan sesama pebulu tangkis merah putih Dinar Dyah Ayustine 11-9, 11-5, 7-11, 9-11, 11-5. (*)  

Sejarah, Tiongkok Sapu Bersih


BANYAK yang tak menduga Tiongkok bakal sapu bersih gelar di Denmark Super Series Premier 2014. Paling tidak, di nomor ganda putra, posisi terhormat dalam turnamen berhadiah total USD 600 ribu itu bakal menjadi milik Indonesia atau Korea Selatan.
 Prediksi itu masih mendekati kebenaran. Itu setelah pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong mampu bertahan di babak final. Sementara, pasangan Indonesia Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menyerah di perempat final oleh Fu Haifeng/Zhang Nan dari Tiongkok.
 Nah, pasangan Negeri Tembok Raksasa, julukan Tiongkok, itu yang akan dihadapi Yong-dae/Yeon-seong, yang juga juara bertahan, di babak pemungkas. Namun, di luar dugaan, dalam final yang dilaksanakan di Odense pada Minggu waktu setempat (19/10), pasangan Negeri Ginseng, julukan Korea Selatan, menyerah kepada Fu/Zhang dengan dua game langsung 21-13, 25-23.
 Kemenangan ini sekaligus membuat Tiongkok tak menyisakan gelar kepada wakil negara lain.s Sebenarnya, satu gelar sudah pasti menjadi milik mereka di nomor tunggal putri setelah terjadi final sesama pebulu tangkis Tiongkok (All Chinas Finals) antara Li Xuerui melawan Wang Yihan. Duel ini dimenangkan Li, yang juga unggula teratas, dengan skor 21-17, 22-20.
 Sementara, di tiga nomor lainnya, wakil Negeri Terpadat Penduduknya di Dunia tersebut melibas lawan-lawannya. Di tunggal putra, Chen Long, yang diunggulkan di posisi kedua, menang dua game langsung 21-19,24-22 atas Shon Wan-ho, unggulan ketujuh asal Korea Selatan.
 Di ganda putri, Wang Xiaoli/Yu Yang, unggulan kedelapan, menjungkalkan unggulan ketiga asal Jepang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi 21-14, 21-14 dan di ganda campuran Xu Chen/Ma Jin, unggulan ketiga, melibas wakil Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir 22-20, 21-15. Dalam sejarah, baru kali ini, Tiongkok menyapu bersih lima gelar. (*)

Lima Tahun tanpa Gelar di Denmark


PACEKLIK gelar Indonesia di Denmark Super Series Premier semakin panjang. Harapan mengakhiri dahaga itu kandas seiring kekalahan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di final ganda campuran tahun ini.
 Dalam final yang dilaksanakan di Odense pada Minggu waktu setempat (19/10), Tontowi/Liliyana menyerah dua game langsung 20-22, 15-21 kepada rival beratnya asal Tiongkok Xu Chen/Ma Jin. Kekalahan ini juga membuat pasangan merah putih tersebut kalah empat kali beruntun (quat-trick) dari lawan yang sama.
 Tiga kekalahan beruntun ditelan Tontowi/Liliyana di Final Super Series 2013, Malaysia Super Series 2014, dan Indonesia Super Series Premier 2014. Kekalahana di Negeri Skandinavia tersebut juga membuat ganda campuran terbaik Indonesia itu hanya mampu menang lima kali dalam lima belas kali pertemuan.
 Pebulu tangkis Indonesia yang kali terakhir menjadi juara Denmark Super Series Premier adalah Simon Santoso pada nomor tunggal putra  pada 2009. Saat itu, dia mengalahkan Marc Zwiebler asal Jerman.
 Sebenarnya, tahun lalu, Tontowi/Liliyana menundukan Xu Chen/Ma Jin di babak semifinal Denmark Super Series Premier. Hanya, di final, mereka tak bisa mengatasi tantangan ganda Negeri Panda, julukan Tiongkok, lainnya, Zhang Nan/Zhou Yunlei. (*)

Michelle Li Kejar Gelar Kedua


MICHELLE Li mengejar sukses ganda. Itu setelah dia menembus babak final nomo tunggal pada Kejuaraan Perorangan Amerika (Pan American Games) 2014.
 Pada babak semifinal yang dilaksanakan di Ontario, Kanada, pada Sabtu waktu setempat (18/10) atau Minggu WIB (19/10), wakil tuan rumah tersebut menang mudah 21-6, 21-12 atas Fabiana Silva (Brasil). Ini merupakan kemenangan ketiga Michelle atas lawan yang sama.
 Menariknya, semua kemenangan itu diraih atas Fabiana tersebut terjadi di ajang Pan American Games). Michelle mengungguli lawannya tersebut di Pan American Games 2011 dan 2013.
 Di babak final,  pebulu tangkis unggulan teratas itu akan ditantang rekan senegaranya sendiri, Rachel Honderich yang disemifinal menjungkalkan unggulan kedua asal Amerika Serikat Jamie Subandhi 21-12, 21-16. Di atas kertas, Michelle bakal tak mengalami kesulitan untuk menjadi juara.
 Rankingnya di posisi 16 jauh di atas Rachael yang hanya di posisi 210. Selain itu, dalam dua kali pertemuan, Michelle selalu menang yakni di Amerika Serikat Grand Prix 2014 dan Kanada Internasional 2013.
 Empat hari yang lalu, Michelle dan  Rachel baru saja bahu membahu membawa Kanada menjadi juara beregu Pan American Games. Pada babak final, tuan rumah mengalahkan Amerika Serikat dengan skor 3-2.
 Dia menyumbang dua kemenangan. Dengan salah satunya membuka semangat rekan-rekannya setelah menang di nomor tunggal putri berkat kemenangan atas James Subadhi. Ini membuat Kanada bangkit setelah tertinggal 0-2. (*)

Andre Coba Lewati Pebulu Tangkis Muda


BABAK semifinal kembali dicicipi Andre Kurniawan. Pebulu tangkis senior Indonesia tersebut sukses lolos ke babak empat besar nomor tunggal putra Swiss Internasional 2014.
 Ini setelah lawan Andre, Kestutis Navickas, tak bisa tampil di babak perempat final yang dilaksanakan di  Yverdon-les-Bains pada Sabtu malam waktu setempat (18/10). Lelaki Ukraina itu mengalami cedera usai melibas Lars Schaenzler (Jerman) di babak kedua.
 Di babak semifinal, Andre akan ditantang juniornya, Jonatan Christie. Penghuni Pelatnas Cipayung itu di babak perempat final melibas Lucas Claerbout dari Prancis dengan empat game 9-11,11-4, 11-5, 11-6. Ini akan menjadi pertemuan perdana kedua pebulu tangkis beda generasi tersebut.
 Hanya, Andre punya pengalaman kurang bagus kalau bersua dengan pebulu tangkis muda. Dalam dua event terakhir yang diikuti, dia kalah tenaga.
 Itu diakuinya saat tampil di Indonesia Grand Prix Gold 2014 dan Belanda Grand Prix 2014. Di Palembang, host Indonesia Grand Prix Gold, Andre kalah oleh Firman Abdul Kholik di babak ketiga. Sementara, di Belanda, lelaki yang membela bendera Djarum Kudus tersebut kalah di semifinal oleh Ihsan Maulana Mustofa.
 Namun, hasil dari dua turnamen tersebut sudah membuat Andre semakin dekat kembali masuk  50 besar dunia. Dalam rilis BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) terakhir, Andre sudah berada di posisi 51.
 Semifinal tungal putra lainnya di Swiss Internasional akan mempertemukan unggulan kedua Ville Lang asal Finlandia akan ditantang unggulan ketiga asal Hongkong Ng Ka Long. (*)

Tontowi/Liliyana Hindari Aib Keempat


MENGALAMI tiga kali kekalahan beruntun bukan yang mengenakkan bagi Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Itu dialami juara dunia nomor ganda campuran 2013 saat berhadapan dengan pasangan Tiongkok Xu Chen/Ma Jin.
 Pil pahit tersebut ditelan Tontowi/Liliyana di Super Series Final 2013, Malaysia Super Series 2014, dan Indonesia Super Series Premier. Kini, kedua pasangan bakal kembali bertemu dalam final Denmark Super Series Premier 2014.
 Itu setelah Tontowi/Liliyana mengalahkan rekannya sendiri di Pelatnas Cipayung Riky Widianto/Richi Puspita Dili dengan dua game yang mudah 21-10, 21-11 pada pertandingan semifinal yang memakan waktu 31 menit di Odense Sabtu waktu setempat. Sementara, Xu/Ma juga mengalahkan compatriot (rekan senegara) Liu Cheng/Bao Yixin juga dengan dua game 21-12, 21-19.
 Diharapkan Tontowi/Liliyana bisa mengalahkan lawannya tersebut seperti pada semifinal Denmark Super Series Premier tahun lalu. Ketika itu, pasangan yang kini sama-sama sudah satu klub di Djarum Kudus itu menundukkan Xu/Ma dengan 21-11, 21-18.
 Sayang, pada final 2013, Tontowi/Liliyana kalah oleh pasangan Negeri Panda, julukan Tiongkok, lainnya Zhang Nan/Zhao Yunlei dengan 21-11, 22-20. Tahun ini, sang juara bertahan memilih menyerah WO kepada pasangan Tiongkok lainnya, Liu Cheng/Bao Yixin, di babak perempat final.
 Jika menjadi juara, Tontowi/Liliyana juga akan mengakhiri dahaga gelar juara merah putih di Negeri Skandinavia tersebut selama lima tahun. Kali terakhir, wakil Indonesia yang naik ke podium terhormat adalah Simon Santoso di nomor tunggal putra pada 2009.Di final, Simon mampu mengalahkan Marc Zwiebler (Jerman) dua game langsung 21-14, 21-16.
 Tahun ini, sebenarnya, bukan hanya ganda campuran yang diharapkan mampu menjadi juara. Namun juga di nomor ganda putra melalui pasangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Namun, langkah unggulan kedua itu sudah terhenti di babak perempat final. (*)

Jadwal final Denmark Super Series Premier 2014
Tunggal putra: Chen Long (Tiongkok x2) v Son Wan-ho (Korsel x7)

Tunggal putri: Li Xuerui (Tiongkok x1) v Wang Yihan (Tiongkok x3)

Ganda putra: Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong (Korsel x1) v Fu Haifeng/Zhang Nan (Tiongkok)

Ganda putri:Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang x3) v Wang Xiaoli/Yu Yang (Tiongkok x8)

Ganda Campuran: Xu Chen/Ma Jin (Tiongkok x3) v Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia x4)

X=unggulan

Ulangi Final Singapura Super Series


SATU tiket babak final nomor ganda campuran Denmark Super Series Premier 2014 menjadi milik Indonesia. Dua pasangan merah putih, Tontowi Ahmad/Liliyaa Natsir dan Riky Widianto/Richi Puspita Dili, saling adu kuat dalam babak semifinal turnamen berhadiah total  USD 600 ribu tersebut.
 Dalam babak perempat final yang dilaksanakan di Odense pada Jumat waktu setempat, kedua pasangan mengalahkan lawan-lawannya. Tontowi/Liliyana, yang diunggulkan di posisi keempat, dipaksa memeras keringat selama tiga game 21-15, 16-21, 21-18 untuk menyingkirkan pasangan tuan rumah Mads Pieler Kolding/Kamilla Rytter Juhl.
 Ini menjadi kemenangan keempat Tontowi/Liliyana atas Mads/Kamilla.Tiga kemenangan sebelumnya diukir di Denmark Super Series Premier 2012, Indonesia Super Series Premier 2013, dan India Super Series 2014.
 Sementara, Riky/Richi menembus empat besar berkat kemenangan atas pasangan Denmark lainnya yang diunggulkan kedua Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen juga dengan rubber game 21-19, 14-21, 21-19.  Pertemuan ini merupakan yang pertama bagi kedua pasangan.
 Pertemuan Tontowi/Liliyana dengan Riky/Richi di babak semifinal bakal menjadi pertarungan kedua. Pertemuan pertama terjadi di final Singapura Super Series 2014. Hasilnya, Tontowi/Liliyana menang straight game 15-21, 20-22.
 Semifinal nomor ganda campuran lainnya juga mempertemukan sesama pasangan satu negara.Unggulan ketiga asal Tiongkok Xu Chen/Ma Jin akan dijajal Liu Cheng/Bao Yixin. (*)

Hendra/Ahsan Punya Musuh Baru


GAYA permainan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan mulai diketahui lawan. Buktinya, sekarang bukan hanya Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong asal Korea Selatan yang bisa mengalahkan mereka.
 Ada pasangan Fu Haifeng/Zhang Nan yang menjungkalkan juara dunia 2013 tersebut. Ganda Tiongkok tersebut menang rubber game 17-21, 21-19, 21-11 pada pertandingan perempat final Denmark Super Series Premier 2014 yang berlangsung di Odensen pada Jumat waktu setempat.
 Kemenangan ini membuat Fu/Zhang membalas kekalahan di All England Super Series 2014. Pada Maret lalu, mereka menyerah straight  game 21-23, 20-22.
 Sementara, bagi Hendra/Ahsan, pil pahit ini menambah panjang kegagalan menjadi juara di turnamen kalender BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia). Sejak All England Super Series Premier, mereka tak pernah lagi naik ke podium terhormat.
 Memang, pada 28 September lalu, dalam ajang Asian Games Hendra/Ahsan mampu meraih emas. Hanya, event tersebut tak masuk dalam kalender BWF.
 Pasangan Fu/Zhang merupakan ganda bentukan tahun ini setelah mentoknya penampilan ganda senior Fu/Cai Yun. Sebenarnya, selama ini, Zhang lebih dikenal di nomor ganda campuran.
 Di semifinal, Fu/Zhang, yang berstatus unggulan, akan menantang pasangan Korea Selatan Ko Sung-hyun/Shin Baek-choel yang di perempat final mengalahkan pasangan Tiongkok lainnya, Liu Xiaolong/Qiu Zihan dalam pertarungan tiga game 14-21, 24-22, 21-10. Dalam turnamen berhadiah total USD 600 ribu tersebut, Sung-hyun/Bael-choel menempati unggulan ketujuh.
 Semifinal lain di nomor ganda putra ini mempertemukan Yong-dae/Yeon-seong dengan pasangan tuan rumah Mathias Boe/Carsten Mogensen. (*)